MENEPI UNTUK PERGI 23.

3.5K 319 63
                                    

Aku update lagi loh.

Apa kalian sudah siap buat baca dan menuhin komentar nya?

Yuk ramaikan.

KALAU ADA TYPO LANGSUNG TANDAIN YA.

MENEPI UNTUK PERGI 23.

"Hari ini sebuah kejelasan di proklamasikan. Sayangnya, kejelasan ini bersifat sendu, dia mematahkan harapan yang telah lama tumbuh. Kita berakhir. Dan aku tak pernah siap akan hal itu." --Dito Andreas.

Zea duduk termenung sembari menunggu jemputan ayahnya. Teman-temannya sudah pulang lebih dulu tapi ada beberapa juga yang masih menunggu jemputan orang tua mereka. Tadi saat keluar dari bis Zea menyapa Agatha namun tak dibalas sama sekali olehnya, jangankan di balas di lirik saja tidak.

Nathan menghampiri Zea yang duduk melamun di kursi panjang dekat gerbang sekolah "Mau bareng gue?"

Zea menoleh mendapati Nathan yang sudah duduk di sampingnya "Gak usah Nath"

"Kalau gitu gue tungguin lo sampai di jemput ya"

Zea tak bergeming sama sekali, hanya diam menunduk dan menatap telapak tangannya yang di perban dan mengeluarkan darah.

"Ze tangan lo berdarah" Panik Nathan.

"Gak papa" Balas Zea singkat. Rasa sakit sudah tak ia pedulikan lagi.

"Tapi itu bakalan sakit"

"Enggak"

Mobil pajero sport milik Arief berhenti tepat di depan gerbang sekolah milik Zea. Arief segera keluar dan mendapati anaknya yang juga sudah berdiri untuk bersiap menuju mobil miliknya.

Tanpa menghiraukan Nathan Zea berjalan begitu saja menuju mobil, tanpa senyum ke ayahnya dan menyapa ayahnya. Zea membuka pintu mobil dan masuk begitu saja membuat Arief yang tadi memasang wajah senang seketika menjadi bingung.

Nathan langsung menghampiri Arief yang terlihat sangat kebingungan dengan sikap anaknya yang terkesan asing dan aneh.

"Hai om" Sapa Nathan membuat Arief langsung menoleh kearahnya.

"Hai, kamu temennya Zea?"

"Iya om, saya Nathan teman nya Zea"

"Boleh saya tanya?"

"Boleh om"

"Ada apa dengan Zea, tidak biasanya dia bersikap seperti itu kalau. Apa ada masalah?" Tanya Arief menyelidiki.

Nathan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, antara bingung dan gugup untuk menjelaskan karna ini kali pertama Nathan bertemu kedua orang tuanya.

"Nathan" Panggil Arief lagi membuat Nathan tersadar dari kebingungannya.

"Ah, iya om" Gugup Nathan.

"Bisa jelaskan?"

Mau tak mau akhirnya Nathan menceritakan semua apa yang terjadi di buper hari ini dan tak lupa juga menjelaskan semua kesalah pahaman ini. Sudah bisa di pastikan pasti besok Zea akan dapat surat scors dari kepala sekolah dan namanya tak akan sebersih dan sebaik dulu lagi.

Arief mengusap wajahnya gusar "Kalau begitu om pergi dulu kasian Zea pasti dia lelah dengan semua ini. Terimakasih ya Nathan"

Nathan mengangguk dengan senyum "Iya om hati-hati"

Arief berjalan dan membuka pintu mobil ia melihat Zea yang membuang muka kearah jendela dengan wajah yang muram dan banyak luka di dahi dan tangannya.

MENEPI UNTUK PERGI [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang