part 2

62 23 0
                                    

Rumah kedua, Ketika kita keluar dari rumah dengan niat memcari ilmu, kita bakal menemukan rumah kedua kita.Jangan lupa vote dan komen, jika ada penulisan atau bahasa yang kiranya mengganggu komen aja, okeehh...
Happy Reading

0
0
0

Suasana baru, teman baru, ruang lingkup baru. Yaps, Daisy berada di rumah keduanya hampir empat tahun. Berangkat dari desa menuju kota bukanlah hal yang mudah untuk dijalani, apalagi dengan mental yang masih ecek-ecek macem krecek seperti dia. Gadis yang dipanggil Sisy itu hanya bermodalkan tekad, karena melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi itu salah satu permintaan dari sang Kakek, permintaan tersebut tidak bisa dia tolak karena itu permintaan dari orang yang selama ini merawatnya. Dan disinilah dia sekarang.

💖💖💖

Setelah praktik lapangan selesai sebulan yang lalu, kini tiba saatnya Sisy berada ditahap pengajuan proposal. Perempuan itu menyicil supaya semester delapan dia bisa santai sambil menunggu wisuda. Meskipun berada di asrama tidak menjadi penghalang untuk bisa lulus tepat waktu. Jadi, jika ada orang yang bilang kuliah sambil belajar di pesantren akan membuatnya telat wisuda itu hanya mitos bukan fakta. Faktanya telatnya tidaknya wisuda itu tergantung pada diri masing-masing.

"Kak, nanti malam ada rapat madin," ucap Syafa.

"Ok siap,"

"Mau membahas tentang imtihan bulan depan itu, aku jadi dag dig dug sama mukhafdzoh. aku belum ada persiapan sama sekali," sambung Syafa.

[Imitihan adalah ujian, dan mukhafadzoh adalah hafalan]

"Aku juga belum punya celengan sama sekali, dari kemarin ngebut laporan PPS lanjut pengajuan proposal," jawabku.

[PPS adalah praktik perbankan syariah, sebenarnya pps sama seperti PPL]

"Bulan depan itu imtihan kita yang terakhir, setelah itu wisuda masak iya kayak tahun kemarin ikut susulan!" gumam Syafa.

"Kalau bisa jangan toh Fa, mulai nanti kita cicil itu hafalan,"

Dalam hati Sisy berkata, "Eman duwite. Nggak hafal bakal kena denda bayar lima puluh ribu mending buat beli bakso, nilai aman perut pun kenyang,"

"Iya sudah kalau gitu. Aku mau antri kamar mandi, nanti ada kelas 5-6. Waktu pulang mau titip apa?" tanya Syafa.

"Titip pentol lima ribu, somay lima ribu. Nanti kalau mau berangkat ingatkan uangnya."

"Ok!"

💖💖💖

Suara azan Magrib sudah berkumandang di mana semua santri baik itu putra maupun putri menuju masjid, bedug Magrib menjadi tanda akan dimulainya kegiatan di pesantren. Diawali dengan jamaah salat Magrib di masjid, berlanjut dengan mengaji kitab klasik yang dipimpin oleh Abah-selaku Kiai pesantren. Mengaji kitab selesai jika sudah masuk waktu salat Isya', setelahnya berlanjut diniyah dilakukan.

Tepat jam tujuh malam lonceng berbunyi, tanda kelas diniyah dimulai. Terdengar doa dari beberapa kelas yang sudah mulai dan lanjut melalar hafalan. Biasanya akan dimulai dari bab pertama sambil menunggu hadirnya ustaz masuk kelas. Sisy sendiri berada di tingkat pertama, yang dikenal dengan sebutan Madrasah Takmiliyah Awwaliyah. Maklum saja dia baru pertama masuk pesantren.

Setelah semua kegiatan selesai di sinilah gadis itu berada, berperang melawan yang namanya kantuk. Di mana sudah masuk waktu istirahat, tapi masih ada kegiatan yang harus dia selesaikan. Berkumpul dalam satu ruangan dengan santri putra dan beberapa pengurus utama, guna untuk mengkoordinator imtihan akhir tahun dan haflah at-tasyakur yang mencangkup dengan wisuda untuk para santri. Sisy termasuk salah satu santriwati yang akan diwisuda.

"Assalamualaikum," salam Ustaz Annam.

"Waalaikumussalam, Ustaz," jawab kami serentak.

Duduk dalam satu ruangan, santri putra dan putri hanya dibatasi dengan satir atau papan pembatas, Ustaz Annam dan ketua madin Kang Arif berada di depan mereka.

"Kok podo loyo, Cah! Opo yo wes ngantuk?" gurau Kang Arif.

[Kok sudah pada lemas, apa sudah ngantuk?]

"Paling-paling engko tekan kamar podo nonton drakor ae, wis dikuat-kuate mripat. Iki engko yo mung sediluk," sambung Kang Arif selaku ketua panitia.

[Paling nanti sampai kamar malah lihat drakor, ditahan ini nggak akan lama.]

Tidak ada jawaban semua hanya tersenyum, memang benar mata Sisy berasa lengket jika berhubungan dengan kegiatan. Tapi nanti ketika sampai kamar, mata serasa menyala berwatt-watt.

"Mau gimana acara akhir tahunya nanti, apa disamakan seperti tahun kemarin?" tanya Ustaz Annam sebagai pembuka musyawarah malam ini.

"Njih mboten. Setiap tahunnya acara akhir tahun selalu berbeda," jawab Kang Arif.

"Ngapunten, Kang. Bade tanglet, niki pripun njeh kok yang diwisuda masih ikut jadi panitia?" tanya Sisy. Lantas Syafa tersadar dari kantuknya karena mendengar pertanyaan sahabatnya.

"Yang di wisuda hanya jadi pantia koordinator saja, nanti yang turun di lapangan para pengurus pondok bukan kalian yang diwisuda," jawab Ustaz Annam.

"Oh ngoten injeh, Tadz. Terus bagaimana kalau untuk haflah akhir tahun besok. Menggunakan tema tradisioanal? Nanti para panitia dan para wali santri mengguna dresscode batik," sambung syafa menyuarakan pendapatnya.

"Ide bagus itu. Bagaimana menurut yang lain?" tanya Ustaz Annam.

"Kami setuju ustadz. Masih banyak waktu, mari kita bagi tugas supaya waktu hari H tidak ada yang kurang."

"Seperti biasa bagian dekor tugas para kang-kang, lanjut dresscode untuk para panitia, dan surat undangan bagian Mbak santri putri," sambung Kang Arif.

"Bagaimana masih ada yang mau ditanyakan?" tanya Ustaz Annam.

"Tidak ada ustadz," jawab kami serempak.

"Iya sudah pembahasan untuk hari ini cukup sampai disini, dua minggu lagi kita kumpul lagi untuk melihat progressnya. Saya akhiri cukup sampai disini, selamat beristirahat. Assalamualaikum," ucap ustaz Annam.

"Waalaikumussalam," jawab mereka serempak.

Tbc

Revisi: 11 April 2022

My Daisy || RevisiWhere stories live. Discover now