Dia masih saja tersenyum kearah gue. Gue melirik jam ditangan, naik travel pun sudah dipastikan gak bisa. Sudah mau jam setengah sepuluh. Travel yang deket kampus cuman buka sampai jam 9. Kalau gue nolak malah lebih aneh. Dengan segala pertimbangan gue mengangguk mengiyakan.
"Iya Kang." Jawab gue.
Kang Arka memberikan helm putih ke tangan gue. Segera gue pakai helm itu. Entah kenapa langkah gue seolah berat ketika mengikuti langkahnya.
Gue berdiri dipinggir, malas kalau harus ikutin sampai parkiran. Motor hitam 250 cc dengan dikendarai oleh seseorang dengan helm full face. Motor hitam itu berhenti didepan gue, sementara pengendara tersebut membuka kaca helmnya. Dan ya ini menjadi alasan lain gue gak boleh terlalu deket sama dia. Gue gampang meleleh dengan ke gagahan lelaki.
Gue yg jarang dibonceng cowok, sekarang sekalinya harus boncengan naik motor yang bannya gede. Gue harus sedikit jinjit waktu naik.
Setelah gue naik motor ini, gue mencoba untuk gak pegangan sama badan orang didepan gue. Gue milih pegang ke pegangan dibelakang jok motor ini.
Motor ini melaju lumayan kencang membelah malam. Gue lupa pasang earphone. Gue pasti akan sangat bosan, sampai..
"Tumben diem aja pin?" Sahutnya mencoba memecah keheningan.
"Oh masa sih.." gue mencoba menanggapi dengan malas.
"Iya biasanya loe banyak bercerita."
"Lagi gak punya topik kang." jawab gue mencoba normal.
"Gue udah nonton pin, episode yg di Sumatra.."
Seketika gue berbinar mendengarnya.
"Wah.. aslian Kang? Terus gimana-gimana serukan?" Sahut gue dengan penuh semangat.
"Banget!"jawab dia mantap.
"Tuh apa pipin bilang.."
Dan perjalan malam itu kami isi dengan obrolan panjang, dengan sedikit tawa. Gue seakan lupa bahwa gue punya misi.
Jangan terlalu deket sama orang yg gak bisa gue miliki, kalau gak mau sakit hati.
Kang Arka menghentikan motornya didepan gerbang rumah gue dan membuka kaca helm miliknya. Gue pun turun dan melepas helm putih dari kepala gue.
"Wah terimakasih sekali Kang, lumayan juga naik motor hemat waktu dan uang." Ujar gue sambil mengembalikan helm yang baru gue pakai.
Walaupun gue gak bisa melihat bibirnya, dari matanya gue tau. Gue tau kalau dia lagi tersenyum.
"Iya kembali pin.. rumah loe gak terlalu jauh kok dari rumah gue."
"Emang rumah akang dimana?"
"Di dago pin, kan cigadung dago deket."
"Wah alhamdulillah kalau gak jauh, jadi bisa cepet istirahat."
Gue segera membalikan badan, namun gue ngerasa seseorang menarik tangan gue. Dan orang itu siapa lagi kan, kalau bukan..
"Hampir kelupaan, ini hardisk loe. Makasih ya pin."
Gue menerima hardisk itu di tangan gue.
"Kembali Kang."
Gue segera masuk ke gerbang dengan cepat. Mencoba menormalkan detak jantung gue.
***
Gue bergegas masuk kelas. Yap, pagi gue seperti biasanya, gue naik damri seperti biasanya gue lakuin. Gue tidur seperti biasa dan terbangun ketika damri udah masuk gerbang kampus gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Ketiga
RomanceSUDAH TERBIT! YUK PESAN HARD COPY NYA! LINK PEMESANAN DI PROFILE YA TAMAT "Mereka itu cocok banget ya.." "Gue denger mereka pacaran dari SMP loh." "Wah gila sih lama banget ya.. pantes chemistry nya dapet." "Serasi bangetkan?" "Bisa ya langgeng samp...