Part 8

360 64 14
                                    

The reason why we can't let go of someone is because deep inside we still have hope.

7 Tahun kemudian, Paris.

Gulf meneguk kopi sambil memperhatikan sekitar. Tanpa terasa sudah 5 tahun ia menetap di Paris. Meninggalkan semuanya di belakang. Berjuang sekuat tenaga demi menyelamatkan tempat dimana ia dibesarkan, sampai akhirnya usaha dan kerja kerasnya terbayar. Setelah malam itu seluruh hidupnya hanya untuk keluarganya.

Gulf memutuskan untuk tidak lagi jatuh cinta. Rasa yang dulu, masih membekas dalam di hatinya. Tak bisa keluar. Bahkan hingga saat ini. Saat ia berada ribuan mil jauhnya dari Thailand. Gulf masih mengingat dengan jelas semuanya. Bahkan kemeja yang pria itu berikan dulu masih tersimpan rapi di dalam lemarinya. Gulf tau, itu hanya akan membuatnya semakin sulit melupakan pria itu. Hanya saja, Gulf tak pernah sanggup untuk membuangnya. Di kebanyakan malam, Gulf akan terbangun lagi dengan seluruh tubuh yang basah oleh keringat dan wajah yang basah oleh air mata. Lagi, malam-malamnya di hantui oleh mimpi buruk.

................................................

Mew terduduk di ruangan kerjanya, pintunya diketuk dan James masuk dengan sebuah berkas ditangannya. "Sir, ini yang anda minta." Ucap James sambil meletakan map berwarna hitam dihadapannya. "Sir, mantan istri anda meminta anda mengosongkan jadwal di akhir minggu ini. Beliau bilang bahwa Noah ada pertandingan bola, dan Noah meminta anda datang untuk menontonnya." Ujar James lagi. "Oke, tolong kau atur ulang saja jadwal ku." Ucap Mew.

Setelah malam itu, Mew berusaha mencari dimana Gulf yang seolah menghilang di telan bumi. Mew berkali-kali datang ke panti asuhannya, Tapi hasilnya selalu nihil. Gulf tidak disana atau tidak mau bertemu dengannya. Hingga akhirnya, Mew menyerah. Mew lakukan semua yang Ayahnya bilang. Mew bertindak bagai robot. Apapun yang Ayahnya bilang, itu yang akan ia kerjakan. Ia menikah dengan perempuan pilihan Ayahnya. Hanya saja pernikahannya tampak bagai neraka untuk mereka berdua. Mew yang tak pernah peduli pada istrinya, apapun yang istrinya kerjakan Mew tidak pernah mau tahu.

Disuatu saat, Mew pulang kerumah dalam keadaan mabuk berat, Ia begitu lelah dengan hidupnya. Dengan kesadaran yang minim, ia melihat Thanya istrinya seperti Gulf. Mew langsung memeluk istrinya, erat dan melepaskan semua kerinduan yang ia tahan selama ini sejak Gulf pergi. Dan mereka melakukannya malam itu, setelah 1 tahun menikah.

Beberapa minggu kemudian, Thanya memberikan benda pipih panjang dengan dua garis merah diatasnya. "Ku tahu kau tak meinginkan hal ini terjadi, tapi bagaimana pun juga ia adalah anak mu. Darah daging mu." Ujar Thanya kala itu. "Bagaimanapun juga, kau masih istri ku. Dan aku akan bertanggung jawab penuh terhadap anak itu." Ucap Mew.

.....................................................

9 bulan kemudian Noah lahir,  anak lelaki dengan mata cemerlang menatapnya untuk pertama kali. Di kala itu Mew sadar bahwa hidupnya harus terus berjalan. Bahwa ia harus mampu berdiri diatas kedua kakinya sendiri kali ini. Bahwa ia tidak seharusnya menjadi robot untuk Sang Ayah terus menerus. Saat ini, ada nyawa lain yang menjadi tanggung jawabnya.

Namun, kehadiran Noah tak membawa perubahan apapun antara dirinya dengan Thanya. Sejak awal mereka sadar, semakin lama mereka bersama mereka hanya akan saling menyakiti. Di usia Noah yang menginjak 1 tahun, Thanya mengajukan gugatan perceraiannya kepada pengadilan. Perceraian mereka yang mendadak membuat begitu banyak pertanyaan di mata publik.

"Apa yang terjadi ? Ucap Tuan Tan begitu Mew masuk kedalam ruang kerjanya. "Tidak ada apa-apa. Hanya saja kami berdua sadar untuk berhenti saling menyakiti." Ucap Mew pada Ayahnya dan setelahnya pergi meninggalkan Sang Ayah yang masih terduduk di ruang kerjanya.

..........................................................

"Daddy, kau melamun apa?" Ucap Noah yang saat ini sudah duduk didalam mobilnya. Hari ini adalah jadwal Noah bertanding sepak bola disekolahnya, dan anak semata wayangnya itu meminta ia untuk datang menontonnya. "Nothing Son." Ucap Mew sambil mengusap lembut pucuk kepala putranya.

..........................................................

Suvarnabhumi Airport

Gulf menarik nafasnya dalam, perjalan panjang dari Paris-Bangkok tak sedikitpun menghilangkan rasa gugupnya, sudah 7 tahun ia pergi meninggalkan Thailand. Dan saat ini ia kembali ke sini untuk mengerjakan proyek kantornya yang ternyata itu di Bangkok, kota kelahirannya. Kota yang begitu ingin Gulf lupakan. Karena atasannya tahu bahwa ia adalah orang Thailand, maka ia yang diberi tugas untuk proyek kali ini.

Kantornya diminta oleh salah satu sekolah ternama di Thailand untuk mendesign sebuah boarding school. Selain karena ia orang Thailand Gulf juga menjadi designer interior kepercayaan di kantornya. Dan saat ia ditugaskan disini, Gulf tak mampu menolak.

....................................................

Gulf berjalan menuju sebuah kedai kopi di dalam bandara, sepertinya dirinya butuh asupan caffein untuk kembali meyegarkan otaknya. Gulf melirik jam dipergelangan tangannya. "Masih ada waktu untuk tidur sebentar di hotel" Pikirnya.

Gulf menarik kopernya menuju pintu kedatangan, dan ia melihat seorang pria membawa papan nama bertuliskan namanya. "Hallo saya Gulf." Ucap Gulf ramah. "Welcome to Thailand, Sir. Perkenalkan saya Champ supir sekaligus asisten anda selama Anda berada di Bangkok." Ucapnya ramah yang hanya di balas seulas senyum oleh Gulf.

"Anda akan langsung ke Sekolah, Sir ?" Ucap Champ begitu ia duduk di kursi kemudi. "Tidak, aku masih memiiki waktu sekitar 1 jam. ku ingin beristirahat sebentar di hotel. Tolong jemput aku di pukul 3 sore." Ucap Gulf yang hanya di balas anggukan tanda mengerti oleh Champ.

................................................................

Mew menggulung lengan kemejanya hingga kesiku, ia membeli beberapa makanan kecil dan 2 botol soft drink kesukaannya untuk setelahnya mencari tempat duduk terbaik agar ia bisa melihat putranya bermain.

.......................................................

Gulf memasuki gerbang sekolah tempat dimana ia diminta untuk mendesign boarding school yang sebentar lain akan di bangun. 

Namun, perhatiannya teralihkan melihat beberapa anak lelaki sedang berebut bermain bola. Gulf melangkahkan kakinya menuju lapangan dan memperhatikan beberapa anak yang saling mengejar untuk mendapatkan bola tersebut.Matanya tertuju pada satu anak lelaki dengan rambut sehitam jelaga, kulih seputih susu. Disaat yang bersamaan anak itu tertawa dan itu memberikan getaran yang aneh dihatinya.

"Mirip" Ucap Gulf dalam hati.

Saat Gulf hendak meninggalkan lapangan, tubuhnya membeku. Mulutnya kelu tak sanggup mengeluarkan kata-kata. Dihadapannya berdiri laki-laki yang begitu ingin ia lupakan namun disaat yang bersaman begitu ia rindukan.

"Gulf." Ucapnya masih dengan nada bicara yang sama seperti dulu.

................................................................

To Be Comtinue ..

......................................................

Dear my Lovely readers ..
maafkan untuk cerita yang menggantung setelah sekian lama, baru bisa update hari ini. Selain begitu banyak pekerjaan, tetiba otak ku blank gak tau mau nulis apa.

terimaksih sudah sabar menanti cerita ini lanjut.

With Love,
E.

Something About YouWhere stories live. Discover now