🍁78🍁 Akhir

3.4K 323 41
                                    

"TUHAN, KEMBALIIN REJA!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"TUHAN, KEMBALIIN REJA!"

"REJA, TOLONG KEMBALI! JANGAN TINGGALIN GUE!"

Varas menjerit-jerit dengan mata yang tertutup. Bahkan seseorang yang sedari tadi menepuk-nepuk pundaknya dan meneriaki namanya tidak Varas hiraukan.

"Varas! Sadar! Lo kenapa sih?"

Suara itu tidak asing. Varas langsung membuka matanya dan menatap orang yang sedari tadi memanggilnya. Kemudian ia menatap sekeliling.

"Lo kenapa?"

Varas terdiam sejenak dan berusaha mengingat apa yang sudah terjadi tadi. Kemudian Varas mengusap air matanya yang membasahi seluruh wajahnya.

"Reja, ini bukan mimpi?" tanya Varas karena ada Reja di depannya. Reja yang masih sehat tanpa terluka sedikitpun.

"Lo mimpi apa?" tanya Reja. Ia sangat khawatir karena melihat Varas tidur sambil menangis. Makanya Reja langsung menepikan mobilnya dan berusaha membangunkan Varas yang susah untuk dibangunkan.

Varas tidak menjawab pertanyaan Reja dan langsung memeluk Reja dengan erat. Berkali-kali ia mengucapkan kata syukur karena ia hanya bermimpi. Sungguh mimpi itu sangat mengerikan karena tampak sangat nyata.

"Ras," panggil Reja dengan lembut. Ia membalas pelukan Varas. "Cerita, Ras."

"Reja, gue mimpi lo meninggal. Gue takut banget, Ja. Gue takut. Gimana kalau nantinya gue beneran kehilangan lo?" Varas menangis sesenggukan di pelukan Reja. Seluruh tubuhnya bergetar dan penuh keringat akibat mimpi buruk itu. Walaupun itu cuma mimpi, tapi mimpi itu sangat mengerikan.

"Ras, tolong jangan gini," pinta Reja. Melihat Varas yang terlihat ketakutan, Reja ikut merasa takut. Sungguh ia cemas kalau mereka tidak bisa bersama.

"Ja, gue harus gimana? Gue takut. Gue takut, Ja."

Napas Reja memburu ketika mendengar suara Varas yang penuh kesedihan dan ketakutan. Ia juga tidak tahu harus dengan cara apa untuk menghilangkan rasa takut ini.

"Stop, Ras." Reja melepaskan pelukan mereka dengan paksa. Ia mendudukkan Varas di tempat duduk semula. Kemudian Reja menatap mata Varas dengan lekat-lekat. "Kita gak bakal bisa bahagia kalau rasa takut itu terus ada. Itu cuma mimpi, Ras. Mimpi gak mungkin terjadi. Lo coba tenangin diri lo," ucap Reja penuh penekanan.

Varas terdiam dan memalingkan wajahnya. Benar kata Reja, jika ia terus ketakutan tanpa sebab begini, mereka tidak akan pernah bahagia. Harusnya ia tidak terlalu tertekan sehingga ia tidak bermimpi seperti itu. Pasti karena ia terlalu tertekan, makanya ia bisa bermimpi buruk seperti itu.

"Kita nikmatin kebahagiaan ini tanpa ada rasa takut. Jangan goyah hanya karena pikiran negatif lo," tambah Reja.

Mereka sudah terbebas dari masalah berat dalam kehidupan mereka. Kini waktunya mereka merasakan kebahagiaan yang selalu mereka nanti-nanti sejak dulu. Menikmatinya tanpa rasa khawatir, rasa gelisah, dan rasa takut yang bisa membuat kebahagiaan itu sirna.

MASCULINE (END)Where stories live. Discover now