Part 3

666 90 7
                                    



Imagine meeting someone who wanted to learn your past not to punish you, but to understand how you needed to be loved


Gulf terbangun dengan kepala yang masih sedikit pusing dan badan yang masih sedikit lemas. Ia melihat sebuah jam kecil di atas meja sebelah tempat tidurnya. Jam 6 pagi. Gulf memilih untuk bangun dan ke kamar mandi untuk mandi dengan air hangat, ia berharap terpaan air hangat diseluruh tubuhnya dapat sedikit menghilangkan rasa lemasnya.

Gulf berjalan perlahan menuruni anak tangga, kemarin saat ia baru sampai ia belum sempat melihat sekeliling apartemen. Ia melihat keluar jendela, dan disuguhkan pepohonan rindang dan beberapa taman bunga yang cukup indah. Gulf mengenakan sepatunya dan berjalan keluar apartemen untuk mencari udara segar.

Gulf masih merasakan hangat tubuh Mew saat memeluknya kemarin, dan bahkan ia tidak ingat kapan terakhir kali ia menangis dihadapan orang lain. Ketika ia di bully dulu saat disekolah, Gulf tidak pernah menangis. Gulf menahannya sekuat yang ia bisa. Tapi, entah kenapa kemarin saat Mew memeluknya semuanya seolah runtuh begitu saja.

Gulf seolah lupa, bagaimana rasanya dijaga oleh orang lain, bagaimana rasanya menggantungkan diri pada orang lain. Dan kemarin, akhirnya ia tahu bagaimana nyamannya rasa itu.

......................................................................

"Ya Tuhan, kau dari mana ?"Jantungnya seolah kembali berdetak saat melihat Gulf masuk dari pintu apartemen. "Aku hanya berjalan-jalan sebentar."  Ucap Gulf. "Kau belum pulih seratus persen, bagaimana jika kau terjatuh lagi dijalan." Ucap Mew sambil menyentuh lembut pipi Gulf.  Mew sepertinya sadar ulahnya barusan membuat wajah Gulf memerah. Ia segera menarik tangannya. "Maaf." Ucap Mew "Aku hanya sangat khawatir saat aku datang kau tidak ada." Ucap Mew sambil berpaling menuju dapur.

"Aku hanya berjalan-jalan sebentar. Mencari udara segar." Ucap Gulf masih dengan pipi yang memanas. Ia berdiri gugup, dan berusaha sekuat tenaga untuk menetralkan degup jantungnya. "Kau sudah sarapan?" Tanya Mew lagi, ia melihat tangannya yang tadi tanpa sadar menyentuh wajah Gulf, dan mata cemerlang itu menatapnya lagi. Mew mencoba menenangkan dirinya. "Belum." Jawab Gulf. "Tunggulah sebentar, aku buatkan sarapan." Ucap Mew lagi.

....................................................................

Gulf duduk di kursi meja makan, sambil memperhatikan punggung tegap Mew yang bergerak kesana kemari guna menyiapkan sarapan untuknya. "Ini garam atau gula?" Gumamnya. Lalu Gulf berjalan mendekati Mew, "Kau tidak pernah masak ya ?" Tanya Gulf begitu berdiri di belakang Mew. "Hah ? tidak, aku pernah masak. Hanya saja aku sedikit bingung dengan garam dan gula di Thailand, bentuknya sama." Ujar Mew masih dengan tatapan bingung dengan dua botol di kedua tangannya."Memang di negara mana yang bentuknya tidak sama ?" Ujar Gulf sambil meraih botol dari tangan Mew. "Di New York sepertinya berbeda." Ucap Mew asal.

Sebenarnya Mew tidak pernah menyentuh dapur sama sekali, semua keperluannya sudah disiapkan oleh sekretarisnya dan pelayan dirumahnya. Tadi, ia hanya berusaha mencari pengalihan agar Gulf tidak melihat wajah gugupnya saat Ia menyentuh wajah Gulf tadi. Dan saat ini, Gulf malah berdiri cukup dekat dengan dirinya, dan aroma vanilla kembali menyeruak. "You smell so good." Ucap Mew tanpa sadar. "Kau pakai shampoo apa?" Tanya Mew lagi. "Aku pakai shampoo yang ibu bawakan." Ucap Gulf gugup. "Sini, biar aku saja yang masak. Kau duduk saja." Ucap Gulf lagi, sambil berjalan menuju kulkas untuk mengambil beberapa butter dan telur.

.....................................................................

"Kau bisa mulai kerja besok." Ucap Mew ditengah-tengah sarapan mereka. "Serius ?" Tanya Gulf dengan mata yang berbinar. Mew sangat suka kilau obsidian milik Gulf, dan diwaktu yang bersamaan, itu membuatnya begitu ingin melindungi pemilik mata indah tersebut.  "Ya." Ucap Mew sambil memasukan potongan telur kedalam mulutnya. "Bagaimana bisa ? seharusnya aku kan datang kemarin ?" Tanya Gulf lagi. "Aku meminta keringanan untuk mu." Ucap Mew berbohong. Karena sepertinya Gulf tidak tahu jika Mew adalah anak pemilik perusahaan tempat ia akan bekerja. "Wahh, terimakasih. Aku berhutang banyak pada mu." Ucap Gulf lagi. "Jangan berkata begitu, aku tidak suka." Ucap Mew lagi. "Maaf." Ucap Gulf lagi. "Jangan meminta maaf, aku lebih tidak suka. Kau tidak berbuat kesalahan, kenapa harus minta maaf." Ucap Mew sambil tersenyum.

"Nanti, setelah masuk kerja aku akan segera mencari tempat tinggal." Ujar Gulf lagi. "Kau bisa menggunakan apartemen ini selama yang kau mau, jadi tidak usah khawatir." Ucap Mew lagi. "Aku pergi dulu, ingat jika butuh apapun kau bisa meminta tolong pada Bibi Pam, jangan keluar rumah sendirian. Aku takut kau terjatuh lagi seperti kemarin." Ucap Mew begitu mereka berdua selesai sarapan. "Iya, aku mengerti." Ucap Gulf lagi.

..........................................................

Mew duduk diruang kerjanya dengan beberapa laporan di tangannya. Ia melihat lagi tangannya yang menyentuh wajah Gulf pagi tadi, dan bagaimana wajah Gulf seketika memerah karena sentuhannya tersebut. Dan mata itu, mata yang sama seperti mata yang membuat Mew jatuh cinta untuk pertama kalinya. "Apa mungkin dia orang yang sama ?" Gumam Mew dalam hati, lalu ia teringat akan CV Gulf di HR departement, ia segera menekan telepon di meja kerjanya untuk menghubungi sekretarisnya.

"James, tolong carikan berkas-berkas Gulf di HR." Ucap Mew begitu sekretarisnya itu menjawab teleponnya.

Tak berapa lama James, sekretarisnya sudah membawakan berkas yang Mew minta. "Ini Tuan." Ucapnya sambil menyerahkan map berwarna biru. "Terima kasih." Ucap Mew. "Oh iya Tuan, tadi Tuan besar menelepon dan meminta saya untuk mengingatkan Tuan perihal amplop yang saya berikan di pesawat." Ucap James lagi. "James, tolong bilang pada ayah bahwa aku tidak tertarik, dan berhenti mengirimkan foto-foto wanita pada ku." Ucap Mew lagi. Belum sempat James menjawab, pintu ruang kerja terbuka dengan keras. "Ayah." Ucap Mew begitu melihat Tuan Tan Jongcheveevat masuk kedalam ruang kerjanya.

...................................................

"Mau sampai kapan kau bertindak semau mu?" Ucap Ayahnya sambil meleparkan kertas berupa foto-foto ke atas meja kerjanya. "Kau tidak berfikir bagaimana dampaknya pada perusahaan ? kau mau membuat ayah malu !" Ucap Ayahnya lagi.

Mew mengambil beberapa lembar foto yang Ayahnya berikan. Dan betapa kaget Mew saat ia melihat ada foto dirinya saat tengah memeluk Gulf dirumah sakit kemarin. "Ini tidak seperti yang ayah pikirkan." Ucap Mew lagi. "Kau pikir wajar jika seorang pria memeluk pria lain?" Tanya Ayahnya lagi. "Sudah ku bilang ini tidak seperti yang ayah pikir. Dan kenapa ayah selalu melihat melihat hubungan antar manusia begitu sempit ?" Ujar Mew lagi. "Sempit kata mu ? Ayah bicara soal norma, ayah bicara soal normal dan tidak normal." Ucap Ayahnya lagi. 

"Yah, ku mohon berhenti mencampuri urusan pribadi ku. Nanti, entah kapan aku akan membawa seseorang dan dengan bangganya akan ku katakan pada mu, bahwa ia adalah orang yang aku pilih sebagai pendamping hidup ku kelak. Aku hanya minta ayah bersabar." Ucap Mew lagi. "Kau jangan bertindak bodoh." Ucap Tuan Tan sambil beranjak pergi meninggal ruang kerja Mew.

..................................................

"James, tolong cari siapa yang memberikan foto itu, dan tolong berikan beberapa perlindungan tambahan untuk Gulf. Jangan sampai orang suruhan Ayah menyentuhnya" Ucap Mew begitu Tuan Tan meninggalkan ruang kerjanya.

.................................................

To Be Continue ..

Something About YouWhere stories live. Discover now