Olah Raga

1.5K 136 11
                                    

○○○
*Arka Point Of View

Setelah sholat subuh jamah dimasjid gue berganti pakaian untuk olah raga. Kebetulan Kak Anita dan keluarga liburan ke Bandung jadi dirumah sekarang lumayan rame. Mamah paling seneng soalnya bisa main sama cucunya.

Gue berjalan ke dapur, membuka kulkas mengeluarkan selai dan roti tawar. Tidak jauh terdengar suara anak menangis, iya itu keponakan gue Rummi usianya sudah mau satu tahun. Kak Anita keluar dari kamarnya, rummi berada di pangkuaannya. Gue mengoleskan selai coklat pada dua lembar roti tawar. Gue menumpuk kedua roti itu dan mengoleskan mentega dipermukaan luar roti. Gue memasukin roti tersebut pada microwave, sementara Kak Anita membuka kulkas mengeluarkan susu uht.

Gue duduk di kursi meja makan menunggu roti bakar gue matang. Tiba-tiba, Rummi sudah ada di pangkuan gue. Bayi laki-laki tersenyum menatap gue. Gue menatap Kak Anita menyelidik dan membenarkan posisi Rummi dipangkuan gue.

"Titip Rummi bentar kakak mau ke air, ayahnya abis sholat subuh malah tidur."ujar Kak Anita sambil melengos menuju kamar mandi.

Gue bermain dengan rummi yang selalu tertawa jika gue ajak bercanda. Suara timer microwave menandakan makanan gue matang. Gue berdiri sambil mengangkat Rummi ke pangkuan gue.

Wangi minyak telon Rummi. Wangi ini mengingatkan gue pada seseorang. Gue berjalan mendekati microwave lalu mengeluarkan roti yang sudah gue panggang dengan tangan kanan gue. Sementara Rummi gue pangku menggunakan tangan kiri gue.

Gue duduk dan mendudukan rumi dipaha gue lalu mulai makan roti panggang tadi. Rummi sekarang menatap gue.

"Rummi mau roti?"tanya gue pada rummi, yang hanya dibalas dengan senyuman lebar. Dia menggigit jari-jari mungilnya.

Kak Anita mengambil Rummi dari pangkuan gue. Dia memandang gue kode berterimakasih. Sekarang tinggal gue sendiri di dapur. Sampai mamah turun dari tangga menuju dapur.

"Mau olah raga na?"tanya mamah sambil membuka kulkas. Mamah mengeluarkan bahan-bahan makanan.

Kaya nya sudah jadi tradisi keluarga. Setiap bangun pagi langsung menuju dapur membuka kulkas.

"Iya mah, keliling komplek doang kok.."jawab gue sambil menuangkan susu uht pada gelas.

"Kemarin mamah ketemu mamahnya Asti waktu nganterin Rummi imunisasi."sahut mamah terdengar berhati-hati.

"Mungkin lagi check up mah, beberapa minggu yang lalu kan Asti keguguran."ujar gue mencoba santai.

"Dari nada kamu kayanya udah bisa nerima Asti nikah sama Lucky.."ujar mamah sambil duduk didepan memotong sayuran untuk sarapan.

"Emang selama ini Arka keliatannya belum bisa nerima Asti nikah sama Lucky?"

"Itu yang mamah lihat.. walau kamu gak sadar tapi orang lain sadar dan bisa lihat itu."

"Tapi mah, Arka udah bener-bener bisa nerima Asti nikah sama Lucky kok."sanggah gue sedikit tidak terima.

"Iya itu sekarang setelah mereka nikah, kamu sadar gak sih ka kamu kadang mengkhawatirkan hal yang gak perlu khususnya mengkhawatirkan Asti.."gue terdiam mendengar ucapan mamah mencoba gak mengelak.

"-mamah gak tau ya apa yang ngubah kamu secepet ini. Mamah memaklumi hubungan kamu sama Asti kan gak bentar. Cuman satu pesan mamah, mencari pengganti biar mudah melupakan seseorang itu bukan pilihan yang bijaksana. Jangan sampai malah nanti kamu yang terjebak sama perasaan kamu dan ngerugiin diri sendiri."ujar mamah sambil menatap gue lembut.

Gue sedikit tertunduk lalu menatap mamah. "Sebenernya Arka pernah deket sama adik tingkat. Mamah betul karena kekhawatiran Arka yang gak perlu sama Asti, dia sekarang-"jeda gue sedikit mengambil nafas."dia sekarang menghidar, malah hubungan kami kaya gak kenal."

Orang KetigaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora