Chocolate: Prank

714 99 55
                                    

"Berarti kalo pacaran sama gue mau?" tanya Junkyu dengan smirk terulas di bibirnya.

Gue melotot akibat tak menduga akan mendengar ucapan seperti itu darinya. "Eh, maksudnya?"

"Lo Cha Eunseo, yang sempet sering kasih surat di loker gue kan?" tanya Junkyu memastikan.

Loh kok tau? Padahal semua surat gue itu anonim.

"Kenapa berhenti nulis surat buat gue? Pasti ngira surat lo ga gue baca, yaaa?" tebak Junkyu.

Gue memilih menghindari kontak mata dengannya. Karena masih enggan mengakuinya.

"Ini punya lo kan?" tanya Junkyu seraya mengeluarkan sebuah amplop biru muda.

Gue malu setengah mati. Itu surat terakhir yang gue berikan untuknya.

"Balikin," ucap gue akhirnya sambil meraih surat itu. Namun Junkyu dengan sigap menjunjungnya tinggi, menjauhkannya dari jangkauan gue.

"Kenapa? Kan lo udah kasih ke gue," tolak Junkyu.

"Kalo Kak Junkyu ga baca dan nunjukkin itu cuma buat ngeledekin gue, ya udah balikin aja," jelas gue setengah kesal dan malu.

"Berarti ini beneran punya lo kan?" tanya Junkyu lagi.

"Punya gue atau bukan, Kak Junkyu ga ada hak buat ngeledekin effort orang," balas gue ketus.

"Gue lagi ga ngeledek siapa pun," bela Junkyu.

"Balikin," ulang gue.

Tapi karena Junkyu tampak tidak akan memberikannya, gue melompat-lompat untuk mendapatkan surat itu. Sialnya, tidak semudah itu, Junkyu malah semakin meninggikan tubuhnya. Karena tidak betah dengan situasi seperti ini, gue pun mencubit lengan kanan Junkyu, yang membuatnya sedikit menurunkan surat itu. Kemudian gue segera merebutnya dan tersenyum penuh kemenangan.

Gue emang pendek, tapi gue ga selemah atau sebodoh itu buat ga bisa ngerebut ginian dari lo.

"Anggep aja surat ini salah kirim," ucap gue sebelum mendahuluinya meninggalkan lorong.

###

Esok harinya, gue tidak bertemu dengan Junkyu seperti biasanya. Gue dan Junkyu cukup sering tiba di sekolah di waktu yang bersamaan, tapi kali ini tidak. Ketika gue melewati area parkir, motor Junkyu belum ada di sana.

"Gue kok jadi ngerasa ga enak udah nyubit dia sekeras itu," lirih gue.

Hampir seharian gue memikirkannya. Selama pelajaran gue tidak fokus. Karena, sekadar info, gue punya kebiasaan buruk, yaitu mencubit orang sampai memar ketika merasa terganggu. Kakak gue pernah mengusik gue dan berakhir lengannya membiru di beberapa titik. Bagaimana jika hal serupa terjadi pada Junkyu? Bagaimana jika setelah itu ia membenci gue?

"Eunseo!!" seru Jisung yang mengejutkan gue.

"Lo nungguin gue di depan toilet?" tanya gue dengan ekspresi tak percaya-karena ia menunggu di depan toilet perempuan seperti orang mesum.

"Bukan itu yang penting sekarang," balas Jisung yang kemudian menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan sebelum melanjutkan, "Lo dicariin Kak Junkyu!"

Gue menatap datar siswa di depan gue ini. Rasanya ingin sekali gue memukul Jisung. Gue yakin, ia mengatakannya hanya untuk melihat reaksi heboh gue. Iya, bisa dikatan dia sedang mengerjai gue dengan mengikut sertakan nama senior gue itu.

"Ga lucu, bego," balas gue yang tidak akan termakan prank-nya.
Kemudia gue berjalan melewati Jisung begitu saja. Tapi langsung berhenti saat mata gue menangkap sesosok Junkyu.

Imagine Treasure: MY TREASUREWhere stories live. Discover now