Chapter Twenty Eight ✨

99 16 10
                                    

"Kamu mau makan apa, Res? Biar aku pesanin."

Ares menimang sebentar pertanyaan Anan. "Ehm, bakso aja deh, Nan."

"Oke, tunggu sebentar ya."

Sepeninggal Anan, Ares mengambil ponselnya dari kantong celananya. Gadis itu memilih untuk mengaktifkan ponselnya, setelah sekian lama ia biarkan dalam keadaan mati. Saat data selulernya hidup, ada ratusan notifikasi yang berusaha berebut masuk ke ponsel Ares.

Ares melihat sekilas notifikasi yang masuk, rata-rata isi notifikasi itu berupa ucapan belasungkawa dan semangat yang diberikan kepada Ares. Ares tersenyum, ternyata masih ada orang yang peduli dengan dirinya.

"Hayo, kenapa senyum-senyum sendiri?" Suara Anan yang begitu tiba-tiba, mengejutkan Ares.

"Eh, udah selesai antrinya, Nan?"

"Iya, udah. Tadi kebetulan sepi, jadi bisa langsung pesan."

"Oh, baguslah kalau begitu."

"Nih, makan dulu." Anan lalu menyodorkan semangkok bakso kepada Ares.

"Terima kasih ya, Nan." Anan hanya mengangguk menanggapi ucapan terima kasih dari Ares. Lelaki itu sudah sibuk mengunyah bakso yang berada di mulutnya.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu senyum-senyum sendiri tadi?" tanya Anan setelah bakso yang berada di mulutnya sudah terkunyah habis.

"Ini." Ares menyerahkan ponselnya kepada Anan. Anan yang tidak paham dengan maksud Ares, mengernyitkan dahinya. "Maksudnya apa?"

"Aku bersyukur, karena masih banyak orang yang peduli dengan aku. Buktinya banyak banget yang dm aku begini." Ares tersenyum.

Bagaikan terhipnotis, Anan yang melihat senyuman Ares, ikut tersenyum. "Syukur deh kalau begitu. Itu tandanya, masih banyak orang di sekitar kamu yang sayang sama kamu. Jadi, kamu jangan nangis-nangis lagi ya."

Ares mengangguk. "Iya, Nan. Aku akan berusaha untuk gak nangis lagi."

•••

Seorang gadis dengan lelapnya tertidur di atas ranjangnya. Namun, dering ponsel yang berbunyi sedari tadi, mengacaukan mimpi indah sang gadis. Mau tak mau, gadis itu mencoba membuka matanya, kemudian mengambil ponselnya.

"Tante Tyas?"

Rupanya, ada sebuah panggilan masuk beratasnamakan "Tante Tyas" di sana. Gadis itu segera menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan itu.

"Halo, Tan. Ada apa?"

"Ares, maaf tante ganggu kamu malam-malam. Ada yang mesti tante kasi tahu."

Ares terdiam sejenak, ia dapat mendengar suara Tante Tyas bercampur dengan suara isakan tangis.

"Loh, tante kenapa nangis?" panik Ares.

"Ra-Raden meninggal, Res."

Duarr!

Untuk yang kedua kalinya, Ares harus mendengar berita duka ini.

"Kenapa tante? Tadi pagi di sekolah, Ares masih lihat Raden baik-baik aja kok. Kenapa bisa seperti ini?"

"Kamu ke sini aja ya, di rumah sakit yang kemarin. Tante tunggu kamu di sini."

Tut ... Tut ....

Sambungan panggilan terputus.

Ares dengan segera bangkit dari ranjangnya, lalu mengganti piyama tidurnya. Setelah itu, Ares langsung mengambil tas selempang beserta ponselnya.

ESTETIKA [Completed ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang