Chocolate: Her Brother

342 58 10
                                    

"Maaf, ya Kak tadi dipaksa mama makan dulu, padahal Kak Junkyu masih ada kerjaan," ucap gue yang mengantarkan hingga gerbang.

Gue yang pulang dalam keadaan basah, jatuh pingsan setelah dicegat masuk rumah oleh Junkyu. Ia sudah menunggu gue di sana dengan motornya terparkir di depan gerbang.

Ketika gue membuka mata Junkyu tertidur di samping dengan menggenggam tangan gue. Setidaknya itu yang gue kira. Tapi ternyata ia hanya memejamkan mata dan memergoki gue yang asyik mengamati wajah sempurnanya. Malu? Sangat.

"Gapapa, sayang. Emak-emak kan emang suka ribut soal makan. Aku juga ga perlu makan di rumah," balasnya yang membuat gue tertawa.

"Kak, gue boleh nanya ga?" tanya gue kemudian.

"Tanya aja," jawabnya.

"Mmm... tadi kok kita bisa tidur b-bareng?" lanjut gue kurang yakin dengan pemilihan katanya.

PLAK!

"Aww!" pekik gue yang mengusap lengan. "Lah sejak kapan lo di situ, njir??!"

"Ga penting sejak kapan gue di sini, bego," balas Eunwoo sambil menyentik dahi gue lumayan keras hingga membuat gue kembali merintih kesakitan. "Lo habis ngapain, Dek??" tanyanya heboh.

"Aaiishhh, lo salah paham," timpal gue kesal.

"Maksudnya 'tidur bareng' tuh apa, hah?! Mama ga di rumah?? Bisa-bisanya lo—"

Gue mendang kaki kakak gue itu. "Otak lo sedeng, ya ga mungkin lah, anjiirr. Gue sambit juga lo, ya."

Eunwoo langsung menarik gue menjauh dari Junkyu. "Siapa lo? Lo apain adek gue, hah?" tanyanya galak.

"Ih, dibilang ga ngapa-ngapain juga," sahut gue cepat.

"Jawab," lanjut Eunwoo yang tidak menghiraukan gue.

"Saya Kim Junkyu, Kak. Saya pacarnya Eunseo. Dan kayanya Kakak salah paham. Kita beneran ga ngapa-ngapain," jelas Junkyu formal. Mungkin takut jika Eunwoo mengamuk malam-malam begini.

"Halah, mana ada maling ngaku maling," balas Eunwoo ngotot.

YA TRUS NGAPA JUGA LO TANYA KALO GA PERCAYA?

"Udah, deh Bang masuk sana. Lo pasti laper dan capek banget, makanya mikir yang ga bener. Ga usah bikin ribut, buruan masuk!" Gue mendorong Eunwoo dan langsung menutup gerbang lagi. "Huuuftt... maaf, ya Kak. Abang gue emang gitu kalo capek, hehe."

Junkyu mengacak rambut gue. "Gapapa, aku ngerti kok. Mungkin kalo aku punya adek cewek juga bakal kaya dia. Ya udah, aku pulang dulu, ya. Jangan lupa minum obatnya."

Gue mengangguk. "Ntar kalo udah sampe kabarin, ya," pesan gue dan ia balas dengan mengacungkan ibu jari.

Junkyu naik ke motor dan memasang helm. "Besok kalo masih sakit ga usah masuk. Sepulang sekolah aku tengokin, oke?"

"Yes, Sir!" jawab gue yang membuat ia tertawa.

Ia pun menyalakan mesin dan bersiap pergi. Namun tidak jadi dan berkata. "Ah, ya kamu tadi narik tanganku. Kayanya kamu ngira aku Papa kamu di mimpi, jadi ya mana tega aku lepas."

Gue menjadi sedikit gelagapan. "O-Oh? Gitu, ya...."

"Kalo gitu aku pulang, ya. Cepet sembuh, sayang," ucapnya sambil mengusap pipi gue.

Gue tersenyum dan mengangguk pelan untuk membalasnya. Kemudian ia segera menjalankan motornya dan hilang di persimpangan gang. Gue pun membuka gerbang dan kembali dikagetkan oleh abang.

"Anjir, lo bisa, ga bikin gue kaget?" ucap gue kesal sambil menutup gerbang dan melewatinya.

Eunwoo mengikuti gue. "Lo kangen Papa?" tanyanya tiba-tiba.

Imagine Treasure: MY TREASUREWhere stories live. Discover now