LMP - 06

7 2 0
                                    

Karena aku tipe orang yang susah tidur lagi ketika sudah terlanjur bangun, aku pun tidak kembali tidur ketika Leah sudah pergi dari rumahku.

Sebagai gantinya, aku memilih untuk pergi ke kafe dekat sekolah yang buka setiap hari. Aku rindu red velvet latte-nya. Tak lupa juga aku membawa serta laptopku, sekalian mengerjakan tugas makalahku di sana.

Selesai menyebutkan pesanan dan membayar di kasir, aku mencari tempat duduk yang ingin kutempati. Aku sedikit terkejut ketika mendapati seorang laki-laki—yang begitu familier bagiku—duduk di pojok ruangan dekat jendela. Aku semakin terkejut ketika dia ternyata menatapku juga.

Aku pun akhirnya memilih untuk menghampirinya.

"Hai, Kak."

Dia membalas sapaanku dengan nada biasa. Tidak ramah, namun tidak cuek.

"Sendirian aja?" tanyaku.

"Iya, gue sendiri ke sini."

Jawabannya membuatku merasa curiga. Rasanya aneh sekali mendapati seorang laki-laki pergi ke kafe yang lebih cocok untuk tempat berpacaran ini sendirian. Apalagi bagi laki-laki di depanku ini.

Mataku meneliti ruangan dan memanjang leher untuk menjangkau pandanganku ke toilet. Namun aku tak menemukan keanehan. Untuk usaha terakhirku, akhirnya aku merendahkan tubuhku demi mengintip pemandangan di bawah meja.

Setelah tidak mendapatkan apapun dan menyadari tingkah konyolku, aku pun kembali memandang orang di depanku ini.

Dia tertawa, tepatnya menertawai tingkahku. "Gue benar-benar sendirian ke sini, Nai. Nggak ada selingkuhan atau apa pun kecurigaan lo ke gue."

Astaga, laki-laki ini peka sekali.

Sambil menyengir, aku pun membalas, "Kalau gitu gue duduk di sini aja deh ya, Kak."

Setelah mendapatinya mengangguk, aku pun segera duduk di hadapannya.

"Kok lo ke sini sendirian sih, Kak? Lo kelihatan jones banget, tahu."

"Suntuk di rumah dan Leah lagi kerja kelompok. Sebenernya gue udah ngajak teman-teman gue ke sini, tapi mendadak mereka batalin, ya udah akhirnya gue ke sini sendirian," ujar Robby yang membuatku tertawa.

Di depanku ini memang Robby yang tak lain merupakan kekasih sahabatku, Leah. Selama ini aku hanya tahu nama dan reputasi buruknya di sekolah, tidak pernah mengenal secara langsung. Tapi karena kini dia kekasih sahabatku, aku ingin mengenalnya dengan baik. Memastikan jika laki-laki di depanku ini memang tepat untuk Leah atau tidak.

"Lo sendiri gimana? Kok bisa sampai nyasar di sini sendirian?" Robby menyelesaikan kalimatnya bertepatan dengan pelayan kafe yang membawakan pesananku.

"Tidur tenang gue diganggu sama pacar nyebelin lo itu, dan karena gue nggak bisa tidur lagi, akhirnya gue memilih ke sini aja. Sekalian melepas rindu sama minuman favorit gue di sini."

"Sekaligus ngerjain tugas?" tanyanya sambil melirik ranselku yang sudah kulepas.

Aku mengangguk setelah menyeruput sedikit minumanku. "Ya, rencananya gitu. Tapi sekarang gue lebih tertarik interogasi lo aja."

Sebelah alisnya terangkat, merasa aneh dengan perkataanku. "Interogasi gue?"

Aku kembali mengangguk. "Lo beneran cinta sama Leah?"

Robby menatapku dengan kening mengerut. Sepertinya dia berpikir dengan keras untuk menjawab pertanyaanku tersebut.

"Cinta? Gue nggak ngerti soal cinta."

"Jadi lo nggak cinta sama sahabat gue? Lo cuma mau mainin dia, gitu maksud lo, Kak?" tanyaku bertubi-tubi sambil memandangnya geram.

Kulihat Robby sedikit terlonjak kaget, seolah tak siap dengan reaksiku yang sepertinya lumayan berlebihan.

Love Me, Please! [END]Where stories live. Discover now