10th Day

999 192 365
                                    


Kehadiranmu menjelma solusi, yang secara otomatis terlintas kala aku butuh bantuan

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Kehadiranmu menjelma solusi, yang secara otomatis terlintas kala aku butuh bantuan. Namun, kamu bukan penjamuku dan aku tidak berani memintamu.

📷📷📷

Rekah senyum belum juga punah, sejak jalananan belum tersentuh pandangan hingga kini pintu kos tersaji di depan mata. Kekhawatiran selama sepekan ke belakang nyatanya terhapus oleh satu informasi yang baru didengar. Meski tetap bukan hal yang akan dinilai aman oleh Bas.

Adis memang bergabung dengan PRISMA agar bisa mendapatkan teman yang gila fotografi, sehingga dia memiliki teman untuk menyusuri Jogja demi satu gambar hasil jepretan kamera. Namun, dia tidak menyangka kalau kesempatan itu akan datang secepat ini. Satu per satu tempat indah di kota ini mulai terputar di benak.

"Astagfirullah!" Adis memekik. Seseorang bangkit dari kursi di depan kamarnya, saat dia baru saja berbelok ke lorong kamarnya.

"Baru pulang, Dis?"

"Nggak. Dari tadi!" sentak Adis sambil mengelus dada.

Di depannya. Gadis itu mengikuti Adis yang beranjak menuju pintu dan memasukkan kunci untuk membukanya. "Ya elah. Ngambek."

Adis bersungut-sungut, meracau tentang betapa menyebalkannya Fau, sambil melucuti kaus kaki, outer, serta tas selempang berbentuk kepala Stitch berbulu yang melekat di tubuhnya.

Meski humble dan easy going, Adis bukan seseorang yang mudah dekat dengan orang baru. Sampai sekarang pun dia hanya dekat dengan Rara, Imel, dan Juna-temannya semasa SMA, serta Iman yang sudah dia kenal sejak masih hobi bermain tanah di halaman rumah. Adis gemar menyapa, tetapi tidak gencar membangun relasi. Lalu Fau hadir dan aktif mendekati Adis, membuat gadis itu dengan cepat menemukan seseorang yang membuatnya nyaman.

Ah, bukan nyaman yang lebih tepat, tetapi terbiasa. Adis terbiasa dengan kehadiran Fau, dengan keberadaannya di kamar kosnya, bahkan saat Adis tidak sedang di sana.

"Dapet penugasan apa, Dis?" Fau sudah menyusul Adis, duduk di tepi kasur sambil mengulurkan tumbler berisi air putih. Tamu harus berguna, dong, batin Fau.

Mendengar pertanyaan itu, Adis langsung menghadap Fau, menerima tumbler lalu meminumnya dengan semangat. Terhapus sudah kekesalan yang menyembul beberapa menit lalu. Hal itu membuat Fau terheran.

"Ih, seru banget project-nya, Fau!" Adis menahan diri agar tidak menjerit, sementara jantungnya sudah menyebarkan aliran darah dengan cepat, bersama kebahagiaan yang terselip di sana.

"Kok lo nyeremin, sih?" Fau bergidik, tetapi Adis tak menghiraukannya.

"Dengerin duluuu." Adis menangkup sisi kepala Fau, hingga bibir Fau manyun karena ditekan terlalu kencang. Adis baru melepaskannya saat Fau sudah sepenuhnya memusatkan tatapan kepadanya. Lalu, gadis itu melanjutkan, "Penugasannya tuh disuruh bikin booklet foto gitu. Tahu apa yang seru?"

Day With Yesterday [REVISI]Onde histórias criam vida. Descubra agora