Chapter 3

23 5 0
                                    

~Namanya Davin Reksa Bagaskara~


Reina dan Ara sedang berjalan menuju ruang guru untuk mengantar buku tugas para murid. Di tengah perjalanan, Reina bercerita tentang kejadian semalam yang menimpanya.

"Sumpah kemarin gue takut banget, kalau yang di ambil uang gue sih nggak masalah. Tapi kalau yang di minta lain-lain gimana?" Reina bercerita dengan rasa ketakutannya.

"Hust ah, bicara lo serem bener. Lagian ngapain sih sendiri malem-malem. Lo kan cewek, minta anter bang Beni kan bisa," ucap Ara sedikit memarahi sahabatnya yang suka ceroboh.

"Iya gue kira semua baik-baik aja. Nggak akan ada kejadian kayak kemaren. Eh ternyata di luar dugaan gue." Reina sedikit histeris menceritakannya.

"Trus kok lo bisa di tolong sama cowok itu sih?" tanya Ara penasaran.

Reina menggeleng, "Gue nggak tau dia dateng dari mana, yang jelas dia jadi pahlawan gue malam itu," jelas Reina.

"Dia ganteng nggak, Na?" tanya Ara nyleneh.

Reina berdecak dengan kelakuan Ara, "Iya mana gue tau, waktu itu gelap banget. Gue cuma samar-samar lihat mukanya. Kepala dia di titup pakek kupluk hoddynya. Yang paling gue inget tuh bau parfumnya, Hangat." Reina berucap dengan menutup matanya, seolah sedang mengingat kembali wangi parfum cowok yang kemarin menolongnya.

"Sayang banget lo nggak inget wajahnya, tau gitu gue mau bantuin lo nyari dia," ucap Ara.

"Ngapain pakek di cari segala, gue udah bilang makasih kok," ucap Reina sewot.

"Iya siapa tau dia jodoh lo." setelah mengucapkan itu Ara tertawa lepas.

"Apaan deh, lo mah ngaco." Reina tak terima dengan apa yang di ucapkan Ara barusan. Ara kembali tertawa panjang sampai mereka berdua pun sampai di ruang guru.

Reina dan Ara mencari meja bu Siska, guru bahasa indonesianya. Namun, dia tidak sengaja melirik ke dalam ruang kepala sekolah yang terbuka. Ada seorang cowok bersama seorang wanita paruh baya yang tengah berbicara serius dengan bapak kepala sekolah.

Sekilas Reina menatap manik hitam cowok itu, yang ternyata juga menatapnya.

"Na, ayo," ajak Ara menyenggol lengan Reina agar segera berjalan. Reina hanya mengangguk dan kembali ke kelas.

***

Di ruang kepala sekolah suasana begitu memanas. Bukan karena cuaca, namun sedang ada perdebatan di sana.

"Saya harap bapak tidak membeda-bedakan anak saya dengan murid yang lain. Jika dia memang salah, tegur saja. Saya sangat senang jika bapak ikut membantu saya," ucap seorang wanita paruh baya yang duduk berhadapan dengan bapak kepala sekolah.

"Saya paham, bu. Tapi saya sama sekali tidak membeda-bedakan anak ibu. Apa lagi menutup-nutupi keburukannya selama di sekolah. Dia sebenarnya anak yang pintar saya akui itu. Tapi terkadang dia juga bersikap seenaknya di sekolah." jelas pak Heru selaku kepala sekolah.

Wanita itu menghembuskan nafasnya panjang sambil melihat wajah anak bungsunya yang telah menatap ujung sepatu yang dia kenakan. Pandangannya beralih kembali ke pak Heru.

"Kalau begitu, apa yang bisa saya lakukan untuk merubah sikapnya, pak?" tanya wanita itu lagi.

"Menurut saya, ibu harus mencarikannya guru les agar nilainya kembali membaik. Dan mungkin juga dia harus belajar lebih disiplin," ujar pak Heru menyarankan.

"Baik pak, terimakasih untuk sarannya. Saya akan segera mencarikan guru les privat untuk Davin," Ucap Sonya sambil tersenyum lebar.

Davin melotot kaget ke arah mamanya, "Ma, Davin nggak mau kalau mama yang nyariin Davin guru les," tolak Davin ngotot.

You Were Beautiful✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang