Chapter 18 [Undangan]

22.7K 3.6K 40
                                    

Selamat membaca!(。・ω・。)ノ♡
.
.
.
.

Pagi pun datang. Sinar matahari menyinari alam semesta dengan gembira! Tapi tidak untuk MC kesayangan kita kawan kawan.

"Ughh! Apa sih ini? Kok berat?"

Sherina bukan terbangun dengan nyanyian burung yg merdu ataupun sinar mentari melainkan tangan besar yg tiba tiba menghantam wajah cantiknya. Bayangin aja kalian lagi mimpi indah eh! Tiba² kebangun! Kan nggak asik!

Tangan besar yg berat itu tidak lain adalah punya ayah angkatnya yg tanpa sengaja juga ikut tertidur tadi malam di kamarnya. Sherina berusaha menyingkirkan tangan itu. Seharusnya sih gampang tapi dia kan lagi bangun tidur! Mana punya tenaga.

Sherina mengusap usap matanya dan duduk tiba²

Ta-da!

Disambut wajah setampan malaikat, ditambah bajunya yg dalam kondisi berantakan yg sama dengan rambutnya. Benar² mempesona pikirnya. Sherina tersadar. Itu ayahku woy! Sadar Sher! Sadar! Ayo ingat siapa lagi yang tampan! Kakak! Iya! Kak Allen! Ingat saja kakak!

Sherina menepuk nepuk pipinya dengan keras sambil menghapus hal yg seharusnya tidak dia lihat tadi. Tapi kan sayang kalo nggak dilihat!

Gini nih! Dilihat nggak boleh tapi kalo nggak dilihat sayang! Huhh!

Sherina kembali melihat wajah tampan Brian yg menyilaukan mata ini. Ugh! Silau men! Ada yg punya kacamata hitam nggak? Mau pinjam sebentar boleh?

Brian yg sudah terbiasa ikut perang pun segera merasa tak nyaman dengan tatapan langsung yg diarahkan padanya. Dia mengerjakan matanya melihat ke depan nya orang yg menatapnya. Dia lupa kalau yg tidur dengannya itu anaknya.

Brian dengan cepat menaruh tangannya di leher sang penatap sebelum penglihatannya menjelas.

"Woy! Bangun oi! Salahku apa sih?! Makanya kalo bangun tuh matanya dibuka! Jangan ditutup terus! Dikira mati lho!" Sherina menggeliat berusaha melepaskan tangan Brian yg sekarang sedang mencekik lehernya dengan pelan.

Brian teringat kejadian malam tadi. Dia dengan perlahan melepaskan tangannya secara hati-hati dari leher Sherina. Dia mengelus leher Sherina dengan pelan, lehernya anak itu sekarang sedikit memerah. Brian merasa sedikit bersalah.

"Santai saja. Aku nggak akan mati karna itu doang!"

Luka tetap luka. Brian sedikit lebih merasa bersalah melukainya tanpa alasan yg jelas. Padahal dia merasa sudah lumayan nyaman dengan anak yg diadopsinya itu. Sherina yg membaca raut wajah milik Brian hanya bisa tersenyum canggung. Sherina bingung dan canggung dengan yg dilakukan Brian.

"Aku--"

Tok Tok Tok!

Tiba² terdengar ketukan dari pintu kamar.

"Ekhem! Tuan? Nona? Kalian sudah bangun? Saya permisi masuk ya." James dan para pelayan tiba² masuk ke kamar sebelum Brian atau Sherina menjawab. James juga membawa sebuah surat berstempel keluarga kerajaan yg menarik perhatian Sherina sendiri.

"Maaf jika saya lancang. Tapi anda mendapatkan surat perintah dari istana Tuan." James dengan sopan menyerahkan surat itu pada Brian yg sekarang sudah duduk dipinggiran kasur. Sherina yg merasa bukan itu bukan urusannya hanya kembali berbaring walaupun dia kepo apa isinya.

"Surat perintah langsung darinya ya?" Brian masih melihat lihat surat itu dengan waspada. Tidak biasanya Raja menyerahkan surat dengan stempel pribadi miliknya tanpa alasan khusus..

Perasaan Sherina tak enak soal ini. Brian membuka dengan pelan dan membaca isinya. Butuh beberapa menit agar Brian menerima isinya. Apa isinya sih?

Brian menghela napas sambil memijit kepalanya. Dia langsung berdiri tanpa berbalik sambil berkata..

"Hari ini kau ikut ke istana Sherina. Raja ingin bertemu secara langsung denganmu." Brian langsung pergi diikuti James dibelakangnya.

Tenyata perasaan buruknya benar terjadi. Diruangan ini sekarang tinggal tersisa para pelayan perempuan dan Sherina sendiri yg sekarang sedang duduk melamun.

Sherina terkejut bukan main. Ini pertama kalinya seorang Duke Crisverse memanggil namanya secara langsung dan jelas. Bukan! Itu tak penting sekarang! Kenapa aku ke istana?!

Ya. Ini bukan saatnya dia pergi ke istana jika menurut novel. Di novel saat pertama kali ke istana adalah saat pertemuan pertamanya dengan pangeran! Yg seharusnya satu tahun lagi! Kenapa alurnya serabutan gini sih?!

Sherina diadopsi dan pergi ke istana setahun lebih cepat dari alur.

'Ya ampun apa aku akan kena masalah sekarang? Kenapa Raja ingin bertemu denganku? Bukankah dia tak tertarik dengan Sherina?'

Sekarang ini Sherina sedang didandani habis habisan oleh para pelayan yg mendengar nona mereka diundang ke istana hari ini jadi mereka ingin nona mereka tampil dengan sempurna.

"Ah! Apa yg harus kita siapkan?"

"Hei! Mana yg lebih bagus? Merah atau biru?"

"Oh tidak! Kita tidak punya banyak waktu lagi!"

Walaupun Sherina ditarik sana sini oleh mereka pikirannya masih penuh dengan pertanyaan yg menumpuk. Dan juga dia cemas. Jika alurnya saja serabutan seperti ini apa dia akan lebih cepat bertemu dengan pangeran?. Dia khawatir sampai² 1 setengah jam berlalu tanpa dia sadari.
.
.
.
Tinggalkan jejak!('ω') ~♪

I became a Villainess? in my brother's novel?!Where stories live. Discover now