Soft Kim

5K 568 6
                                    

Sudah hampir pukul 12 malam namun Jennie masih sibuk berkutat dengan iPad miliknya. Gadis itu terlalu bersemangat untuk mengerjakan project ini. Walau Jennie sering kali membuat design untuknya dirinya sendiri, tapi ini adalah pertama kalinya ia membuat sebuah design atas permintaan orang lain, dan ia cukup gugup. Maka dari itu, Jennie ingin semuanya sempurna karena tak ingin mengecewakan klien pertamanya.

Ya, Jennie pada akhirnya menyetujui tawaran Krystal malam itu dan secara mengejutkan, ia ternyata menyukainya. Jennie benar-benar tak menyangka, melihat seseorang bersemangat dengan karyanya bisa terasa sangat menyenangkan. Padahal tugas kampus juga sering menugaskannya untuk membuat design dan sebagainya, tapi rasanya berbeda, menyebalkan. Dan sejujurnya hal itu jugalah yang tadinya membuatnya malas ikut campur dengan urusan butik sang ibu.

"Unnie? Belum tidur?" Rosé dengan piyama yang sama seperti yang ia pakai sekarang berjalan menghampirinya. Matanya tampak sayu, jelas terlihat sangat mengantuk. "Terbangun?" Jennie balik bertanya. Rosé mengangguk kemudian duduk disebelahnya.

"Tidurlah lagi, ini sudah malam. Besok kuliah kan?" Jennie menepuk-nepuk puncak kepala adiknya namun gadis itu malah menyandarkan kepalanya dibahu sang kakak. "Aku mau menemani Unnie saja." Ucap Rosé. Jennie menghela napas dan kembali melanjutkan pekerjaannya, "Tapi jangan mengganggu, ya!" Peringat Jennie namun tetap membiarkan Rosé menemaninya.

"Unnie menyukai pekerjaan di butik?" Rosé bertanya, memperhatikan Jennie yang tengah menggambar di iPad dengan piawai.

"Eum, sangat menyenangkan." Jawabnya tersenyum tipis. Rosé ikut senang mendengarnya. Karena sejujurnya, dirinya merasa agak khawatir pada kakak-kakaknya yang mulai bekerja hari ini. Apalagi sore tadi Rosé mendengar Jisoo yang mengeluh tentang betapa banyak pekerjaan yang harus dia lakukan di hari pertamanya.

"Senang mendengarnya." Gumam Rosé, melingkarkan tangannya di tubuh sang kakak dan bersandar senyaman mungkin kali ini. Diam-diam Jennie tersenyum. Walaupun Rosé menyebalkan, tak tahu malu dan tukang makan, tapi tak bisa dipungkiri jika anak ini adalah adiknya yang paling manis, jika dibandingkan dengan Lalisa, tentu saja. Karena well, adiknya hanya dua dan jika harus memilih siapa yang setidaknya sedikit lebih tenang, maka Jennie tentu akan memilih Roseanne.

"Kau mengkhawatirkanku, huh?" Goda Jennie. Rosé mendengus, "Percaya diri sekali." Sangkalnya.

"Mengaku saja. Aku tahu aku adalah kakak kesayanganmu dan kau sangat mengkhawatirkanku. Iya kan? Ayo mengaku!" Paksa Jennie sambil mencolek-colek hidung mancung Rosé dengan pen-nya. Gadis tupai itu merengut dan menepis tangan kakaknya yang tak berhenti bergerak diwajahnya. "Aniya! Aku tidak mengkhawatirkan siapapun!" Pekik Rosé kali ini agak kencang.

Jennie meringis, "Kau berisik sekali! Sana pergi ke kamarmu!" Usir Jennie.

"Unnie yang menggangguku! Aku tidak akan berisik jika Unnie tidak menyebalkan!" Sergah Rosé membela diri.

"Kau yang lebih dulu menggangguku, jika kau lupa. Sudah sana, tidur! Ini sudah malam!" Usir Jennie sekali lagi.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya dan melepaskan diri dari tubuh sang kakak. Jennie kira Rosé akan menuruti perkataannya dengan pergi ke kamar, namun bahkan setelah beberapa saat, anak itu masih betah duduk di sebelahnya sambil memperhatikan dirinya menggambar.

"Sekarang aku benar-benar yakin jika aku memang kakak kesayanganmu." Gumam Jennie yang membuat Rosé mendengus keras. "Jennie Kim dan kepercayaan dirinya." Balas Rosé tak peduli.

Sebenarnya Rosé juga tidak tahu kenapa dia ingin menemani gadis kucing satu ini. Dia hanya tidak suka melihat Jennie terjaga sendirian di tengah malam sementara dia tahu kakaknya itu bukan orang yang pemberani. Rosé saja masih bingung kenapa Jennie memiliki ide untuk menyelesaikan pekerjaannya di ruang keluarga padahal kamarnya saja lebih dari cukup bahkan untuk melakukan demo masak.

Gone✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora