Colourblind

370 85 8
                                    

story by

libraryxsha & xhades_

❝You'll see the colours when you're  fallin' in love.❞
.

.

.

"Pelan-pelan jalannya."

Dari ujung koridor rumah sakit nampak dua anak adam yang sedang berpegangan tangan. Yang satu menuntun jalan, yang satu dituntun dengan jalan tertatih.

"Udah bisa jalan sendiri? Aku lepas ya?"

Yang lebih muda mengeratkan pegangannya ketika pemuda bersurai pirang di sampingnya ingin melepaskan pegangannya. Tanpa bicara pun ia tau kalau si manis tidak mau dilepas pegangannya.

"Aku nyerah, aku mau di kursi roda aja," ujar si manis. Yang diajak bicara mengangguk walau tentu si manis tak dapat melihatnya. Mengambil kursi rodanya yang ditinggal di ujung koridor.

"Jeongin," panggil yang lebih tua. Jeongin hanya diam, tak menyahut panggilan yang lebih tua.

"Mau kemana lagi, hm? Mumpung aku belum pergi ini," tawarnya sembari melirik jam tangan.

"Ke kamar inap lagi aja. Aku gak bisa liat apa-apa. Gak guna juga jalan-jalan begini," ujar Jeongin dingin. Hyunjin terdiam di tempat beberapa detik, terkejut sekaligus prihatin dengan keadaan sang kekasih.

Mau tak mau mereka benar-benar bertolak pergi dari sana. Hyunjin setia memdorong kursi roda yang berisi Jeongin di sana.

Wajahnya muram dengan mata sorot kosong. Tak ada satu patah kata pun keluar darinya, ia hanya diam membisu.

Sesampainya di ruang inap badannya dituntun yang lebih tua untuk berbaring di atas brankar. Sesekali ia merintih begitu telapak kakinya bertemu dengan marmer dingin di bawahnya.

Surai abu-abunya diacak oleh kekasihnya. Sampai Jeongin mendengus dan Hyunjin sunggingkan senyum tulus. "Istirahat ya."

Pesannya dapat anggukan dari yang lebih muda. Jeongin dibantu dibaringkan ke atas tempat tidur. Lalu keningnya diusap.

"Mau makan?"

Jeongin menggeleng.

"Minum? Haus gak?"

Lagi-lagi menggeleng.

"Yaudah, aku tinggal ya?"

"Jangan."

Kepalanya menoleh ke arah belakang. Tangannya dicekal kekasihnya itu. Pegangannya erat, seakan-akan dirinya takut kalau ia akan kehilangan Hyunjin.

Hyunjin berbalik lagi, usap punggung tangan Jeongin baru dikecup ringan. "Nanti habis dari kampus aku pulang ke sini lagi kok," ujarnya meyakinkan.

Jeongin menggeleng lalu bertanya, "Aku ditinggal sendiri?"

"Gak." Gelak tawa Hyunjin terdengar. "Kamu sama bunda kok. Nanti sebentar lagi dia dateng."

Pegangan itu berangsur-angsur lepas. Tak seerat tadi. Tangan Hyunjin beralih menepuk gemas kepala yang muda. "Tidur aja. Istirahat."

"Kamu gak lupa 'kan? Tidur ga tidur sama aja. Mataku udah ga berfungsi."

Hyunjin terdiam. Senyumannya terbit tipis, tapi sorot matanya tidak bisa berbohong kalau dia tengah ingin menangis.

Sedih rasanya melihat kekasih rubahnya yang dulu ceria dengan matanya yang berbinar kini harus kehilangan binarnya. Kehilangan dunia dan kehilangan semangat hidupnya.

[ii] Erster SchneeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang