Wattpad Original
There are 7 more free parts

Bab 1

71.9K 4.5K 114
                                    


Aku mengerang frustasi pada jalanan di depanku. Telapak tanganku mencengkeram kuat setiran dalam genggamanku hingga kuku jari-jariku memutih. Seharusnya kakiku bisa menginjak pedal gas Honda HRV yang aku kendarai dengan lebih dalam, namun nyatanya kondisi jalanan di depan moncong mobilku seperti mengejekku habis-habisan.

Aku mengarahkan mobilku ke Kawasan Mega Kuningan di mana hari ini aku membuat janji untuk bertemu dengan Tuan Jeff, seorang notaris, pukul dua siang di kantor mereka. Aku sudah terlambat tiga puluh menit dari waktu pertemuan kami gara-gara Elis Zwetta dan pacar berondongnya, seorang pria muda yang kutaksir berusia tak lebih dari setengah usia Elis.

Elis Zwetta adalah janda cantik berusia lima puluh tahun, seorang pebisnis yang memiliki beberapa butik mewah yang menjadi langganan kalangan sosialita Jakarta.

Sebagai seorang marketing bank, Elis adalah debitur potensialku. Elis berencana ingin meminjam banyak uang untuk merenovasi salah satu butiknya yang akan dikelola oleh pacarnya tersebut. Awalnya kami bertemu di butik mereka di Kebayoran Baru. Namun, aku tak kuasa menolak permintaan calon pundi-pundi bonus akhir tahunku saat ia dan pacarnya menyeretku untuk melihat butik baru mereka yang ada di Lebak Bulus. Dengan berat hati aku terpaksa mengikuti kemauan mereka.

Alhasil, aku sekarang harus berjuang menaklukkan kemacetan Jakarta yang mengepung mobilku. Meski aku sudah menghubungi Tuan Jeff dan meminta maaf mengenai keterlambatanku, tetap saja aku merutuk diriku sendiri.

Shit.

Aku terlambat hampir satu setengah jam lamanya saat roda mobil Honda HRV milikku menggilas pelan lantai basement gedung di mana kantor Jeff Widiarto and Partners menempati salah satu lantainya.

Aku belum pernah bertatap muka dengan Tuan Jeff sebelumnya. Aku tak bisa menebak kejutan apa yang akan diberikan oleh Tuan Jeff sore ini. Waktu itu hanya salah seorang stafnya saja yang menghubungiku dan memintaku untuk datang ke kantornya sehubungan dengan sebuah wasiat yang dibuat oleh Amelia untukku.

Sebuah wasiat dari Amelia?

Aku tergeleng tak habis mengerti, untuk apa Amelia membuat sebuah wasiat untukku? Amelia pasti tahu persis, aku tak pernah meminta uang sepeser pun atau imbalan apa pun atas permintaannya untuk menjaga Benjamin, putra pertamanya yang waktu itu masih di dalam perutnya.

Amelia.

Amelia Sayang.

Dengan Amelia memenuhi kepalaku, aku memutar kunci untuk mematikan mesin Honda HRV-ku lantas menyambar shopper bag kulit yang ada di samping kursiku. Buru-buru aku mengayunkan tubuhku keluar mobil. Meluruskan rok pensil yang membungkus pinggulku hingga lutut, mataku segera mencari pintu lift yang akan membawaku ke lantai 15.

Ingatan tentang Amelia selalu membuat hatiku serasa diremas. Amelia, sahabat tersayangku yang cantik dan cerdas, kesayangan guru-guru di sekolah kami dulu.

Amelia yang sempurna, tidak ada cela.

Kecuali jantungnya yang terlalu lemah untuk janinnya ....

Dan keras kepalanya ....

"Berjanjilah padaku, Eva. Kalau terjadi sesuatu padaku, aku mohon. Benji harus lahir dengan selamat dan kamu harus menjaganya ...." Amelia menggenggam tanganku kuat-kuat, bola matanya menatapku teguh dan sarat permohonan.

Malam itu, kami duduk berdua di depan layar televisi LED berukuran sangat besar di rumah mewah suaminya di Kemang. Peristiwa ini tepatnya satu minggu sebelum Amelia menjalani operasi caesar, yang pada akhirnya membuat sahabat terbaikku tersebut terkapar tak sadarkan diri selama 4 bulan lamanya.

THE TESTAMENTWhere stories live. Discover now