19

351 65 7
                                    

Karina, Ningning dan Winter sontak merapatkan diri satu sama lain tatkala mendengar suara seorang pria. Dan jelas itu bukanlah suara salah satu dari kelompok mereka.

Ningning berhenti bergerak saat netranya menangkap beberapa pria muncul dari belakang mereka. Jaemin menutup celah untuk mendekati para gadis. Ia menggeram kecil membuat Jeno yang disamping nya agak khawatir.

" Hei, kau tidak apa-apa?" tanya Jeno namun Jaemin hanya menggeleng.

" Mereka tahanan itu." celetuk Mark yang langsung dibalas dengan sikap siaga oleh rekannya kini. Renjun bahkan sudah bersiap dengan besi yang di pungutnya ketika di perjalanan sebelumnya.

" Hahaha, santai-santai!" ujar salah satu laki-laki dari perkumpulan itu. Ia menyeringai pada kelompok Mark tatkala netranya menangkap tiga gadis cantik disana. " Kami tidak akan menyakiti kalian, dan kalian juga tidak ingin menyatu dengan tumpukan mayat disana kan?"

Jemari besarnya menunjuk pada gunungan mayat yang tadi di lihat oleh kelompok itu. Dan tentunya tak ada yang ingin berakhir seperti itu. Mark menggeleng gusar, namun ia tahu keadaan ini tetap berbahaya. Karena itulah dia tetap mengangkat senjatanya berupa sebuah pisau yang didapatnya dari Haechan.

"Ckckck! Kau tidak lihat berapa banyak jumlah kami!??" tanya laki-laki itu lagi. Mark, Jaemin dan Renjun sontak menatap sekeliling mereka. Jujur, ketakutan mulai melanda ketiganya. Tapi tak ada yang boleh ditinggalkan disini.

Secara harfiah, mereka paham apa yang diinginkan oleh para laki-laki itu. Apalagi mata mereka hanya memandang pada satu arah saja.

Ningning gemetaran dibelakang tubuh Jeno, dan secara reflek memegang dengan erat bagian belakang baju Jeno.

Jeno menoleh dan tersenyum lembut.

"Tidak apa-apa Ningning, kita akan baik-baik saja." ujarnya mencoba menenangkan Ningning. Gadis itu merengut takut dan kembali mencengkram erat baju Jeno.

"Kenapa kalian keras kepala sekali?!" tanya laki-laki lain yang terlihat kesal dan tak sabaran. Tanpa mengindahkan peringatan Jaemin, dia berlari dan mendorong Haechan lalu menangkap lengan Winter. Pria kasar itu menarik tangan Winter dengan sekali hentakan. Membawanya menjauh namun tak sampai karena Renjun langsung memegang lengan Winter yang lainnya.

Laki-laki bermarga Huang itu menatap tajam pada pria berbadan buncit di depannya.

"Jangan coba-coba!" tegas Renjun. Winter sudah meringis karena kedua tangannya ditarik dari arah yang berlawanan. Namun seakan tak peduli,  tak ada yang melepaskan genggaman masing-masing. Karina melepaskan perban di kepalanya dan berjalan meninggalkan kelompok membuat Mark panik bukan main.

"Karina!" Serunya, namun Karina tetap berjalan meninggalkan mereka dan mendekati orang-orang jahat itu.

Rambut hitam kebiruannya terutai dan poni tipis yang awalnya tak terekspos, perlahan menunjukkan sisi manis perempuan itu. Dia mendekat, namun sebelumnya sempat melepaskan genggaman lengan pria buncit tadi pada Winter.

Ia menoleh pada laki-laki pertama yang kini memberikannya senyum senang.

"Aku saja cukup, biarkan mereka pergi. Apapun yang ingin kalian lakukan, lakukanlah padaku. Jangan libatkan siapapun dari mereka."

Ujaran Karina mengundang tangis Winter pecah hingga gadis yang sudah ditahan oleh Renjun itu berusaha lepas dan meraih Karina.

"Kak Karina berhenti!! Kakak! Berhenti! Jangan lakukan ini! Aku mohon!!" Winter terus berteriak keras dan semakin berusaha lepas dari Renjun yang kini dibantu oleh Mark.

Karina sudah berdiri tepat di depan laki-laki tak dikenal itu. Laki-laki itu menyeringai dan mendekatkan kepalanya pada wajah Karina. Gadis itu menahan nafas dan air mata yang sebentar lagi ingin keluar dari pelupuk matanya. Sementara nafas pria itu perlahan menerpa poni tipisnya dengan hangat.

Virus of Zee[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang