[8] My Feeling

943 171 1.1K
                                    

Happy Reading!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading!

"Aku cemburu saat kamu dekat dengan yang lain, apalagi musuh bebuyutanku. Aku juga sering merasakan jantungku yang bergemuruh ketika berada di dekatmu. Tapi, aku tidak tahu apakah itu cinta atau hanya degupan biasa."

[8] My Feeling

"Lumayan. Tujuh puluh." Guru iblis itu memberikan hasil ujian Biologi kepadaku. "Kalau saja kamu tidak menyontek pada tiga puluh nomor terakhir, mungkin aku bisa memberikanmu nilai delapan puluh."

Aku menerima sambil memasang wajah kesal. Sembari berjalan menuju tempat duduk, aku bergumam sendiri. Kalau tiga puluh nomor terakhir aku tidak menyontek, akan mendapat nilai delapan puluh? Dasar pelit nilai!

"Hyolin."

Panggilan tersebut membuat lamunanku terbuyar. Aku menoleh ke arah Clar yang duduk di sampingku. Clar mengarahkan telunjuk pada lehernya. Aku yang penasaran pun mengeluarkan handphone, membuka aplikasi kamera untuk memeriksa apa maksud Clar.

Setelah tahu yang kulihat, aku tersenyum manis setelah menaruh handphone di atas meja. Kecupan terakhir dari Edgar. Walaupun aku tidak bisa melihat dirinya dengan begitu jelas, tapi aku yakin kalau itu adalah Edgar.

Selalu saja. Guru iblis itu sepertinya tidak ingin melihatku gembira. Ia menaruh tangannya di atas meja yang membuatku menoleh. Baru saja aku hendak bertanya, guru iblis tersebut mendekatkan wajahnya pada telingaku, lalu berbisik, "Apa yang harus dibanggakan jika mendapatkan kecupan dari pria asing?"

P-pria asing?

"Maksudmu apa?"

"Baguslah pelajaran hari ini selesai lebih cepat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Baguslah pelajaran hari ini selesai lebih cepat. Aku tidak sabar mau tidur seharian."

Baru saja aku hendak meregangkan otot-ototku, seseorang memanggil namaku. Ya, kalian pasti tahu siapa orang itu. Aku menoleh ke arah guru iblis tersebut sembari menaikkan sebelah alis.

"Tunggu aku di luar kelas. Ada hal yang ingin aku bicarakan."

Tunggu di luar kelas? Kenapa tidak sekarang saja? Aku, 'kan mau tidur! Dengan langkah gontai, aku berjalan melewati guru iblis tersebut berjalan keluar kelas. Sampai di luar, aku menyandarkan tubuh pada tembok, menatap para siswa kelas lain yang sedang berlari joging. Sudah sore seperti ini, masih ada pelajaran Olahraga? 

Treat You Like An Enemy | ✔Where stories live. Discover now