01.

340 58 10
                                    

Wendy keluar dari pagar rumahnya dengan kesibukan merapihkan seragam musim panasnya. Sesaat ia keluar rumah, ia melihat seorang laki-laki dengan seragam sekolah yang sama. Ia pun menarik nafasnya sebelum akhirnya ia menatap lagi laki-laki itu. Keduanya menatap masing-masing ujung rambut hingga ujung kaki. Lalu mengerutkan dahi mereka bersamaan.

"Apaan?" Kata laki-laki itu dengan tatapan dinginnya pada Wendy.

"Lah? Lu yang apaan! Nggak jelas banget." Wendy langsung melangkahkan kakinya, sedangkan laki-laki itu kembali memasuki rumahnya.

Tak lama kemudian, ia keluar dengan sebuah motornya. Motor biasa, bukan motor laki-laki yang tinggi dan besar. Setelah memanaskan mesin motor itu, ia pun menancapkan gasnya menyusul seorang perempuan yang tengah berjalan bagaikan siput.

"Agus!" Pekik Wendy ketika motornya mendekat. Itu membuat laki-laki diatas motor tersebut langsung menarik rem hingga motor berhenti dengan wajah kesalnya.

"Apaan, sih! Jangan teriak-teriak gitu! Bikin jantungan, tau gak." Omelnya.

Tanpa mengatakan apa-apa, Wendy sudah langsung menduduki jok motor itu dengan senyuman. Membuat laki-laki itu berdecak lidah lalu ia mengeluarkan handphone-nya dari dalam saku seragamnya.

"Gue telepon cewek gue dulu, bentar." Katanya dengan santai, tapi tidak dengan Wendy.

"Ngapain?!" Tanya Wendy dengan suara keras.

"Bilang lah, gue nggak bisa jemput dia." Jawaban sahabat laki-lakinya ini membuat bibir bawah Wendy jatuh. Ia sangat bingung namun juga marah.

"Apaan, sih?! Gue aja yang turun! Sekarang lu jemput cewek lu. Pergi bareng sama dia ke sekolah!" Pinta Wendy yang sudah langsung turun dari motor. Ia menggigit bibir bawahnya perlahan.

"Gue jalan." Motor dan pengemudinya pun melaju meninggalkan Wendy bersama dengan angin pagi yang lumayan untuk menyegarkannya sebelum panas terik nanti siang. Dengan begini, Wendy akan berjalan kaki sekitar tujuh menit lalu menaiki angkutan umum untuk sampai di depan sekolahnya persis.

Wendy menatap kembali punggung laki-laki bermotor yang sudah semakin kecil, lalu hilang itu. Liburan kemarin, membuatnya tak bertemu sama sekali dengan Agus.

Agus. Seorang teman laki-laki Wendy sekaligus mencakup seorang tetangga sebaya sedari Wendy dibolehkan keluar bermain bersama Mama dan Papanya. Bertahun-tahun bersama dan tak pernah berbeda sekolah, namun Wendy akhirnya menjauh.

Temannya itu memiliki seorang pacar. Sehingga ia menjauhi Agus semenjak lima bulan yang lalu. Tak ada lagi pergi bersama. Hanya mereka berdua ataupun bertiga bersama pacar Agus. Tujuannya sederhana, itu semua karena Wendy pun seorang perempuan yang merasakan cemburu ketika pacarnya pergi bersama orang lain. Itulah yang selalu Wendy tanaman dalam pikirannya selama lima bulan ini.

Sering kali Agus keluar pada malam hari hingga membuat Wendy bingung setiap pagar itu berbunyi. Tentu saja ia mengetahui kapan Agus berpergian, karena yang ia lakukan hanyalah merebahkan dirinya di tempat tidur sepanjang hari di tempat tidur. Ia tidak sengaja sekali memantau Agus. Tidak melalui pesan singkat atau pesan suara melainkan melalui kamarnya.

Agus masih selalu saja menjahili Wendy dimanapun, hanya saja ia benar-benar berbeda semenjak dua bulan yang lalu. Tidak ada lagi penawaran berangkat sekolah bersama, hingga hari ini Wendy memberanikan dirinya.

Wendy pun mulai mengikat rambut panjangnya dan mempercepat langkah kakinya. Memang masih ada waktu yang banyak, tapi Wendy tetap saja mengkhawatirkan kalau saja ia telat. Ditambah lagi dengan kemacetan pada pagi hari di kotanya ini.

Neighbor || 여자 사람 친구Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang