Bagian 1

16.6K 318 22
                                    

Felix melangkah di selasar fakultas teknik yang cukup sepi. Di ujung selasar tampak tiga orang sepertinya sedang berdebat. Dua orang melawan satu.

Dua orang itu menghajar satu orang yang terpojok di tembok dan tak bisa kemana-mana. Felix berlari, dilihatnya yang sedang dihajar oleh dua orang yang tampaknya preman itu adalah seniornya.

"Wooy! Jangan main keroyokan .. Anjing!"

Felix melempar tasnya dan kemudian menendang salah satu yang terdekat dengan dia dan kemudian menghajar yang satunya lagi. Seniornya tampak terduduk lemas.

Setelah kedua preman itu pergi, Felix menghampiri kakak seniornya. Dilihatnya kakak seniornya mukanya babak belur, ada darah di ujung bibir dan dibawah mata.

Felix kemudian mengambil tas ranselnya, setelah itu dia menghampiri lagi kakak seniornya dan mengambil salah satu tangan kakak seniornya itu lalu perlahan-lahan bersamaan mengangkat badannya dan badan dia untuk berdiri.

"Lo sakit dimana lagi, Kak? Muka lo mesti diobatin segera."

Kakak seniornya itu menoleh padanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Terima kasih yaa. Anter aku ke mobil aku aja, nanti aku obatin sendiri, di mobil ada kotak P3K."

Felix mengangguk lalu berjalan bersama perlahan-lahan karena kakak seniornya jalan tertatih-tatih. Sesampainya di parkiran mobil, Felix bertanya lagi dimana mobil kakak seniornya. Kakak seniornya menunjuk pada mobil mercy warna putih.

Sampai di mobil, kakak seniornya menekan kunci mobilnya untuk membuka kunci pintu mobil. Lalu dia meminta Felix untuk membuka pintu belakang. Felix kemudian membuka pintu belakang dan mendudukkan kakak seniornya dikursi belakang.

"Itu dibelakang aku ada kotak kecil P3K, boleh minta tolong ambil?"

Felix melihat kotak P3K kecil itu, diambilnya kotak itu lalu ditaruhnya dipangkuan kakak seniornya. Dia kemudian berlutut di bagian luar mobil, lalu dibukanya kotak itu, diambilnya kapas dan alkohol, dituangkannya alkohol ke kapas tersebut.

"Tahan yaa, ini agak perih. Tapi daripada lo infeksi, mendingan lo tahan."

Kakak seniornya diam saja dan terus memandang ke Felix. Felix menatap balik sambil tersenyum.

"Sekarang gue kasih Betadine yaa."

Felix kembali mengambil kapas yang baru menuangkan obat merah Betadine ke kapas itu dan setelah itu menaruh kapas itu di luka dekat bibir dan dibawah mata sambil meniup pelan-pelan agar tak terasa panas di luka.

"Oke. Kelar."

Felix membereskan kotak P3K itu. Dia kemudian berdiri, diambilnya kotak itu dari pangkuan kakak seniornya dan ditaruhnya lagi di bagian belakang mobil.

"Lo ngga apa-apa gue tinggal kan? Gue ada latihan basket dan udah telat."

Kakak seniornya mengangguk lalu memberikan tangannya untuk bersalaman dengan Felix.

"Krisna."

"Felix."

**

Setelah lulus SMA, Felix ngobrol dengan orang tuanya mengenai jurusan kuliah yang ingin dia ambil, pada dasarnya kedua orang tuanya membebaskan dia untuk mengambil jurusan apa apun sepanjang Felix dapat bertanggung jawab, konsekuen dan menyelesaikan kuliahnya. Hanya satu permintaan orang tuanya seandainya bisa kuliahnya tidak ke luar kota. Iya itu karena Felix adalah anak satu-satunya dan mereka tidak mau Felix jauh-jauh dari mereka.

Felix kemudian di terima di salah satu universitas negeri di fakultas teknik.

Sebelum perkuliahan dimulai Felix seperti biasa membantu orang tuanya di toko di pasar. Hari-harinya selain menjaga toko, dia terkadang main basket dengan anak-anak muda yang seumuran dengan dia di pasar.

FELIXWhere stories live. Discover now