BAGIAN 24

18.5K 4.8K 3.1K
                                    

"Lah, Bang Asahi kenapa lo di sini? Bukannya lo lagi Bina Akrab?"

"Siapa yang dibawa pergi?"

Asahi mendekat lalu mulai menceritakan semua yang terjadi tadi.


















"Haruto, Doyoung, Jeongwoo sama Junghwan besok tinggal di sini, kalian bakal dijagain Oli dan Asahi," kata Yeonjun, mulai memberitahu strategi mereka besok.

"Sisanya ikut bareng gue," imbuhnya.

"Tinggal doang?" tanya Doyoung. "Gak bantuin kalian? Mana bisa gitu!"

Jeongwoo dan Junghwan otomatis memberi tatapan intimidasi pada Doyoung.

"Apa?" tanya Doyoung bingung ditatap demikian.

"Lo gak usah mulai deh, Doy." Jeongwoo merotasikan bola matanya. "Masih inget sama kejadian enam bulan lalu? Lo ngotot keluar rumah nyusul mereka, hasilnya apa? Lo masih ingat, kan?!"

Junghwan mengangguk setuju. "Gara-gara kalian berdua ninggalin gue sendirian, gue kerasukan tau gak?!"

Diserang dari dua arah begitu seketika Doyoung diam. Apalagi dia duduk di tengah-tengah, diimpit oleh Jeongwoo di samping kanan dan Junghwan di samping kirinya.

"Oh iya, gue punya rahasia tentang Doyoung loh, Wo..." ucap Haruto seraya melirik jahil Doyoung, menaik turunkan kedua alisnya.

"Woi lah, jangan nyebar aib!" seru Doyoung dengan nada kesal.

"Iya deh kagak, padahal gue cuma mau bilang Doyoung ngompol di celana," kata Haruto.

Usai mengatakan itu Jeongwoo dan Junghwan terkejut, lalu detik berikutnya mereka ngakak.

"HaruTAI!" sungut Doyoung kesal, melempar bantal sofa ke arah Haruto.

Yuna dan Yoonbin datang membawa nampang berisi camilan dan minuman.

"Serius, gue masih gak nyangka ternyata selama berbulan-bulan ini kita interaksi sama peneror itu tanpa sadar," kata Yoonbin. "Pantas aja, sikap Renjun  berubah. Dari pendiam jadi berisik, bukan Renjun banget dah."

"Sadfact, ternyata peneror itu jiwa jahat Bang Yeonjun," imbuh Junghwan.

Disebut namanya, Yeonjun hanya memberi senyum tipis.

"Funfact, Bang Yeonjun dan Bang Hyunsuk saudaraan," celetuk Haruto.

Benar, mereka telah tau semua rahasia Yeonjun dan peneror itu, Yeonjun sudah menceritakannya.

"Masih gak nyangka sampe sekarang."

Yeonjun merentangkan tangannya ke samping, merangkul Hyunsuk. "Gapapa, kan?"

"Walau rasanya aneh tapi gapapa." Hyunsuk tersenyum hingga matanya tinggal segaris.

"Ngumpul-ngumpul gini gue jadi deja vu," kata Mashiho."

"Deja vu gimana, Bang?" tanya Jeongwoo.

"Pas kita berduabelas ngumpul malam-malam, nyanyi sambil makan-makan bersama," kata Mashiho. "Gak nyangka itu jadi malam terakhir bisa ngumpul lengkap berduabelas."

Haruto berdeham. "Bisa gak kita gak usah bahas masa-masa itu? Maksudnya, pas itu kita masih berduabelas, sekarang walau semuanya dah ngumpul, tetap aja...."

"Gue ngerti, Har," kata Mashiho dengan nada lirih. "Gara-gara tindakan gue di masa lalu, kita semua kehilangan satu sahabat."

Suasana tiba-tiba jadi sendu.

"Yang pergi itu cuma jiwa dan raganya, tapi kenangannya bakal tetap tinggal dan membekas," kata Oli. "Jangan berlarut-larut dalam penyesalan, bisa jadi orang yang kalian bicarakan itu lagi ngawasin."


































Yeonjun, Oli, dan Yuna memasuki salah satu ruangan rahasia. Setibanya di dalam, mereka menghampiri kasur.

Di sana ada peti kaca, di dalam situ ada sesorang yang terbaring, tak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Atau, bisa dikatakan kotak peti itu berisi jiwa seseorang.

Sudah hampir dua tahun jiwa itu terkurung di sana, sementara raganya dipakai oleh jiwa lain untuk perbuatan jahat.

Yah, kotak peti berisi jiwa itu adalah Renjun yang asli.

Yuna menemukan jiwa Renjun dikurung di rumah Renjun sendiri. Jiwanya menjadi seperti raga, membeku karena sihir Hyunjun--peneror itu.

Katanya, Renjun hanya bisa kembali ke raganya bila Hyunjun berhasil dibunuh. Namun, saat membunuh Hyunjun haruslah jiwanya di raga lain, bukan memakai raga Renjun.

Yuna duduk di pinggir kasur, menghela napas berat.

"Gue gak tau bakal gimana perasaan gue besok," katanya. "Bakal ada yang pulang, tapi sebagai gantinya bakal ada yang pergi."

Yeonjun tersenyum tipis seraya menghampiri Yuna, merangkul adiknya dengan kuat. Meski dia dan Yuna bukan saudara kandung, ikatan mereka kuat.

Yuna menemani masa kecilnya, mengajarkan Yeonjun tentang tanggung jawab menjaga seseorang. Yuna adalah orang yang selalu ada di sampingnya ketika dia sendirian.

Yuna mulai terisak mengingat apa yang akan terjadi besok.

Oli yang melihat itu memalingkan muka, tak sanggup melihat pemandangan di depannya.

"Lo bakal ninggalin gue, Kak," imbuh Yuna, terisak.  "Gue bakal sendirian lagi."

"Siapa bilang lo sendiri?" tanya Yeonjun. "Oli bakal nemenin lo, kok. Anak-anak kosan itu juga bakal mau temenan sama lo."

Tetap saja, air mata Yuna tak bisa dibendung.

Bayangan masa depan yang dia lihat beberapa bulan lalu kembali teringat.






















Yuna sudah melihat apa yang akan terjadi di masa yang akan datang sejak berbulan-bulan lalu, bahkan sebelum teror dimulai.

Dan dalam penglihatannya itu, dia kehilangan Yeonjun.
























13 September, Yeonjun harus pergi untuk menyelamatkan 12 Treasure.


























***

:(

Revenge 2 | TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang