Fairy Tale: Rival(s)

162 38 7
                                    

Gue memperhatikan Yoshi yang menyampaikan materi dengan amat baik. Ia sama sekali tidak terlihat tegang atau pun gugup. Tadi ia berkata bahwa ini pertama kalinya ia mengisi seminar. Meski ia bukan narasumber utamanya, tapi gue senang bisa menjadi orang yang menemaninya di momen penting seperti ini.

Seluruh isi ruangan juga turut menyimak, terutama para mahasiswi. Bisa dikatakan 70 persen peserta seminar ini adalah perempuan. Saat gue menunggu acara dimulai, gue mendengar beberapa mahasiswi yang memang sengaja datang hanya karena ingin melihat Yoshi. Padahal mereka bukan dari fakultas yang berhubungan dengan seminar matematika seperti ini.

Astaga, gue ternyata demen sama cowok sepopuler itu. Keknya gue emang kudu struggle.

"Baik, saya rasa cukup untuk kesempatan kali ini. Jika ada salah kata, saya mohon maaf. Saya mohon undur diri. Sekian dan terima kasih," pungkas Yoshi sebelum ruangan dipenuhi suara tepuk tangan.

Gue pun keluar ruangan dan menuju gazebo yang sempat diberi tahu oleh Yoshi. Gue menunggu Yoshi di sana.

Dari kejauhan terdengar suara berisik yang semakin mendekat. Suara itu berasal dari beberapa mahasiswi yang membututi Yoshi. Yoshi mempercepat jalannya ketika mendapati gue duduk di gazebo.

"Sorry, udah nunggu lama, ya?" tanyanya dengan rambut sedikit berantakan.

Di lengannya tersampir jaket dan jas yang tadi ia gunakan. Gue meraihnya tanpa izin padanya.

"Eh, sorry. G-Gue udah kebiasaan...," ucap gue ketika menyadari ekspresi kebingungan Yoshi.

"Kebiasaan sama mantan lo?" tanyanya yang tidak pernah gue sangka akan datang darinya.

Gue mengangguk sambil mengalihkan pandangan darinya. "Sorry," cicit gue.

Aarrrgh... bisa-bisanya gue....

"Yah, Pak Yoshi udah punya cewek, ya??" tanya seorang mahasiswi yang masih berada di belakang Yoshi.

"Kok ga bilang, sih, Pak? Mana cantik gitu," tambah temannya.

"Anu... saya bukan---"

"Iya, dia pacar saya," sahut Yoshi yang membuat gue terbelalak.

"Loh, beneran, Pak? Saya kira Pak Yoshi lagi deket sama Bu Yuki dari Fakultas Bahasa dan Seni," balas mahasiswi lain.

"Kenapa sebut-sebut nama saya?" Tiba-tiba seorang wanita datang dan membelah kerumunan fans Yoshi.

"Selamat pagi, Bu Yuki," sapa Yoshi ramah.

Ck, apaan dia kagak pernah seramah itu sama gue. Apa jangan-jangan nih cewek doi-nya Yoshi? Tapi kok 'Yuki'?

"E-Eh, Bu Yuki.... Eee... kami permisi dulu," ucap mereka hampir bersamaan sebelum pergi dari sini seperti orang yang terpergok melakukan kejahatan. Tapi membicarakan orang lain di belakang memang bukan hal yang baik.

"Kok bisa sampe sini?" tanya Yoshi pada Yuki kemudian.

"Ciee, kepoo," ledek Yuki sambil tertawa.

"Ga juga, sih," balas Yoshi datar.

Yuki melirik ke gue. "Siapa, nih? Cewek lo?"

"Menurut lo?" balas Yoshi ambigu.

Yuki tertawa. "Eh, tadi gue liat lo di dalem. Keren banget, asli. Apa lo gue undang ke kuliah umum prodi gue aja, ya?"

"Lah, gue mana tau tentang seni peran?" Yoshi terkejut dengan perminataan aneh Yuki.

"Lo jadi penggaet peserta aja. Kan lumayan, hahahahah," balas Yuki yang membuat Yoshi ikut tertawa.

Imagine Treasure: MY TREASUREWhere stories live. Discover now