8.

454 79 31
                                    


Haechan mengetukkan sendok sup yang ia pakai untuk mengaduk mie ke sisi panci beberapa kali, sebagai panggilan bahwa makanan sudah siap.

" Untung sekali ya kalian membawa banyak mie instan! Aku sudah bosan hanya meminum kopi!" ujar Haechan sumringah, membuat Renjun serta Giselle heran. Dimana Haechan yang kelihatannya kalem tadi siang?

" Eh eh?? Kenapa memandangku begitu?! Aku ganteng ya??"

" Dia mirip kamu Yangyang!" tukas Giselle membuat kedua pemuda itu ber-tos ria. Lalu cengengesan seperti orang gila.

Renjun memutar bola matanya malas, dan menarik lengan kanan Ningning untuk membawanya duduk disamping pemuda itu.

" Ningning sama kak Renjun aja ya? Jangan sama mereka, nanti kamu ketularan gak waras." ucapnya melirik dua laki-laki yang tengah menatapnya sebal. Ningning yang masih berusaha mengumpulkan seluruh nyawanya sehabis tertidur tadi, kebingungan, namun tak urung mengangguk.

Menurutnya, Renjun itu hanya perlu diberi anggukan, nanti juga gak cerewet lagi.

Jeno ikut bergabung disamping Giselle sebelah kanan, dan Jaemin dikirinya. Laki-laki itu berperilaku seperti ibu rumah tangga yang tengah menyiapkan lauk untuk anak-anaknya, memasukkan mie instan dipanci besar ke mangkuk mereka satu-persatu.

" Waaahh....terima kasih eomma Jaemin!!" celetuk Giselle dengan senyum merekah, dan mata menyipit. Jaemin yang dipanggil seperti itu awalnya mengangguk-angguk, namun beberapa detik setelahnya, ia terlihat melayangkan tatapan protes pada gadis yang barusan memanggilnya dengan sebutan 'ibu'.

" Hey! Aku bukan ibumu!" toyornya pada kepala Giselle membuat siempunya malah terkekeh. Senang bisa mengerjai pemuda yang menurutnya selalu serius itu.

" Wkwkwk cocok kok cocok!" timpal Haechan yang dibumbui tawa Yangyang dan Renjun, sementara Ningning sibuk memakan mie yang sudah mengisi mangkuknya beberapa menit yang lalu. Rasa lapar membuatnya tak lagi menghiraukan obrolan-obrolan dari enam orang lainnya disana.

" Ngomong-ngomong, kalian dari mana?" tanya Jeno yang kini sudah tak lagi kesal pada Jaemin dan kawan-kawannya.

" Dari bandara." Tiba-tiba, Haechan berteriak ketika sedang asik mengunyah begitu telinganya mendengar kata 'Bandara'. Alhasil, makanan itu berceceran di depan mangkuk Jeno yang duduk diseberangnya, membuat laki-laki itu kehilangan selera makan seketika.

" WOAAHH??! HANG WHENARR??!" Ningning memandang Haechan kesal, terlihat dari bibirnya yang mengerucut membuat siapapun gemas untuk mencubit bibir mungil itu.

" KAK HAECHAN JOROKK!!" teriaknya membuat Renjun dan Yangyang sontak menutup kedua telinga mereka. Keduanya memang duduk mengapit Ningning yang berada ditengah-tengah.

Suara nyaring benar-benar membuat suasana makan senyap. Renjun dan Yangyang yang masih  menutupi telinga, Jaemin yang terdiam karena terkejut, Jeno yang masih memandang tak rela juga jijik pada makanannya, serta Giselle yang hanya melirik mereka satu-persatu. Dan diakhiri dengan cengengesan Haechan yang membuat semua orang yang ada di meja menatapnya datar.

" Gak sopan kamu!" toyor Jaemin membuat Haechan yang mulai asik mengunyah menatapnya kesal.

" Ya maaf saja. Aku kan terkejut, kalian beneran dari bandara? Kudengar, disana sudah seperti pedesaan mayat hidup. Apa iya?" Haechan memandangi wajah-wajah baru itu dengan penasaran. Namun, tak ada yang segera menjawab pertanyaannya.

" Tau dari mana?" Renjun balik bertanya seraya menatap Haechan tajam, menyelidik.

" Ah Jeno! Radionya masih aktif tidak sih?! Kami tau dari sebuah saluran radio. Mereka juga memberitahukan bahwa bantuan akan segera dikirim jika kondisinya sudah stabil,"

Virus of Zee[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang