1.0

131 15 0
                                    

-Enjoy!-

"Wiss congrats bro!"

"Anjir ngga nyangka gue!"

"Otak lo ternyata encer juga ye Ka!"

"Harus berguru sama lo nih gue abis ini!"

Samar-sama Kara mendengar tuturan-tuturan tersebut dari teman-teman Anka yang sedang bergerombol di depan mading.

Kara mulai berjalan kian mendekati mading tersebut. Bahagia namun juga sedih, itu yang Kara rasakan saat ini, kala dirinya sudah menatap kertas lembar yang berisikan peringkat masing-masing siswa yang tertempel di mading. Di sana, nama Anka berada diperingkat pertama, sementara dirinya berada diperingkat ke dua dengan nilai rata-rata hanya terpaut satu point saja.

"Selamat." Satu kata itu akhirnya meluncur bebas dari mulut Kara.

"Thanks Ra," jawab Anka langsung memeluk tubuh Kara tanpa sengaja.

"Heh, belom mukhrim lo berdua Markonah!" Peringat Junius langsung menarik tubuh Anka dari Kara.

"Ampun Pak haji," jawab Anka.

"Gue duluan," pamit Kara langsung berjalan kian menjauh. Entah ini hanya perasaan Anka saja atau tidak, tapi Kara terlihat tidak baik-baik saja sekarang.

°°°

"Tuh anak cepet amat sih jalannya," monolog Anka seraya melihat ke segela arah guna mencari keberadaan Kara.

"Lo jalan pake kekuatan samson ya?" Pertanyaan Anka barusan sukses membuat Kara sedikit terkejut.

"Lawak lo!" Jawab Kara buru-buru menghapus sisa air mata yang ada di kedua pipinya.

Anka duduk di kursi tepat di samping yang Kara duduki. Baru saja Anka duduk, handphone milik Kara langsung berbunyi. "Ha-hallo Yah?" Ucap Kara sedikit terbata-bata saat mengangkat panggilan telefon tersebut.

[...]

"Iya Yah, Kara ke parkiran sekarang," jawab Kara.

"Gue duluan, Ayah gue udah nunggu di parkiran," pamit Kara langsung beranjak pergi dari taman tersebut.

Ada yang ngga beres, batin Anka yakin.

"Masuk!" Titah Wilson dari dalam mobilnya dengan siluet amarah yang sudah terlihat. Kara hanya menganggukkan kepalanya lalu masuk ke dalam mobil Ayahnya.

°°°

"Peringkat berapa kamu di sekolah?" Tanya Wilson basa-basi. Kara yakin Ayahnya itu sudah tau tentang peringkat yang ia dapat di sekolah, mengingat ayahnya selalu mempunyai cara untuk mengetahui hal tersebut.

"Du-dua yah," cicit Kara seraya menundukkan kepalanya.

"Dua kamu bilang?!" Wilson tertawa miring.

"Apa yang bisa dibanggakan dengan peringkat dua?! Saya ingin kamu selalu menjadi yang pertama Kara! YANG PERTAMA!" Geram Wilson dengan napas yang sudah naik turun menahan amarahnya.

"Ma-maaf Yah, ta-tapi Kara sudah berusaha semaksimal mungkin," jelas Kara.

"Berusaha kamu bilang? Tapi apa kenyataannya?!"

"Dasar, bodoh! Sesuai dengan kesepakatan, saya tidak akan memberi kamu uang jajan serta saya tidak akan membayar perawatan bunda kamu selama satu bulan!" Ungkap Wilson hendak beranjak pergi dari ruang tamu tersebut.

"Tapi Yah, Kara bingung harus cari uang di mana," ungkap Kara yang membuat langkah Wilson terhenti.

"SAYA. TIDAK. PERULI!" Teriak Wilson dengan penuh penekanan, setelah itu raganya menghilang masuk ke dalam kamarnya.

ANKARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang