Chapter 36

457 95 5
                                    

Tiaia masih mempelototi layar ponselnya dalam keremangan cahaya kamar, hanya lampu tidur yang menjadi sumber penerangannya saat ini, ditambah sedikit cahaya dari ponselnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tiaia masih mempelototi layar ponselnya dalam keremangan cahaya kamar, hanya lampu tidur yang menjadi sumber penerangannya saat ini, ditambah sedikit cahaya dari ponselnya.

Penunjuk waktu di ponselnya sudah menunjukkan pukul satu dini hari, tapi matanya belum mengantuk sama sekali, pikirannya kembali saat Bian mengatakan mau jadi pacarnya. Apa laki-laki itu serius dengan ucapannya? Bahkan sudah satu hari berlalu, tapi Bian tidak kunjung menghubunginya sebagai seorang pacar. Jangankan menghubungi, bahkan sejak malam itu, Tiaia tak lagi melihat batang hidung pacarnya itu.

"Apa jangan-jangan dia lupa kalau sudah punya pacar?" gumam Tiaia sambil mendengkus kesal.

Bagaimana kalau Bian melupakan ucapannya begitu saja? Bagaimana kalau ternyata laki-laki itu tidak serius dengan ucapannya? Bagaimana kalau hanya ia yang menganggapnya berlebihan? Tapi jika itu menyangkut perasaan bukannya itu tidak berlebihan, sebagai seorang gadis, Tiaia juga butuh kepastian dan pengakuan. Apa sebaiknya ia tanyakan saja? Atau anggap seperti tidak terjadi apa-apa?

"Aaahh!" Tiaia mengacak rambutnya frustrasi, lantas melempar guling tepat menghantam kepala belakang Khiara.

Khiara meringis karena merasakan sesuatu menggoncang kepalanya.

"Ini udah jam berapa? Lo ngga tidur?" tanya Khiara yang sudah terlanjur terbangun karena hantaman bantal guling.

Gadis itu kemudian bangkit dan meraih gelas yang berisi air minum di atas naskas, lalu meneguknya pelan.

"Gue kebangun, dan ngga bisa tidur lagi," bohong Tiaia. Padahal memang ia belum tidur sama sekali sejak tadi, meskipun sudah beberapa kali berusaha memicingkan mata.

Khiara tak menjawab, dan memilih kembali tidur, beberapa saat kemudian terdengar kembali dengkuran halus namun teratur memenuhi seisi kamar.

Tiaia menghela, kembali ditatapnya layar ponsel yang memperlihatkan pesannya yang juga belum dibaca Bian sama sekali.

"Mungkin dia sibuk atau sudah tidur," batin Tiaia mencoba untuk berpikir positif, agar otaknya bisa sedikit tenang.

Diletakkannya ponsel itu di atas nakas di samping gelas, lalu perlahan ia kembali mencoba untuk menutup matanya.

"Semuanya akan baik-baik saja," batinnya, sebelum akhirnya ia benar-benar tertidur melewati malam yang panjang.

******

Kampus masih ramai, ada yang masih kuliah dan ada yang berkegiatan di gedung kemahasiswaan. Beberapa unit kegiatan mahasiswa terlihat tengah berkumpul, ada yang sedang rapat unit, ada yang melakukan kegiatan mingguan club mereka, dan ada juga yang hanya sekedar duduk-duduk saling bercerita di sekretariat mereka sepulang kuliah, dari pada dicemooh sebagai mahasiswa kupu-kupu.

Mahasiswa kupu-kupu adalah istilah yang terkenal dikalangan mahasiswa, disematkan kepada mahasiswa yang pasif organisasi, dan hanya pergi ke kampus untuk tujuan kuliah, setelah itu kembali pulang ke rumah atau kos masing-masing. Paling mentok mereka para mahasiswa kupu-kupu hanya ke perpustakaan atau kantin.

Di luar jangkauan (END)Where stories live. Discover now