KAKINYA sudah kesemutan, tapi bayi besar itu masih tertidur nyenyak tanpa adanya pergerakan. Jujur, Ara juga mengantuk sekarang. Kakinya pegal, begitu juga dengan punggungnya. Ia membuka ponselnya, sudah jam 8 malam lebih.
"Ar bangun, anterin gue pulang." Ara mengelus rambut Arya.
"Emm."
Bukannya bangun Arya malah makin mengeratkan pelukannya diperut Ara. Decakan berhasil lolos dari mulut Ara, lihat saja jika Arya gak bangun-bangun.
"Ar bangun." Ara masih sabar.
Arya berguman. "Entar Ra, gue masih ngantuk."
"Ar." sekali lagi Ara masih sabar.
"Apa sih sayang?" Arya berujar tapi masih menutup matanya rapat.
"Bangun Arya," ujar Ara mendengus.
Rasanya Ara ingin menendang Arya sekarang, lihat saja sekali lagi gak bangun baru tahu rasa.
"Ar, bangun. Anterin gue."
"Hm."
Bangsat banget nih cowo, dia enak tiduran. Gue yang pegel-pegel.
Ara tersenyum miring.
BRUKK!
Arya mendengus, ia bangun sambil memegang punggungnya yang terkena meja. Dan sang pelaku hanya tersenyum miring.
"Puas lo?!" tajam Arya.
Ara tersenyum miring. "Puas banget dong, makanya gak usah kebo."
Arya berdiri, cowok itu mengucek matanya. Sambil menyisir rambutnya kebelakang.
"Udah deh, kalo lo gak mau nganterin gue pulang. Gue bisa pulang sendiri." Ara berdiri dari duduknya, namun terlebih dulu di cegat oleh Arya.
Ara mendongak, wajahnya dan Arya hanya berjarak beberapa senti sekarang. "Diem, gue anter," katanya datar.
Arya mencolek hidung Ara gemas, membuat gadis itu berkedip berapa kali. "Bentar, gue ambil jaket dulu Ra. Gue gak mau lo sakit."
Ara hanya menganggukan kepalanya saja, ia melihat Arya yang berjalan kearahnya dengan jaket milik Arya yang berada di punggung cowo itu.
Darahnya berdesir saat Arya memakaikan jaket pada tubuhnya, Ara terdiam mematung.
"Huftt, gak usah gitu ngelihatinnya. Gue tau gue ganteng." Arya meniup mata Ara, gadis itu mengerjap pelan.
Setelah tersadar, Ara mendengus. "Mata lo ada tainya, jadi gue lihatin!" elak Ara.
Arya terkekeh kecil mendengar jawaban Ara, cowo itu membenarkan rambut Ara yang sedikit berantakan. "Gini kan makin cantik hm."
Blushh!
Ara normal loh, yakali enggak baper.
"Kaki lo masih sakit? Bisa jalan enggak?" Arya memperhatikan luka Ara, rautnya terlihat jelas kekhawatirannya.
Ara mengangguk, lagi pula bukan di telapak kakinya yang luka. "Bisa lah! Lo kira gue kaya lo, manja!"
Arya tersenyum geli. "Kan manjanya sama Ara sayang ...." Arya mengedipkan sebelah matanya.
Tolong jelaskan kepada Ara, tubuhnya kenapa? Pipinya memanas sekarang, padahal udara sedang dingin.
"Udah deh, gue mau pulang!"
Arya mengunci dirinya, membuat Ara tidak bisa berdiri. "Gue gendong."
"Gak ma—ARGH TURUNIN GUE BANGSAT!"

YOU ARE READING
ARYA [TERBIT]
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] [Tersedia di Gramedia] -Tentang siapa 'Dia' yang sebenarnya- Arya Voorzitter Geralldo. Pemimpin dari sebuah geng bernama Straatleider. Pemilik mata tajam dan paras rupawan. Arya itu seperti cuaca, sulit ditebak. Hid...