20. ULANG TAHUN

140 28 6
                                    

“Kamu hari ini berangkat diantar Ayah ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Kamu hari ini berangkat diantar Ayah ya.” Sela menoleh pada ayahnya begitu mendengar suara pria itu.

“Emang kenapa, Yah?” tanya Sela heran karena permintaan ayahnya yang tiba-tiba.

“Mama mau melayat ke rumah temennya, ibunya meninggal. Makanya nanti perginya pakai motor kamu aja. Kamu berangkat sama Ayah.” Sela mengangguk mengerti.

Sarapan pagi ini terjadi tanpa obrolan apapun, hening menyelimuti. Hingga saat Bu Ratna telah menghabiskan sarapannya, wanita itu berdiri dan berjalan meninggalkan meja makan lalu masuk ke dalam kamar. Tak lama kemudian Pak Anton ikut beranjak dari tempat duduknya dan melangkah mengikuti sang istri menuju ke kamar.

Sela yang melihat itu hanya mengangkat kedua bahunya, acuh. Gadis itu tetap melanjutkan sarapannya yang hanya tersisa sedikit. Setelah meneguk air putih dan bersiap memanggil sang ayah, Sela dibuat terkejut saat kedua orang tuanya telah kembali ke meja makan dengan sebuah kue di tangan ibunya dan dua buah kado berukuran sedang di tangan sang ayah.

“Selamat ulang tahun, Sela!” ucap Bu Ratna dan Pak Anton bersamaan.

Sela segera bangkit dari duduknya dengan kedua tangan yang menutup mulutnya. Tak menyangka jika kedua orang tuanya akan memberikan kejutan seperti ini. Bahkan jika oleh jujur, Sela malah lupa jika hari ini adalah hari kelahirannya.

“Tiup dulu dong. Keburu lilinnya meleleh,” titah Pak Anton yang langsung dilaksanakan anaknya.

“Selamat ulang tahun, Sela. Makin pinter ya, jangan makin males. Makin rajin juga bantuin mama, jangan cuma tidur aja.” Ayah Sela berkata sambil mengusap kepala anak semata wayangnya itu.

“Selamat tujuh belas tahun, Sela. Udah bisa buat KTP ini sekarang.” Ucapan Bu Ratna berhasil membuat suami dan anaknya tertawa lebar.

“Makasih. Sela malah lupa kalau hari ini ulang tahun. Tuh kan sampe mau nangis.” Sela mengusap sudut matanya yang telah membendung air mata.

“Kamu bisa nangis juga?” tanya Bu Ratna yang berhasil memancing tawa suaminya. Sedangkan Sela hanya menatap ibunya itu dengan malas.

“Mama kan nggak pernah liat kamu nangis selama ini. Kalau marah atau kesel paling cuma diem atau nggak ya tiba-tiba jadi galak banget. Nggak pernah Mama liat kamu nangis sejak kelas 6 SD waktu kamu jatuh itu. Iya kan, Yah?” Pak Anton mengangguk setuju.

“Iya. Terakhir kali liat kamu nangis pas kamu jatuh dari motor kelas 6 SD. Setelah itu nggak pernah liat kamu nangis lagi.”

Ada benarnya juga apa yang diucapkan kedua orangtua Sela itu. Gadis itu memang sangat jarang menangis, ketika di depan orangtuanya. Namun di belakang mereka tentu Sela pernah menangis. Meskipun bisa dihitung menggunakan jari, berapa kali ia pernah menangis setelah kejadian yang diucapkan ibu dan ayahnya tadi.

“Sela pernah nangis kok. Kalian aja yang nggak tau,” ucap Sela menanggapi kalimat orangtuanya.

“Emang iya? Kapan?” tanya Bu Ratna penasaran.

Shitty Dare✔️Where stories live. Discover now