Most Confusing Day

8.1K 670 12
                                    

Seperti biasa, Rosé selalu bangun lebih pagi dari saudara-saudaranya. Ini bahkan masih pukul 6 pagi dan Rosé bisa-bisanya sudah berjalan menuju dapur untuk mendapatkan makanan. Anehnya, ketika sampai di dapur dia tidak mendapati apa atau siapapun disana. Padahal di pagi-pagi biasanya, ibunya dibantu para maid pasti sudah sibuk menyiapkan sarapan dan Rosé bisa meminta beberapa makanan sebelum dirinya benar-benar ikut sarapan bersama keluarganya. Tapi kali ini tidak. Rumah bahkan terasa sangat sepi dan ia tak tau kenapa.

Mendesah pasrah, Rosé meraih roti tawar yang ada dimeja dan membawanya kembali ke kamar bersama Nutella yang ia yakini milik Lisa. Rosé mungkin bangun terlalu pagi dan orang-orang memulai lebih lambat dari biasanya. Jadi mau tak mau ia harus menunggu hingga pukul 8 dan dia bisa makan sepuasnya.

Namun, bahkan sampai pukul 8 tiba, sampai Lisa menggedor-gedor pintu kamarnya dengan rusuh, rumah masih saja sepi dan keadaan dapur masih sama seperti yang terakhir kali Rosé lihat. Rosé, Lisa, Jisoo dan Jennie kini benar-benar kebingungan. Rumah benar-benar sepi, senyap dan dingin seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan selain mereka berempat di rumah ini.

"Eomma! Appa!" Jennie mengetuk pintu kamar orang tuanya dengan tidak sabar. Jika Jiyong dan Taeyeon ingin menjahili mereka, demi Tuhan ini sama sekali tidak lucu. "Appa! Bangun!" Kini giliran Lisa yang mengetuk. Mereka berkumpul didepan pintu kamar Jiyong dan Taeyeon seraya menggerutu dalam hati.

"Ck! Minggir." Jisoo mendorong bahu adik-adiknya kemudian masuk begitu saja ke dalam ruangan itu. Pintu tidak terkunci dan untuk sesaat, hal itu membuat mereka bingung karena biasanya kamar ini pasti akan selalu terkunci dari dalam. Tentu saja Jiyong tidak akan membiarkan anak-anaknya memasuki ruangan sakral itu.

"Appa! Eomma!" Rosé mulai merengek ketika matanya tak mendapati kehadiran ibu dan ayahnya di sudut manapun di kamar ini. Jisoo berdecak sebal. Jika sampai Jiyong dan Taeyeon pergi tanpa memberitahu mereka, maka bisa dipastikan kedua orang tua mereka benar-benar keterlaluan. Mana boleh meninggalkan ketiga bocah ini bersamanya sementara mereka malah pergi entah kemana! Setidaknya jika ingin meninggalkannya, bawa serta Jennie, Rosé dan Lisa. Dia tidak mau berurusan dengan bocah-bocah pembuat onar ini.

"Unnie, apakah Appa dan Eomma meninggalkan kita?" Lisa menatap Jisoo dengan mata bulatnya.

"Tidak tahu." Acuhnya sambil keluar dari kamar itu dan pergi meninggalkan adik-adiknya. "Aish, Kim Jisoo sialan." Desis Jennie menghentakkan kakinya dan berjalan mengikuti sang kakak.

Kini tersisa Rosé dan Lisa yang masih berdiri di sana. "Apakah Eomma dan Appa tidak menyayangi kita lagi?" Tanya Rosé dengan bibir mengerucut. Lisa menghembuskan napasnya lelah. "Aniya, Chaeng. Eomma dan Appa mungkin hanya pergi ke kantor lebih pagi. Ayo keluar." Ajaknya sambil menggenggam tangan kakak kembarnya.

Jika ada hal paling membingungkan di dunia, maka hari ini adalah jawabannya. Lisa tidak merasa mereka berempat membuat kesalahan yang fatal akhir-akhir ini. Tapi kenapa kedua orang tuanya meninggalkan mereka bahkan membawa serta seluruh pekerja di rumah ini (yang mana benar-benar sialan karena itu sangat menyusahkan).

"Unnie, aku lapar." Gumam Rosé takut-takut pada Jennie yang tengah memainkan ponselnya di meja makan. Kakak keduanya itu menoleh dan menghembuskan napasnya, "Unnie juga." Jawabannya membuat Rosé lagi-lagi mengerucutkan bibirnya. Kenapa kakak-kakaknya tidak bisa diandalkan disaat seperti ini sih?

"Lisa-ya. Bantu aku memasak." Ajak Rosé membuat Lisa mengernyitkan keningnya heran, "Kau yakin?" Tanyanya meyakinkan pendengarannya sendiri. Pasalnya ia sudah lama dilarang mendekati kompor oleh sang ibu. Tapi Rosé hanya mengangguk yakin dan menarik tangan Lisa untuk mendekati kompor.

Gone✔Where stories live. Discover now