Tiba-tiba pintu terbuka lebar dan memperlihatkan Harry Potter yang sudah sangat lama tidak aku lihat wajah nya, kali ini dia dengan penampilan berantakan dan parah sekali. Nafas nya terengah-engah seolah-oalah dia seperti dikejar oleh Dementor ataupun Pelahap Maut sangkin aneh nya.
"[Y/N] apakah kau tidak apa-apa?" Harry berkata dengan suara keras, dia menampilkan penampilan nya keseluruhan dengan jelas di mata ku, wajah nya yang penuh dengan luka-luka, bibir nya yang berdarah, dia berjalan compang-camping sambil menahan lutut nya sambil menjerit keras kesakitan pada lutut nya yang seperti nya mengalir darah di dalam celana jeans muggle nya.
Penampilan nya saat ini , tidak ada beda nya saat Pertempuran Hogwarts.
Aku tertawa canggung dan mengulang kata-kata perhatian dari Harry, "Apakah kau tidak apa-apa? Astaga, Harry. Aku berada disini sepanjang waktu, dan kau datang dengan penampilan parah seperti ini, aku yang seharus nya bertanya seperti itu Harry!" Aku berkata dengan suara keras, dengan cepat Hermione membantu tubuh Harry untuk duduk diatas sofa yang tidak jauh dari tempat tidur ku.
Hermione meraih kasar tas manik-manik nya dari tempat tidur ku, dan mengambil sesuatu di dalam nya, tetapi membutuhkan waktu yang sangat lama, wajah nya semakin gusar, dan di sepersekian detik kemudian, dia meraih barang dari dalam tas nya, "Ah akhir nya. Aku sangat takut jika aku tidak memiliki persediaan dittany!" Hermione berkata dengan wajah lega, dan menaruh kan nya ke area lutut dan sekitar kaki Harry.
Aku menutup rapat mulut ku dengan ketakutan bercampur ngeri. Kenapa bisa Draco membuat nya seperti itu, sampai-sampai luka Harry dalam sekali dan ada beberapa daging dan kulit nya yang terpisah dan berdarah-darah membuat ku tak kuat melihat nya.
"Nah, apakah masih sakit lagi?" Hermione bertanya kepada nya, dengan cepat Harry mengangguk tanpa ekspresi, "Dittany perlu berhari-hari untuk menutup luka di kaki mu, biar aku tutup luka mu menggunakan ini.." Hermione meraih kain perban dari dalam tas manik-manik nya dan melapiskan nya diatas permukaan kulit sekitar lutut sampai kaki Harry sehingga dia terlihat lebih baik dari sebelum nya meski wajah nya masih terlihat sedikit berdarah-darah.
"Terimakasih, Hermione." Harry berkata tersenyum kaku, dan dia berjalan dengan baik mendekati tempat tidur ku.
"Jadi benar, kau bertengkar dengan Draco di lobby parkiran muggle?" Aku bertanya dengan suara dingin tanpa memandang Harry yang sedang menatap ku cermat-cermat.
"Yeah, tapi akhir nya aku bisa melucuti tongkat nya." Harry tersenyum simpul dan mengeluarkan tongkat sihir itu dari saku nya.
"Harry, itu adalah tongkat sihir milik ku." Aku berkata dengan nada pasrah, "Aku meminjamkan nya kepada Draco sudah lama sebelum aku berada di Rumah Sakit."
"Oh yea?" Harry menyeringai dengan nada menggoda, "Bagus jika seperti itu. Tongkat ini seharus nya berada bersama mu, karena tongkat ini tidak berpihak kepada suami mu, Malfoy."
"Tongkat itu tentu saja berpihak kepada Draco." Aku berkata dengan jujur, namun terlihat seperti membela nya, "Aku tidak membela Draco. Maksud ku, kau menjadi berdarah-darah seperti ini karena dia, kan? Berarti memang tongkat nya sekarang sudah menjadi milik Draco."
"Terserah tongkat ini milik siapa. Aku tidak peduli." Harry meletakkan tongkat itu di dekat vas bunga diatas meja kayu itu.
Aku sama sekali tidak memandang Harry, melainkan aku hanya terus memandang ujung pintu dan ber ekspetasi jika saja Draco datang ke dalam ruangan ini, membawa sup kari ayam dan ada Scorpius yang nyengir cengengesan dan berusaha mematahkan tongkat Draco.
Aku benci dimana aku merindukan Draco.
Kenapa dia tidak datang kepada ku, atau sekedar mengadu dengan wajah murung, sambil menggerutu bahwa dia baru saja bertarung dengan seorang Pottah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARDEST CHOICE | d. malfoy
FanfictionPernikahan ini dibuat hanya karna harta, kasta keluarga, dan keturunan darah murni penyihir. Tak masalah jika aku tidak mencintai laki-laki itu. = = = = = = = = = = = = Seluruh isi Hogwarts ku jamin tidak akan ada yang mengetahui bahwa aku sudah me...