Anjing tetangga- Anekdot

115 13 6
                                    

Hari minggu telah berakhir, pertanda bahwa jalan raya akan kembali dipenuhi sesak anak sekolah yang hilir mudik. Reggi segera menyelesaikan sarapan, lantas melakukan aktivitas sehari-hari seraya berjalan menuju sekolah. Setiap tetangga yang dilewatinya tak luput dari sapaan hangat—namun, pengecualian pada tetangganya yang memiliki seekor anjing.

Di sekolah, tepatnya ketika jam istirahat pertama, Reggi menceritakan anjing tetangganya pada Afif saat makan di kantin.

"Anjing tetanggaku tuh ya sukanya ngejar ekor melulu," Reggi mendengus seraya memakan potongan bakso.

"Alah, itu kan memang kebiasaan anjing, Gi ... ndak usah terlalu dipermasalahin," Afif memnjawab dengan mulut penuh. "Lagipula tetanggamu yang punya anjing kan juga kepala desa."

"Nah, justru itulah kenapa aku nggak mau nyapa dia," potong Reggi. Tangannya dengan cekatan memasukkan potongan bakso terakhir ke dalam mulut.

"Memang kenapa?" tanya Afif, pemuda itu menghentikan gerakan menyendok kuah.

"Itu karena dia juga seekor anjing."

Afif hendak memuntahkan bakso yang dikunyah, namun Reggi lebih dulu melanjutkan perkataannya.

"Anjing berdasi lebih tepatnya, yang tiap hari kerjaannya makan uang haram agar kekayaannya tidak habis," Reggi menambahkan. Matanya menatap Afif lamat-lamat. "Dengan begitu apa gunanya menyapa orang yang menjadi sampah masyarakat? Iya kan, fif..."

__________

22 Oktober 2020

Serre-moi FortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang