A Chance: Two

228 56 20
                                    

Gue berjalan keluar dari ruang 507 dan melihat sesosok laki-laki yang menunggu di sebuah bangku tak jauh dari sini. Dia adalah Hyunsuk yang sedang memainkan handphone dengan sesekali mengedarkan pandangan ke sekitar. Gue akui, gue senang karena merasa seperti ditunggu oleh pacar. Namun perasaan itu pupus ketika gue melihat Bora yang datang entah dari mana meneriakkan namanya sebelum mendekati calon suami gue itu. Bora memeluk Hyunsuk erat, begitu pun dengan Hyunsuk yang tak ragu membalas pelukan kekasihnya.

"Yeon, buruan kita ada kelas pengganti, loh." Yujin mengingatkan gue yang ternyata telah memandangi Hyunsuk sedari tadi.

Gue tersenyum dan berlari kecil menyusul Ahn Yujin, teman sekelas gue. "Lo ntar ada acara ga?"

"Lo masih inget cowok yang gue ceritain, kan?" tanya Yujin balik.

"Park Jeongwoo?"

Yujin mengangguk semangat sebelum membalas, "Kemarin dia ngechat, dong...!~"

"Seneng amat lo?" ucap gue sambil terkekeh pelan.

"Seneng banget lah, gilaaa. Gue, tuh, udah lama ngejomblo, nyoba blind date berkali-kali, tapi kaga ada yang nyantol-nyantol. Trus waktu sama cowok seganteng Jeongwoo, dia dulu yang chat gue," jelasnya antusias.

"Seganteng apa emang?"

Yujin menunjukkan foto Jeongwoo yang dipasang di profile picture LINE laki-laki itu. Yujin benar, Jeongwoo memang terlihat sangat tampan di sana.

Ganteng, tapi lebih lucu Kak Hyunsukehh, kok, gue mikirin dia, sih?!

Gue menggelengkan kepala kuat-kuat, berusaha membuang gagasan yang baru saja terlintas di pikiran. Yujin menyatukan alisnya, heran dengan tingkah gue.

"Menurut lo, Jeongwoo ga ganteng?" tanyanya.

Gue menggoyangkan tangan di depan dada. "Ga, bukan itu maksud gue."

"Oh, gue kira lo katarak," timpal Yujin.

Gue menyubit lengan atas gadis itu. "Iiihh, mulut lo."

"Aww..! Sakit, Yeon. Gue kan ga ngumpat," dalih Yujjin. Dia tahu kalau gue sangat tidak suka dengan perkataan kasar.

"Omongan itu bisa jadi doa, tau," peringat gue padanya.

"Iya, deh, maaf. Tapi beneran, sih, yang ngatain Jeongwoo jelek matanya ga normal."

"Iya, deh, iyaaa. Tapi masih ganteng calon suami gue, sih."

Yujin terkejut. "Anjirr, lo diem-diem udah mikirin nikah aja."

Gue menelan kasar ludah. "G-Ga gitu maksudnya."

Ya ampun, bodoh banget. Hampir aja keceplosan.

Salah satu butir isi perjanjian gue dan Hyunsuk yang kami buat minggu kemarin adalah tidak ada yang boleh tahu perjodohan ini, kecuali yang memang bersangkutan dan beberapa orang terdekat yang sudah mengetahuinya. Seperti Bora dan Yoshi.

Yujin tersenyum jahil dan mulai menggoda gue. "Siapa, nih calonnya Tuan Putri Hwa Yeon?"

"Apa, sih, bukan itu maksud gue, Jin," elak gue.

"Hmm~ Lo ga bisa main rahasia-rahasiaan sama gue, Yeon. Gue tau siapa yang lo maksud."

"Ga usah sok jadi intel, lo." Gue segera berjalan cepat meninggalkan Yujin.

Ketika gue akan menuruni tangga, gue hampir terjatuh karena salah tingkah akibat ledekan Yujin. Beruntung seseorang menahan tubuh gue.

"Nah, baru mau gue sebut namanya udah muncul aja," ucap Yujin.

Imagine Treasure: MY TREASUREWhere stories live. Discover now