Semenjak Alex berkata seperti itu padaku, kondisi kecemasanku semakin parah. Aku tak lagi bisa mengendalikan tanganku yang gemetar hebat di lagi hari. Aku selalu merasa bahwa setiap aku bangun dari tidurku, kejadian itu akan terulang lagi ; Alex marah, lalu menyumpah kepadaku.
Hari ini Selasa. Effingham masih libur dan belum ada tanda-tanda akan dibuka kembali. Polisi dan yang lainnya masih menginvestasi apa yang terjadi mengenai ledakan itu.
Aku lebih sering mengurung diri di dalam kamar, hanya sesekali keluar ketika makan siang dan makan malam, dan pada saat Miller memanggilku. Aku terus meluapkan isi kepalaku yang kacau balau ke tinta-tinta dan warna-warna acak di atas kertas. Semua gambar itu mengerikan, dan tak waras.
Kali ini aku menggambar bangunan sekolah yang menjadi tempatku belajar sebelum aku pindah ke Effingham. Aku tak tahu kenapa memutuskan untuk menggambarnya. Tetapi di sana aku melukiskan banyak siluet perempuan yang berkumpul dan berpisah dari satu orang lainnya. Aku sendiri.
Teman-temanku menjauhiku. Orang-orang di Grand Public School tidak pernah mau menyamakanku dengan yang lain. Aku berbeda, kata mereka. Mereka tak mau berteman denganku karena aku senang merampas hak mereka. Entahlah. Tetapi mereka selalu berkata sinis kepadaku ketika aku mendapatkan juara kelas, ataupun memenangkan lomba.
Mereka bilang aku ingin kesenangan dengan menendang lawan keluar pertandingan. Mereka bilang aku punya sihir untuk mengelabui para juri melalui wajahku, agar mereka memberikanku piala dan posisi pertama di setiap kompetesi akademik sekolah. Mereka menjauhiku, dan beberapa di antara mereka terus menerus berkata padaku bahwa hidupku sempurna. Aku sangat beruntung. Aku tampaknya tidak perlu sudah payah mendapatkan semua itu.
Aku berhenti melukis dan bersandar ke kursi.
Selama ini jarang sekali ada teman perempuan yang mau bergaul bersamaku. Hanya teman lelaki yang berani berkenalan denganku dan menjadi teman-teman di sekolahku. Tapi nyatanya hampir semua pertemanan itu lagi-lagi hancur karena mereka mengetahui bahwa aku sudah memiliki seorang kekasih. Jacob, contohnya. Ia terus menghantui Tom dengan hinaan-hinaan yang tak pantas.
Itulah masalahku ketika di Grand Public School. Aku selalu merasa tak punya teman dan memang begitu faktanya. Lalu aku mendapati bahwa Bibi Jade adalah sosok ibu yang sangat penyayang dan pengertian. Aku membutuhkan seseorang seperti itu sejak dulu.
Sebenarnya aku memiliki Fransesca. Kakak perempuan angkatku yang ceria dan selalu bercerita segala hal denganku. Tetapi ia kini tinggal di Washington untuk bekerja sebagai dokter gigi. Kami jarang bertukar kabar karena ia semakin sibuk dengan pekerjaannya. Miller, Albert, Robert dan Alex memiliki perbedaan denganku di sisi emosional karena jelas mereka semua laki-laki. Dan Miller bekerja hingga larut malam, Albert sudah memilki rumah sendiri, dan Robert jarang pulang ke rumah. Lalu Daniel? Ia sedang kuliah di Melbourne untuk menyelesaikan studinya. Sedangkan Stephanie belum datang lagi. Dan yang kumiliki adalah Alex.
Alex adalah satu-satunya teman yang paling bisa menghiburku. Ia melebihi sahabat atau sekadar kembaranku. Ia segalanya. Dan ia pun merasakan hal yang sama denganku. Tetapi kondisinya barangkali lebih baik dariku karena ia bisa menceritakan hal apa pun dengan Albert dan yang lainnya.
Aku kini merasa benar-benar sendiri. Kebahagiaanku untuk saat ini hanyalah melihat Miller beristirahat dengan sehat walau gejala depresinya belum benar-benar pulih. Dan aku selalu menunggu pesan dari Tom karena ia setidaknya bisa menyembuhkan lukaku. Tetapi sudah dua hari ia tidak memberi kabar apa pun, dan ia tidak pernah membuat status.
Lalu aku benar-benar sendirian sekarang. Bersama gambar-gambarku yang mengerikan untuk dilihat. Tapi tak sampai hati aku membuang mereka semua.
Tiba-tiba ponselku kembali berbunyi. Aku terlonjak senang dan berharap bahwa itu Tom. Tetapi nyatanya Edward yang mengirimkan foto.
Aku langsung membukanya dan menyadari bahwa aku belum membalas pesannya sejak hari Minggu.
Edward :
Emma kau belum tidur?😅
Aku punya cerita menarik.
Ini tentang pengalamanku berbincang dengan kasir supermarket yang terus menawarkanku pempers bayi.
Tidak jadi cerita deh. Aku harus mencari humor lebih elegan untukmu. 🙃Woa kau online!
Sedang chat sama siapa?🤔
Emma jawab dulu pesanku. Aku harus tidur beberapa menit lagi.
Emma? Kau chat sama siapa sih?
🙄🙄🙄
Halo
Halo 😕
Halooooo?????Kau suka bunga?
Aku langsung membalasnya dengan sekali ketikan dan menghasilkan satu paragraf.
Maaf baru sempat membalasnya sekarang. Kemarin aku ketiduran sambil menggenggam ponsel dan belum keluar dari aplikasi. Yeah barangkali cerita pempers itu lucu. Kenapa tidak dilanjutkan saja? Aku suka bunga tetapi tidak dengan durinya jika ia memiliki duri.
Dan ia hanya menjawab pesan yang begitu singkat.
Edward : OK.
Dan Edward kembali mengetik lalu pesan lain muncul.
Alex : meet me at the park.
Aku langsung menutup aplikasi dan pergi keluar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKE ME UP WHEN I SLEEP [COMPLETED]
General FictionAlex adalah saudara kembar Emma yang sangat setia menemaninya, bahkan di saat-saat terberat dalam hidupnya. Alex dan Emma merindukan orang tua mereka yang sudah meninggal sejak mereka bayi. Namun, kini mereka harus menjadi korban dari pertikaian kak...