Destiny

2.1K 173 37
                                    

Suasana perjalanan di dalam mobil sangat hening.

Tidak ada suaraku atau Daren yang keluar.

Atmosfirnya tegang.

Sebenarnya, aku santai-santai saja. Namun, Daren yang membuatnya menjadi tegang.

Bisa kalian tebak, hari ini adalah hari yang sudah ditentukan untuk Markay mengucapkan perpisahan kepadaku. Raka tidak bisa ikut karena masih sekolah, mungkin nanti akan menyusul.

Daren yang mengantarkanku ke Abuba dan berjanji akan menjemput sambil membawa Raka.

Daren yang mengizinkanku untuk bertemu dengan Markay namun, Daren juga yang tegang.

Bahkan, sampai mobil tersebut berhenti di depan Steak House tersebut, Daren masih diam tanpa kata.

"Aku turun dulu," ucapku sambil melepas sabuk pengaman.

Daren masih bergeming, tidak menanggapi ucapanku.

"Nanti aku kabarin kalo udah selesai," ucapku lagi. Daren tetap bergeming.

Karena tidak merasa mendapatkan jawaban, akhirnya aku membuka pintu.

Tepat saat pintu terbuka, Daren menarik lenganku dan langsung meraih tengkukku. Daren mencium bibirku. Memagutnya dan melamutnya seperti tidak ada hari esok.

Tubuh Daren semakin merapat ke arahku dan tangannya dengan cekatan menutup pintu yang ada di belakangku. Setelah itu, Daren semakin merapatkan tubuhnya dengan tubuhku hingga diriku menyender di pintu.

Aku kewalahan menanggapi ciuman Daren yang seperti orang kesetanan. Daren seperti meluapkan semua emosinya dalam ciuman ini. Daren menggigit, menghisap dan melumat habis bibirku. Lidah kami bertemu dan saling melilit.

Sampai akhirnya, nafas kami habis dan aku langsung melepas ciumannya.

Dahiku dan Daren bertemu dengan nafas yang masih tersengal-sengal.

"Ingat, kamu milik aku. Selamanya milik aku." Ucapnya tegas.

Aku mengangguk mengerti.

"Jangan tinggalin aku," ucap Daren lagi. Aku kembali mengangguk.

"Ini terakhir kalinya kamu bertemu sama dia. Raka juga gak akan aku izinin untuk bertemu dia lagi. Kamu sama Raka punya aku. Selamanya–" kata-kata Daren terhenti saat aku mengecup bibirnya sekilas.

Aku kemudian mengelus pipinya lembut. Menenangkan Daren yang seperti sangat takut jika aku pergi meninggalkannya bersama Markay yang faktanya hal itu tidak akan terjadi.

"Aku dan Raka akan selalu sama kamu. Percaya ya?" Gumamku lembut.

Daren menutup matanya, menikmati usapan lembut tanganku di pipinya.

Akhirnya, Daren mengangguk pelan.

Setelah itu, Daren mengecup hidungku dan membukakan pintuku. Melepas kepergianku untuk bertemu dengan Markay.

Aku tau jika Daren takut, cemas dan khawatir. Namun, hal tersebut tidak perlu dipikirkan. Aku tau jelas untuk siapa hatiku bersandar.

Aku melambaikan tangan ke arah mobil Daren yang perlahan menjauh. Setelah itu, aku masuk ke dalam Abuba dan mencari dimana Markay duduk.

Markay melambaikan tangannya saat melihat diriku.

Tempat duduk Markay berada di ujung ruangan dekat dinding. Tempatnya di ujung seperti Markay benar-benar membutuhkan privasi.

Markay berdiri saat aku sampai di mejanya. Markay memelukku sebentar kemudian mempersilahkanku untuk duduk.

"Udah lama?" Tanyaku sambil duduk di hadapannya.

Married by Accident ✔️Where stories live. Discover now