Chapter 11 [Masa lalu]

28.1K 4.7K 62
                                    

Selamat membaca!:)
.
.
.
.
Brian POV.

Aku menyembunyikan wajahku yg tersenyum bersyukur atas yg dialami anak itu. Jujur saja aku pernah mengalaminya, bedanya pengasuhku itu masih dalam keadaan hidup sehat wal Afiat.

Kejadian itu saat aku berumur 7 tahun lebih 2 bulan 23 hari 14 jam 30 detik (Nggak usah dipikir -_-). Waktu itu aku sedang marah terhadap Celine, pengasuhku. Aku tidak ingat jelas alasan kenapa aku marah padanya, yg jelas adalah aku mogok makan selama 2 hari dan keesokannya aku demam tinggi.

Celine bersikeras ingin menemaniku sampai aku tidur, tapi aku menolaknya karena aku masih marah padanya.

Hari pertama. Semuanya tenang saja walaupun aku merasa ada sesuatu yg bergerak gerak dibawah kasurku. Karena tubuhku lemas aku tak mempedulikannya.

Hari kedua. Tirai jendela melambai lambai memperlihatkan bayangan orang yg sedang memanjat dari atas atap..?. Karena aku masih sakit aku kira itu cuma halusinasi.

Hari ketiga. Ini adalah hari terparah yg pernah kualami saat sedang sakit. Dihari itu aku melihat bayangan yg sama seperti hari kedua. Kukira halusinasi jadi aku menutup mataku sebentar. Setelah kubuka kembali bayangan itu menghilang.

'Fyuhh benar itu hanya halusinasi...kan nggak lucu ada yg manjat dari atap ke kamarku'

Aku menghela napas lega lalu menutup mata untuk kedua kalinya. Entah kenapa aku merasa ada yg menatapku dengan intens dari arah jendela. Kubuka mataku kembali. Tidak ada.

Firasat ku mulai memburuk.

'Apa itu seorang mata²? Atau seorang pembunuh?'

Sekarang adalah ketiga kalinya aku menutup mata. Aku berdoa dalam hati semoga semua yg tadi kualami cuma halusinasi. Aku menyelimuti seluruh badanku dengan selimut.

Kamarku terasa sangat hening. Hanya ada suara angin yg berhembus dari luar dan menyebabkan kaca jendelaku bergetar..

Sejak kapan jendelaku terbuka..?

Ada yg aneh disini. Sekarang ini seperti ada suara orang yg merayap sambil terjepit di bawah kasurku sendiri.

Situasi mulai tak lucu. Aku merasa jantungku berdebar-debar saat aku mendengar suaranya menjadi semakin jelas. Aku membuka mataku lagi. Lalu aku melihat bayangan dari balik selimutku. Bayangan yg besar.

'Ini halusinasi. Halusinasi. Halusinasi. HALUSIN NASI?!'

Aku melihat lagi ke arah bayangan itu, bayangannya membesar seperti mendekat kearahku dan mengarahkan tangannya padaku. Aku menutup mata erat.

Sampai akhirnya...

Grep

Wing~

Ada yg menarik kakiku dari bawah dengan keras dan cepat sampai aku terjungkal lalu terjatuh dari kasur. Aku merasa jantungku hampir copot sampai sedetik kemudian...

"TUAN MUDA! KENAPA ANDA BELUM TIDUR HA?!!! INI SUDAH TENGAH MALAMMM!!"

Aku mendengar suara akrab yg sudah kudengar sejak bayi. Siapa lagi kalau bukan...CELINE?!!

"Celine."

"Ya?" Pelayan cantik bermata zamrud didepanku hanya memiringkan kepalanya dengan polos.

'Apa dia yg...?'

"Sejak kapan...kau ada disini?"

Celine tersenyum nakal sambil menggaruk leher belakangnya.

"Sejak...tadi pagi! Hehehe~ karna anda tak mau berbicara dengan saya jadi saya mengawasi anda saat tidur saja! Karena itu sangat menyenangkan bisa melihat wajah anda waktu tidur~." Celine menjawab dengan lancar sekali seakan tak berdosa padaku.

"Sejak kapan kau mengawasiku?"

"2 hari yg lalu saat anda mulai demam."

"Bagaimana kau bisa masuk ke sini? Bukankah pintunya ku kunci?"

"Saya memanjat dari atap kekamar anda dan masuk melalui jendela~."

"Apa kau.....yg merangkak di bawah kasur?"

"Wah! Pendengaran Anda sangat baik! Ya! Itu saya! Hebat kan?~"

Hanya sedetik. Hanya sedetik sampai kamarku berubah menjadi lemari pendingin. Dan Celine yg terkena imbasnya juga ikut menjadi balok es. Sementara aku...demam 2 Minggu.

Sejak saat itu aku berjanji jangan pernah marah pada Celine atau jangan pernah jatuh sakit. Atau kau akan diteror olehnya.

Brian POV. End!

Duke yg saat ini kembali ke kenyataan setelah mengingat memori masa lalunya dengan pengasuh kesayangan walau jahilnya minta ampun itu sekarang tersenyum miris karna pengasuhnya sudah tak ada.

Dia kembali melihat Sherina yg wajahnya sekarang masih memucat seputih kertas dokumen yg sekarang dipegangnya.

Bahkan Duke mengarah kan dokumen ke arah Sherina dan melihat dokumen dan anak angkatnya itu secara bergiliran.

"Hampir mirip." Dia bergumam kecil.

Duke menyeringai. Cepat² dia menutup mulutnya dengan dokumen itu. Tak ingin ada yg melihat ekspresinya.

Duke lupa satu orang. James yg sekarang ini disebelahnya merasa dianggap seperti angin melihat seluruh tingkah atasannya dari tadi.

James hanya bisa menepuk dahinya karna kelakuan atasannya yg nggak tau diri itu.
.
.
.
.
.
Tinggalkan jejak~:)

I became a Villainess? in my brother's novel?!Where stories live. Discover now