Chapter 32

450 87 7
                                    

|Besok pulang kuliah ketemu di O'Cafe|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Besok pulang kuliah ketemu di O'Cafe|

Tiaia terbelalak sempurna menatap ponselnya, dan setelahnya terdengar teriakan yang memenuhi seisi kos, gadis itu melompat-lompat seperti kera.

Ponselnya ia biarkan berada di atas ranjang dengan pesan dari Bian yang masih terbuka. Bukan main senangnya hati Tiaia, pasalnya ini pesan pertama dari Bian.

Biasanya Tiaia bahkan hampir menyerah untuk menunggu balasan pesan dari Bian, tapi sekarang malah Bian yang mengiriminya pesan duluan, hal itu membuat seketika dada Tiaia seperti diledakkan oleh ribuan petasan.

|Bisa kan?|

Pesan kedua masuk lagi, dan langsung terbaca, karena Tiaia tidak mengeluarkan pesan Bian sebelumnya.

Melihat itu, Tiaia berhenti melompat dan mukanya seketika memerah, karena lupa membalas pesan Bian saking bahagianya, dan ia benar-benar malu, semoga saja Bian tidak tahu akan kekonyolannya.

|Maaf, tadi gue ke kamar mandi bentar|

Bohong Tiaia memperbaiki harga dirinya.

|Angkat telfon gue|

Pesan balasan dari Bian lagi-lagi membuat Tiaia bersemu merah, dia memperbaiki dandanannya, dan bahkan membenarkan rambutnya yang berantakan, padahal Bian cuma menelfon bukannya video call.

Entahlah, tapi untuk seseorang yang tengah dimabuk asmara, itu masih terbilang waras. Lalu beberapa kali Tiaia berdehem memperbaiki posisi pita suaranya yang mungkin sedikit bergeser karena teriakan sebelumnya. Jangan sampai Bian mendengar suaranya seperti kambing yang akan melahirkan.

Telepon Tiaia bergetar, di layar tertera nama Bian, dan tidak menunggu lama, gadis itu langsung mengangkat dan mengarahkan ponsel itu ke telinganya.

"Halo," jawab Tiaia.

"Lo bisa kan?" tanya Bian.

"Bisa sih, tapi ngapain?"

"Minum kopi," jawab Bian.

Tiaia mengerutkan keningnya, "Hah!?"

"Ke cafe yah buat minum kopi lah."

"Maksud gue, dalam rangka apa lo ngajakin gue minum kopi?"

"Dalam rangka pengen minum kopi."

Lagi-lagi kening Tiaia berkerut bingung, ternyata selain di luar jangkauan, Bian juga di luar nalarnya.

"Mau atau ngga?" tanya Bian to the point.

"Gue mau!" teriak Tiaia cepat.

Persetan dengan gengsi yang selama ini ia junjung tinggi, jika itu menyakut Bian, Tiaia akan melakukan segala yang ia bisa.

"Ok, ketemu besok."

"Bian," cegat Tiaia saat Bian hendak menutup teleponnya.

"Hmm?"

Di luar jangkauan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang