Seminggu berlalu, dan hari ini ialah hari dimana Ares harus menjawab pertanyaan dari Raden. Keraguannya dalam menerima Raden kini sudah menghilang, dikarenakan dorongan dan dukungan dari kedua sahabatnya yang terus mengatakan bahwa Radenlah lelaki yang paling baik untuk Ares.
Selama seminggu terakhir pula, Raden terus-menerus berusaha menjadi yang terbaik bagi Ares. Hal ini membuat Ares semakin mantap menerima pernyataan cinta lelaki itu.
"Jadi, gimana? Kamu udah bisa jawab?" tanya Raden kepada Ares. Mereka saat ini tengah duduk di taman belakang sekolah. Taman belakang sekolah terbilang cukup sepi, hanya ada beberapa murid saja yang berada di sekitar taman. Tempat ini dipilih Raden dengan sengaja, agar tidak banyak murid yang mendengar perbincangan mereka.
"Iya, aku bakal jawab sekarang," jawab Ares dengan tersenyum. "Iya, aku mau jadi pacar kamu," lanjutnya yang membuat senyuman Raden semakin mengembang.
"Kamu serius?" tanya Raden yang masih tak percaya. Ares mengangguk. "Dua rius," jawabnya sambil mengangkat kedua jarinya membuat tanda peace.
"Terima kasih banyak, Res. Aku janji bakal berusaha menjadi yang terbaik untuk kamu," ucap Raden. Ares dapat melihat ada kesungguhan yang terpancar dari mata lelaki yang berada didepannya itu.
"Aku pegang janji kamu."
•••
Hati Anan benar-benar sesak. Ia tak bisa menahan cemburu menguasai hatinya, kala melihat sang mantan kini sedang bersuapan mesra dengan Raden.
'Ternyata benar, kamu bakalan nerima cintanya Raden. Aku gak nyangka, kamu secepat itu ngelupain hubungan kita.'
Tidak mau terlalu lama menambah sesak dalam hatinya, Anan berlalu pergi dari tempat ia berdiri tadi. Tempat dimana ia dapat melihat jelas kemesraan antara dua sejoli yang baru saja menjalani hubungan kekasih itu.
Anan berjalan meninggalkan kantin, langkahnya terus membawanya hingga sampai di tempat favoritnya. Tempat yang tentunya aman dari pemandangan menyakitkan mata sekaligus menyesakkan hati, yaitu perpustakaan.
Anan melangkah masuk ke dalam perpustakaan. Suasana di dalamnya cukup sepi, bahkan nyaris tidak ada orang. Hanya ada penjaga perpustakaan dan 3 orang lainnya yang memenuhi perpustakaan yang luas itu.
Anan mengambil sebuah buku sejarah, kemudian duduk di salah satu meja yang kosong. Anan membuka lembaran pertama, namun langkah tangannya terhenti ketika pikirannya kembali dipenuhi oleh Ares dan Raden yang bersuap mesra di kantin tadi.
'Kalau kayak gini terus, lama-lama aku bisa mati karena ngegalauin Ares dan Raden mulu.'
Anan kembali memfokuskan dirinya pada bacaannya. Namun, tetap saja fokusnya kini sudah hilang. Anan mengalihkan pandangannya dari buku, melihat ke arah pintu perpustakaan.
Tiba-tiba pintu itu terbuka, dan Anan mendapati seorang gadis masuk ke dalam perpustakaan. Gadis itu ialah gadis yang sudah mengacaukan fokus Anan dalam membaca tadi. Gadis itu Ares.
"Hai, Nan."
Suara itu tiba-tiba datang menyapa, membuat Anan terkejut. Ia terlalu sibuk melihat Ares, sehingga ia tak sadar kini Ares sudah berada di depannya.
"Aku boleh duduk disini?" tanya Ares karena tak kunjung mendapat jawaban dari salamnya tadi kepada Anan.
Anan hanya mengangguk. Lagipula, jika ia berkata tidak boleh pun, Ares sudah duduk di depannya. Jadi, ucapannya hanya akan berakhir sia-sia.
Suasana kembali hening. Hanya ada suara cicak yang terdengar. Di antara keduanya, tidak ada yang berniat memulai pembicaraan terlebih dahulu. Canggung menguasai keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESTETIKA [Completed ✔]
Teen FictionApakah kamu bisa membayangkan dilahirkan dari seorang wanita pecinta akut hal-hal berbau estetika? Bahkan, sampai nama anaknya sendiri pun diubah menjadi super estetika. Apakah kamu bisa membayangkannya? Ini tidak mengada-ngada. Hal itu jelas terja...