Part 4

580 81 5
                                    


Sometimes you have to accept the fact that people only enter your life as a temporary happiness


Gulf mengenakan pakaian terbaiknya hari ini, ini adalah hari pertama dirinya bekerja di JV. Corp. Setelah kemarin Mew bilang bahwa dirinya bisa mulai bekerja hari ini, tak ada lagi yang pria itu katakan soal pekerjaannya. Mew hanya bilang, begitu sampai bilang untuk bertemu dengan Mr. Thorn, yang akan menjadi atasannya kelak. 

Gulf sampai dengan selamat kali ini, karena benar apa yang Mew bilang apartemennya jauh dari rumah sakit. Gulf berjalan menuju lobby dan seorang wanita berpakaian rapi dengan rambut digelung keatas menyapanya ramah. "Selamat pagi Tuan, ada yang bisa saya bantu ?" Ujarnya sambil tersenyum. Gulf membalas salamnya dengan tersenyum ramah. "Selamat Pagi, saya pegawai baru disini. Dan saya diminta untuk bertemu dengan Mr. Thorn." Ujar Gulf lagi. "Anda dengan siapa ?" Tanya wanita itu. "Saya Gulf, Gulf Kannawut." Ucap Gulf lagi. "Baik Tuang Gulf, mohon tunggu sebentar." Ucap Wanita itu sambil mengangkat gagang telepon dihadapannya. Gulf menunggu dengan sabar sambil memperhatikan sekelilingnya. JV Corp memang bukan perusahan main-main, Perusahaan yang telah bergerak lama di bidang kontraktor di Thailand, hampir semua gedung terkenal di Thailand adalah ciptaan JV Corp.

"Tuan, anda bisa langsung naik ke lantai 12 untuk betemu dengan Mr. Thorn." Ucap wanita itu. Tak menunggu lama, Gulf berjalan menuju lift dan menekan tombol tanda panah ke atas. Tak berapa lama pintu lift terbuka dan Gulf melihat beberapa orang dengan setelan jas hitam-hitam mengelilingi seorang pria paruh baya yang mengenakan setelan jas berwarna abu-abu senada dengan celana yang ia kenakan. Gulf tersenyum ramah sambil sedikit menunduk. "Sedang apa kau disini ?" Tanya pria tersebut. Gulf yang ditanya hanya menatap bingung. "Maksud Tuan, saya ?" Tanya Gulf lagi. "Memangnya ada orang lain disini ?" Ucap pria itu lagi. "Ini, hari pertama saya bekerja." Ucap Gulf sopan. Lalu tanpa sengaja, Gulf melihat foto yang terpajang di dekat lift, Foto dua orang pria dengan pakaian jas rapi, dengan tulisan " JV Corp Founder ". Lutut Gulf lemas seketika, bagaimana ia bisa tidak tahu wajah pemilik JV Corp, Mr. Tan Jongcheveevat. Dan disebelahnya adalah Mew, pewaris tunggal JV Corp. 


..........................................................................

Mr. Tan memperhatikan Gulf dari atas sampai ke bawah. Gulf yang diperhatikan begini intense sedikit merasa tidak nyaman. "Ada hubungan apa kau dengan anak ku?" Ucap Mr.Tan dingin. Gulf terdiam sesaat mendengar pertanyaan pria paruh baya dihadapanya. "Tidak ada hubungan apa-apa Tuan." Ucap Gulf jujur. "Lalu kenapa kau tinggal di apartemen miliknya ?" Tanya Mr. Tan lagi. Belum sempat Gulf menjawab, ada lengan kokoh yang menarik pergelangan tangannya. "Ayah, apa yang kau lakukan?" Tanya Mew pada Mr. Tan, tubuh Mew berdiri tegap dihadapan Gulf.

"Kau jangan membuat malu Ayah." Ucap Mr. Tan sambil pergi meninggalkan mereka berdua. Mew mengerti benar apa maksud perkataan ayahnya barusan. 

............................................................................

"Kau tidak apa-apa ?" Ucap Mew sambil berbalik menghadap Gulf. "Akhirnya aku tahu, kenapa aku masih bisa bekerja disini padahal waktu yang ditentukan sudah terlewat. Itu karena kau pemilik perusahaan ini." Ucap Gulf sambil tersenyum miris. "Kau melewatkan hari pertama mu kemarin, itu karena aku. Dan aku merasa bertanggung jawab untuk itu." Ucap Mew. Entah kenapa, ada perasaan nyeri dihatinya mendengar ucapan Gulf barusan. "Dan setelah aku cek, kau memang sudah diterima di perusahaan, aku hanya meminta waktu kerja mu di mundurkan." Ucap Mew lagi. 

"Kau tidak perlu banyak berpikir, kau diterima kerja disini itu memang karena usaha mu dan kau memenuhi seluruh kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Dan itu tidak ada hubungannya dengan ku." Ucap Mew sambil tersenyum dan menyentuh lembut lengan Gulf. "Tangan mu berkeringat, kau gugup ?" Ucap Mew sambil terus menggenggam lengan Gulf. "Mungkin karena tadi aku bicara dengan ayah mu." Ucap Gulf jujur. "Kau tidak perlu memikirkan itu, kau bekerja saja dengan baik oke." Ucap Mew sambil tetap menggenggam lengan Gulf. 

Gulf menarik lengannya dari genggaman Mew. "Kita dilihat banyak orang." Ucap Gulf, yang entah kenapa pipinya terasa panas karena sentuhan Mew barusan. "Oh Maaf." Ucap Mew sambil segera melepaskan genggamannya. "Kau, selamat bekerja ya." Ucap Mew sambil tersenyum meninggalkan Gulf.


......................................................................................

Mr. Tan memperhatikan beberapa lembar foto yang berserakan diatas meja kerjanya. "Selidiki latar belakang anak itu, dan jika ada yang mencurigakan perihal hubungan mereka. Segera laporkan pada ku." Ucap Mr. Tan pada sekertarisnya.

.....................................................................................

"James, tolong carikan apartemen baru untuk Gulf, tapi jangan bilang itu aku yang berikan. Kau bisa karang cerita apa saja. Karena sepertinya Gulf sudah tidak bisa tinggal di apartemen ku." Ucap Mew pada James, yang hanya dibalas oleh anggukan. "Oh iya, satu lagi. Jangan carikan apartemen yang mewah, apartemen yang biasa aja agar Gulf tidak curiga. Tapi pastikan lingkunganya aman dan berada jauh dari rumah sakit." Ucap Mew lagi.

Entah kenapa, sejak pertama kali bertemu dengan Gulf beberapa waktu lalu, Mew merasa harus melindungi pria yang lebih muda darinya itu. 

Di beberapa malam, saat Mew tidak sengaja melihat pintu kamar Gulf yang terbuka sebelum ia kembali ke apartemennya, Mew melihat Gulf tertidur dengan sedikit mengigau dengan peluh membasahi seluruh tubuhnya. Saat Mew mendekati Gulf dengan perlahan, Gulf langsung menarik lengannya masuk ke dalam pelukannya. "Ayah, Ibu jangan pergi. Jangan tinggalkan aku. Aku tidak mau sendirian." Ucap Gulf didalam tidurnya, disertai dengan butiran bening yang membasahi pipi Gulf kala itu.

Mew tidak pernah percaya akan cinta pada pandangan pertama, dan sebenarnya Mew sendiri tidak percaya apa itu cinta. Di kebanyakan waktu, Mew hanya bermain-main. Berganti-ganti pasangan seperti mengganti baju ketika di New York dulu, tidak pernah serius. Lagipula, Mew pikir apa yang harus dia seriuskan, karena ia tahu hubungan yang ia jalani dulu tidak akan bermuara pada apa-apa.Tapi, beda saat ia pertama kali bertemu dengan Gulf. Ia tidak tahu apa yang ia rasakan pada Gulf itu cinta atau bukan, Mew hanya tahu bahwa ia tak mau melihat Gulf ketakutan lagi, Mew tidak mau melihat Gulf menangis lagi seperti di kebayakan malam dengan mimpi buruknya. Mew hanya mau Gulf aman. Itu saja.

...........................................................................


To Be Continue ......

Something About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang