chapter 4

36 22 9
                                    

Happy Reading

***

"Dah lah capek, gue pulang duluan ya." Ucap Raisya.

"Abang Rizal anterin ya?" Ucap Rizal.

"Nggak usah gue naik taksi aja." Ucap Raisya meninggalkan cafe.

"Gue juga pulang!" Risky beranjak pergi setelah Raisya keluar cafe, lalu pulang mendahului taksi yang ditumpangi Raisya.

Duarrr, chittttt.

"Ada apa pak?" Tanya Raisya.

"Maap mbak, bannya bocor" Jawab supir taksi.

"Duhh terus gimana dong pak?" Desih Raisya.

"Mbak lanjut cari taksi lain aja ya?"

"Yaudah deh pak, makasi." Ucap Raisya membayar uang dan dibalas anggukan pak supir taksi.

"Duh sepi banget jalanannya." Gumam Raisya sambil berjalan di jalan yang sepi.

"Yahh kenapa matinya di waktu yang tidak tepat sih!" Sebal Raisya yang hendak menelpon pak Bejo sang supir tapi ponselnya lowbet.

Langit sudah gelap, sedari tadi Raisya berjalan mencari taksi tapi nihil tidak ada satupun taksi yang lewat lalu Raisya duduk ditepi jalan karna kelelahan.

"Haii neng cantik!" Ucap seseorang yang tiba-tiba datang menghampiri Raisya.

"bening juga nih bos." Ucap cowok satunya. Ya orang yang menghampiri Raisya adalah dua preman.

"MAU APA KALIAN!" Ucap Raisya panik.

"Santuy aja neng." Lalu cowok itu menoel dagu Raisya.

"JANGAN SENTUH-SENTUH GUE BRENGSEK!" Teriak Raisya.

"Lo berani sama kita?!!" Ucap preman tersebut lalu mengeluarkan pisau.

"TOLONGGG"

"TOLONGGG" Teriak Raisya panik yang sudah lemas dengan air mata bercucuran di pipi chubinya.

"Gausah teriak-teriak kalau Lo masih mau hidup!"

"Serahin tas lo!" Ucap preman satunya.

"NGGAK!"

"Serahin tas lo atau lo yang gue bawa pulang?!" Ucap preman dengan senyuman sinis.

"Jangan apa-apain gue." Tangis Raisya dengan tubuh bergetar karna preman tersebut menunjukkan pisau ke arah perut Raisya.

Preman yang tidak memegang pisau merebut tas Raisya dan mendorong tubuh Raisya hingga jatuh.

Tiba-tiba satu pukulan mendarat pada tubuh belakang preman yang memegang pisau lantas pisau yang dipegang jatuh dan langsung dibuang cowok yang tadi memukulnya.

Cowok tersebut melawan dua preman dengan emosi hingga kedua preman tidak berdaya.

"Ampunnn ampun." Ucap kedua preman lalu berlari pergi.

"Rai lo nggak papa?" Tanya cowok tersebut panik menghampiri Raisya yang sedang menangis menenggelemkan wajahnya di lutut dan kedua lengannya.

"Kiii," Ucap Raisya mendongak menatap cowok tersebut lalu langsung memeluknya.

Ya Risky, cowok tersebut adalah Risky. hanya Risky yang memanggil Raisya dengan sebutan Rai.

Flashback on

Setelah sampai di rumah Risky langsung mandi lalu bermain bersama adik dan mamanya.

Drettttt Dretttt Drettttt
(Ponsel Risky berdering)

"Hallo bang." Ucap Risky mengangkat telepon.

"Hallo Ki, Raisya main sama temen-temen lo nggak?" Tanya orang di seberang sana.

"Iya bang, tapi sudah pada pulang. Raisya juga udah pulang duluan tadi." Ucap risky khawatir.

"Raisya belum pulang Ki!!! Ditelpon juga nggak aktif!" Ucap penelpon. Yang menelpon adalah Rian kakaknya Raisya.

"Gue cari Raisya sekarang! Abang tenang jangan khawatir." Ucap Risky lalu mematikan teleponnya dan mengambil kunci motor serta memakai jaket.

"Mau kemana bang?" Tanya mama Lina melihat Risky terburu-buru.

"Mau cari Raisya ma." Ucap Risky menyalami mama Lina lalu langsung keluar sebelum mama Lina tanya-tanya lagi.

Risky menyusuri jalanan ke arah cafe dan melihat Raisya bersama dua preman. Tanpa basa-basi Risky langsung melawan preman tersebut.

Flashback off

Risky membalas pelukan Raisya lalu mengelus pundak Raisya agar tangisnya mereda.

"Maaf." Ucap Raisya lirih melapaskan pelukannya setelah sadar kalau memeluk Risky.

"Nggak papa." Ucap Risky melepas pelukan Raisya lalu mengusap pipi Raisya.

"Ayo pulang Abang lo khawatir." Risky melepas jaket lalu memakaikannya di tubuh Raisya agar tidak kedinginan.

"Kenapa di jalan sendirian sih rai di situ jalannya sepi!" Tanya Risky di perjalanan.

"Tadi taksi yang gue naiki bannya bocor, hp gue lowbat hiks"ucap Raisya menangis, Risky hanya membuang nafas kasar.

Setelah sampai di depan rumah keluarga Raga. Raisya langsung turun.

"Makasi Ki kalau nggak ada lo mungkin gue nggak bisa pulang.
Maap ya gue ngrepotin."

"Emang nyusahin lo." Ucap Risky membuat Raisya merasa bersalah.

"Bercanda Rai, tadi kan berangkatnya sama gue harusnya gue nggak biarin lo pulang sendiri. Maap ya?" Ucap Risky lalu mengacak atas rambut Raisya gemas.

Kedua pipi Raisya memanas jantungnya berdetak tidak normal cuman gara-gara perlakuan Risky yang sangat manis.

"Sana masuk Abang lo udah nungguin." Lanjut Risky.

"Lo nggak mau mampir dulu?" Tanya Raisya.

"Nggak usah lain kali aja, salam buat bang Rian sama om Raga." Jawab Risky lalu memakai helm dan beranjak pergi.

"Iya, hati-hati." Balas Raisya.

"Assalamualaikum." Ucap Raisya masuk ke dalam rumah.

"Walaikumsalam. Dari mana aja bikin khawatir kakak tau ga!" Balas Rian yang dari tadi nungguin di ruang tamu.

"Marahnya entar aja ya kak dipending dulu, Raisya capek pusing!" Balas Raisya.

"Yaudah sana masuk kamar, Risky nya mana?"

"Langsung pulang."

"Papa mana kak kok sepi?" Lanjut Raisya.

"Papa lagi diluar kota, bibi pada pulang kampung."

"Sana istirahat, besok kakak mau kekantor papa. Kamu kalau takut sendirian suruh temanmu aja ke sini!"

"Iya kak, Raisya ke kamar dulu bayyy."

***

Jangan lupa VOTE, COMMENT, and FOLLOW ya gays!
Thanks yang udah setia baca Raisya & Risky.♥️♥️♥️
Sampai bertemu di part selanjutnya. 👋

Raisya & Risky [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang