Part 2

677 94 6
                                    



Sometimes memories sneak out of my eyes and roll down my cheeks


Gulf terbangun, dan seketika aroma rumah sakit memasuki indra penciumannya. Matanya mengerjap beberapa kali untuk membiasakan dengan cahaya yang seketika menyilaukan matanya. "Kau sudah bangun ?" Ucap sebuah suara. "Aku dimana?" Tanya Gulf masih dengan mata setengah terbuka. "Rumah sakit." Jawab suara yang sama. "Maaf, tadi supir ku hampir menabrak mu di lobby kantor." Ucapnya lagi. Seketika Gulf mengingat apa yang terjadi, dan segera bangkit dari tidurnya, namun kembali terhuyung karena kepalanya masih sakit luar biasa. "Hey, kau mau kemana ? Kau masih belum pulih benar." Ucap suara itu lagi. Suara yang bagaikan melodi di telinga Gulf, mirip suara mendiang Ayahnya. "Aku harus kembali ke kantor, aku ada pangilan pekerjaan." Ucap Gulf lagi, sambil kembali berusaha bangkit. "Kembali tidur, kau belum pulih benar. Biar aku yang urus soal panggilan pekerjaan mu." Ucap laki-laki yang Gulf kira mungkin lebih tua darinya, dari penampilannya yang tampak dewasa dan tampak elegant , mengenakan kemeja putih yang digulung sampai sebatas siku dipadukan dengan celana berwarna khaki, belum lagi jam tangan mahal yang melingkar dengan sempurna dipergelangan tangannya Berbanding terbalik dengan dirinya yang hanya mengenakan kemeja putih bekas wisudanya dengan celana katun warna hitam, yang sudah sedikit memudar karena terlau sering di cuci. Seketika Gulf merasa kecil diabandingkan dang laki-laki yang kini berdiri disamping tempat tidurnya.  "Kau tunggu disini, dan jangan coba-coba bangun."Ucap laki-laki itu. "Siapa nama mu?" Tanyanya sebelum keluar untuk berbicara melalui ponselnya. "Gulf Kanawut Traipipattanapong." Ucap Gulf.

Gulf tidak suka rumah sakit dan semua hal tentangnya. Rumah sakit hanya membawa kenangan mengerikan untuknya. Tapi, entah kenapa Gulf menuruti begitu saja permintaan pria yang saat ini berada di luar ruang perawatannya. Mungkin, karena suaranya mirip dengan suara Ayahnya. Bagaimana ia meminta Gulf untuk menunggunya tadi. Tanpa sadar air mata jatuh dipipi Gulf. Betapa ia merindukan kedua orang tuanya.

 Suara pintu kembali terbuka dan pria itu masuk sambil tersenyum. "Soal panggilan kerja mu sudah selesai, lagipula kau sudah mengikuti semua tahapannya kan ? Kau bisa masuk jika kau sudah pulih." Ucapnya lagi. "Kau siapa ?" Tanya Gulf kemudian. "Suppasit Jongcheveevat, atau kau bisa panggil aku Mew." Ucapnya lagi.

................................................................................

Kali ini Mew dapat dengan jelas melihat wajah pria yang lebih muda darinya itu. Dan kedua bola matanya yang cemerlang mengingatkannya pada cinta pertamanya. Jantungnya berdegup lebih cepat saat Gulf menatapanya. "Kau datang dari luar kota ya ?" Tanya Mew demi mengalihkan pikirannya dan juga demi menghilangkan degup di jantungnya, yang hanya dibalas anggukan halus oleh Gulf. "Kau sudah ada tempat tinggal?" Tanya Mew lagi. "Belum, aku hendak mencarinya setelah pulang dari kantor tadi." Ucap Gulf lagi. "Baiklah, sebagai permintaan maaf ku. Ku carikan kau tempat tinggal biar sekertaris ku yang urus." Ucap Mew sambil hendak mengeluarkan lagi ponselnya dari dalam saku celana. Namun, terhenti saat Gulf menyentuh lenganya. "Tidak perlu, biar aku cari sendiri saja. Anda membawa ku ke rumah sakit saja sudah lebih dari cukup. Terimakasih." Ucap Gulf dengan bahasa yang sopan. "Tapi, ini sebagai ucapan maaf ku jika semua rencana menjadi tertunda." Ucap Mew lagi, walau kulitnya sedikit meremang karena sentuhan Gulf tadi. "Tidak perlu, terimakasih. Lagi pula, saya berniat untuk keluar dari rumah sakit sekarang." Ucap Gulf sambil berusaha turun dari ranjang rumah sakit, namun karena sakit kepalanya belum pulih benar, tubuhnya kembali terhuyung dan jatuh tepat kedalam pelukan Mew. Dari jarak sedekat ini Mew dapat mencium aroma vanilla dari tubuh Gulf. Membuat kepalanya pusing seketika.

Something About YouWhere stories live. Discover now