[RE] | 10 | Maaf Atau Maaf?

700 69 11
                                    

"SAMPAI disini apakah ada yang ingin kalian tanyakan?"

"Sampai disini tidak ada ... jadi kapan projek ini akan dikumpulkan Ejen Gheeta?"

"Hanya itu saja? Baiklah, saya senang karena kalian sudah mengerti. Jadi batas maksimal presentasi dan pengumpulan projek kalian sekitar dua minggu lagi. Saya harap kalian bisa menyelesaikannya dengan sempurna seperti yang saya mau."

"Baik, Ejen Gheeta!"

"Baiklah, sekarang kalian sudah boleh mulai mengerjakan, saya akhiri kelas ini sekarang, saya permisi dulu."

Ejen Gheeta pergi meninggalkan Tekno Room menyisakan Ali, Khai, Bulat, Lia, dan Ahmad yang masih berada di dalam untuk membuat tugas mereka.

"Laper banget gue ..." keluh Bulat tiba-tiba.

"Sama, gue juga. Kita ke kafe, yuk, gue lupa makan pagi soalnya!" celetuk Ahmad dan dibalas dengan anggukan setuju dari Bulat.

"Heh, belum makan pagi? Tadi siapa yang ngabisin cireng punya gue, ya?" tanya Ali setengah menyindir.

"Hehehe, itu, kan, cireng, Li. Yaudah, kalian mau pada ke kantin, nggak?"

"Kalian aja."

"Oke."

Ali sedang sibuk mengotak-atik barang dan benda elektronik untuk menyelesaikan projeknya yang akan dikumpulkan dua minggu lagi itu. Tangannya mungkin bekerja, tapi wajahnya menunjukkan jika dia sedang tidak terlihat bersemangat pada hari ini, entah kenapa.

Lia menyadari perubahan ekspresi pada wajah Ali, langsung saja ia beranjak mendekati anak bertubuh kurus itu dan melemparinya pertanyaan. Ya, daripada ia mati kebosanan.

"Ali!"

"Kenapa?"

"Wajahmu itu, lho ... udah kayak orang lemes gegara puasa tapi lupa sahur, kamu kepikiran sesuatu, ya?"

"Kepikiran sesuatu gimana?"

"Misalnya ... Hmm ... perkara Alicia pulang dianter sama Langit mungkin?"

Ali nyaris tersedak salivanya sendiri mendengar ucapan Lia barusan. "Lah? Kok ... Kok, lo bisa tahu, sih?"

Lia hanya terkekeh. "Of course, Alicia yang beritahu ke aku sendiri, tapi juga anak-anak lain. Kalau ejen boys? Hmm ... nggak tahu, lah, ya ..."

Ali hanya mendesah kecil mendengar ucapan Lia. Lia yang melihat Ali mendesah seperti itu langsung menepuk pundaknya sekilas.

"Udah, satu-satunya jalan adalah kamu kudu minta maaf ke Alicia. Kalo kata Kak Naira, memaafkan lebih baik daripada dipendam. Entar jadi kentut lho!"

Ali menatap Lia sinis. "Heh? Minta maaf sama dia! Idih, ora sudi!"

"Yaelah, minta maaf doang. Aku juga denger dari Rudy kalau kamu itu sempet disuruh sama dia buat minta maaf."

"Err ... nggak."

Well, ternyata Ali gengsi, gaes ...

"Yasudah, terserah kamu aja," Lia menatap Ali pasrah, hingga Khai yang baru saja merenggangkan badannya langsung berlari riang menghampiri Ali dan Lia.

"ALI!!"

Yang dipanggil Ali, tapi malah Lia yang terkejut. Anak itu langsung melotot tajam kearah Khai dan memasang wajah cemberut. "Dih, apaan, sih? Bikin anak orang jantungan aja, kalau aku pingsan gimana?" dumelnya dengan majas hiperbola.

Khai tertawa kecil. "Santuy aja, Lia. Lagian, gue, kan, manggilnya Ali. Bukan lo. Kenapa malah lo yang kaget?"

Lia memutar bola matanya malas, kemudian memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan. Ya, daripada dia berdebat tak jelas dengan Khai. "Eh, kira-kira ejen muda Neuro yang lagi di lapangan tembak udah selesai latihan belum, ya? Lo tahu, nggak?"

Hey Young Agents (Ejen Ali FF) AOF #1✔️Where stories live. Discover now