Hari ini adalah hari yang paling ditunggu oleh setiap orang. Hari apalagi jikalau bukan hari Minggu. Semua orang jelas menanti tibanya hari ini, untuk mengistirahatkan diri sejenak dari dunia sekolah ataupun kerja.
Ares juga begitu. Gadis itu tengah menguncir rambutnya menjadi satu, tak lupa ia beri jepit kupu di atas kuncirannya. Hari ini, adalah hari yang sudah dirancang khusus oleh Rea dan Zilva untuk mempertemukannya dengan seorang teman lelakinya.
Sederhananya, kedua sahabatnya ingin mencomblangkan dirinya dengan lelaki itu. Semenjak kejadian beberapa hari yang lalu, dimana Ares kembali menjadi galau selepas melihat keakraban Anan dan gadis lain. Zilva dan Rea memutuskan untuk mencomblangkan sahabat mereka satu itu dengan seorang lelaki bernama Radensky Everest Mountas.
Lelaki yang kerap dipanggil Raden itu ialah anak kelas sebelah. Raden termasuk ke dalam lelaki idaman SMA Semenanjung. Dengan darah blasteran Jawa-Turki, Raden mampu menarik perhatian semua siswi SMA Semenanjung hanya dengan sebuah senyuman.
Oke, kembali ke Ares.
Gadis itu sudah selesai merias penampilannya, ia tinggal mengambil sling bag nya kemudian turun ke bawah. Disana sudah ada Raden yang menanti—kata mamanya.
Sebenarnya Ares sangat malas menemui Raden. Memang, ini bukan pertama kalinya ia bertemu dengan Raden. Di sekolah, Ares selalu berbicara dengan semua orang, tak terkecuali dengan Raden juga. Namun, rasanya kali ini berbeda. Ini bukan di sekolah. Ini bukan untuk membahas tugas sekolah atau acara sekolah. Ini sudah membahas tentang kedekatan lebih lanjut antara dirinya dan Raden.
"Udah lah, Res. Coba dekat aja dulu sama Raden, dia cowok baik kok. Lagian, mau sampai kapan kamu galauin Anan? Anan aja udah dapat pengganti kamu. Masa kamu belum? Raden itu udah pilihan yang tepat. Jangan disia-siain. Nyesal nanti."
Ucapan Rea kemarin sore masih terngiang di pikiran Ares. Rea benar. Anan saja sudah mendapat penggantinya, masa dirinya belum? Ia harus menemui Raden, siapa tahu memang Raden yang tepat untuknya seperti yang dikatakan Rea?
"Hai," sapa Ares kepada Raden dengan begitu kaku.
Raden tersenyum kecil, lalu bangkit dari duduknya. "Hai juga."
"Maaf, nunggu lama."
"Santai aja." Raden lagi-lagi menampilkan senyum di wajahnya. Ares akui, bahwa senyuman Raden begitu manis. Hingga berhasil membuat Ares terpaku sepersekian detiknya.
"Udah siap jalan?" tanya Raden yang kemudian dibalas dengan anggukan kepala oleh Ares. "Siap."
•••
"Capek, ya?" tanya Raden kepada Ares yang kini menetralkan pernapasannya. "Iya, hehe," ucap Ares.
"Kita cari makan dulu deh. Ayo." Ares hanya menganggukkan kepalanya saja sebagai jawaban dari ajakan Raden. Ia tak bisa bohong, jika sekarang ia sedang dilanda lapar.
Raden membawanya ke salah satu foodcourt, kemudian memesankan makanan Ares yang sama dengan pesanannya. Ares tentu saja tidak bisa memilih karena di foodcourt ini hanya menjual satu jenis makanan, yaitu sushi.
"Maaf ya, daritadi kita jalan terus. Jadinya kamu kecapekan," ucap Raden lalu mengelus lembut puncak kepala Ares. Ares tersenyum kepada Raden, "iya, gak apa-apa."
"Btw, kamu suka makan sushi, kan? Makanya aku bawa kamu ke tempat ini."
Ares merasa itu bukan sebuah pertanyaan, tetapi lebih tepatnya sebuah pernyataan yang menunjukkan bahwa Raden mengetahui makanan favoritnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESTETIKA [Completed ✔]
Teen FictionApakah kamu bisa membayangkan dilahirkan dari seorang wanita pecinta akut hal-hal berbau estetika? Bahkan, sampai nama anaknya sendiri pun diubah menjadi super estetika. Apakah kamu bisa membayangkannya? Ini tidak mengada-ngada. Hal itu jelas terja...