43. BUNDA
Ara dan Alexa baru saja sampai di jakarta, begitu juga dengan Meysa yang menggunakan mobilnya sendiri. Berbanding dengan mereka berdua yang menggunakan motor, karena tidak mungkin Ara meninggalkan motor kesayangannya ini.
Tujuan mereka sekarang adalah ke rumah sakit, karena Meysa yang sudah tidak sabar ingin bertemu dengan putranya. 3 tahun lamanya ia hanya memandang Arya dari foto saja. Tanpa melihat wujud aslinya.
Tangannya bergetar saat memegang gagang pintu. Ara yang tahu bahwa bunda gugup pun mewakili dan mencoba untuk menenangkan. "Bunda tenang ya, semua akan baik-baik aja sekarang."
Meysa tersenyum mendengar ucapan Ara, lantas ia membuka pintu membuat orang yang berada di dalam tergelonjak kaget. "Ardan? Lo bolos?"
Alexa menghampiri Ardan dengan raut kagetnya. Harusnya Ardan berada di sekolah sekarang. "Lo ngapain bolos?"
Ardan membalas datar dengan pandangan yang menatap seorang wanita yang jauh lebih tua darinya. "Jagain Arya."
"Dia bunda Arya." Ara berujar seperti tahu isi pikiran Ardan.
Ara menggendeng tangan bunda menuju brangkar. Disana, Arya masih terbaring dengan mata tertutup. Meysa menghampiri putranya, hatinya sesak melihat keadaan putra satu-satunya seperti ini.
"Sayang ... ini bunda nak, Arya bangun ya. Bunda udah disini sama Arya." air matanya menetes saat mengusap pipi Arya. Wajahnya terlihat sangat pucat, pipinya juga semakin tirus. Padahal dulu putranya ini berpipi gembul.
"Gue rasa kita keluar aja. Kasih waktu buat bunda berdua sama Arya," bisik Alexa kepada Ardan dan Ara.
Akhirnya mereka bertiga memilih keluar meninggalkan Meysa berdua bersama Arya. Ruangan bernuansa putih ini hanya diisi keningan serta isakan dari Meysa.
Meysa menutup mulutnya, ia tidak kuat melihat putranya terbaring lemah seperti ini. Melihat banyak luka diwajah Arya membuat hatinya sesak, ia merasa gagal menjadi seorang bunda.
"Arya mau di peluk bunda hm? Sini peluk. Tapi Arya harus bangun dulu. Kalo kamu bangun, bunda janji gak bakal pernah ninggalin kamu lagi. Bangun sayang ...."
Tangisnya pecah saat ia memeluk tubuh yang hanya terbaring lemah. Harusnya ia tidak pernah meninggalkan putranya ini. Arya sangat bergantung pada dirinya, tapi ia dengan jahatnya malah meninggalkan putra kesayangannya. "Bunda sayang banget sama kamu, maafin bunda. Maaf."
Air matanya membasahi baju pasien Arya, Meysa menangis dengan memeluk tubuh lemah putranya. Bukan ini yang Meysa inginkan, ia hanya ingin putranya baik-baik saja. Tapi ternyata caranya salah, Arya malah semakin tersakati saat ia pergi.
Entah itu fisik maupun batin.
Tanpa bunda sadari, jari Arya bergerak.
***
Sofi tersenyum miring, hari ini ia akan merencanakan rencananya. Sudah lama ia menahan untuk mendapatkan waktu yang tepat. Apalagi, Arya sedang koma sekarang. Jadi tidak akan ada yang bisa menggagalkan rencananya kali ini.
Balas dendamnya akan segera terbalas sekarang.
Ia sudah siap dengan pakaian yang cukup ketat, tapi dirinya tutupi dengan jaket. Untung saja Gavin sedang sekolah sekarang, kalau tidak pasti putranya akan bertanya-tanya kemana ia akan pergi.
Tujuan Sofi sekarang ialah rumah Aldo. Laki-laki itu bilang sedang tidak kekantor hari ini, itu lebih baik. Selama perjalanan Sofi tidak henti-hentinya tersenyum miring, akhirnya 3 tahun ia menahan. Dan hari ini akan terbalas.

YOU ARE READING
ARYA [TERBIT]
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] [Tersedia di Gramedia] -Tentang siapa 'Dia' yang sebenarnya- Arya Voorzitter Geralldo. Pemimpin dari sebuah geng bernama Straatleider. Pemilik mata tajam dan paras rupawan. Arya itu seperti cuaca, sulit ditebak. Hid...