Hoodie Hitam

1.7K 145 4
                                    

Afina Ariani I @Pipin_ApinIA •1h

Kenapa ya cowok kalau pake hoodie kadar kegantengannya nambah?

Gue menutup aplikasi twitter di handphone gue. Setelah menskrol lumayan lama dan tertawa melihat twit receh teman-teman gue.

Jadi udah beberapa hari ini gue ngejauhin Kang Arka. Semenjak insiden dia ngejemput ke rumah dan ngedenger obrolan anak biologi di wc fakultas yang bilang gue itu pelakor gue makin semangat buat ngehindarin dia. Karena semenjak gue dengar kata pelakor yang ditunjukin buat gue, saat gue liat gerombolan cewek biologi ngumpul gue ngerasa pandangan mereka mengarah ke gue dan matanya memandang tajam kearah gue. Katakan gue lebai dan sensitif tapi memang itu yang gue rasakan saat ini.

Hujan deras menggantikan udara panas sesak dengan sejuk segar. Walaupun sebenernya gue gak suka hujan apalagi bau tanah yang ditimbulkan setelah hujan. Sambil duduk di kursi besi koridor jurusan gue menatap jam dinding didepan gue. Aqila kebiasaan deh kalau udah lupa, akhirnya gue harus nungguin dia kan. Jadi setelah gue ngaslab fisika dasar dilab bersama, gue sama Aqila janjian nih dijurusan buat ke Bale Santika, jadi Bale Santika ini tempat anak kampus gue main futsal atau basket. Bukan buat liat pertandingan, kebetulan anak himpunan ngadain acara ulang tahun himpunan disini. Jadi kan sehabis kelas gue harus ngaslab, Aqila ke kostan ngambil jas hujan. Sampai sekarang udah ashar tuh anak belum balik aja.

Aqila is calling...

"Dimana loe Qil?"

"Sorry Pin, hujannya deres banget pake jas pun pasti basah.. gue masih dikostan nih."

Gue bisa mendengar suara hujan sebagai backsound suara Aqila.

"Hujannya bisa sampai magrib nih Qil..."

"Loe duluan aja Pin..."

"Gue disana sama siapa Qil? Loe tau sendiri kan gue gak pernah dateng dies natalis.." ujar gue kesal.

"Banyak anak angkatan disana kali Pin ada panitia mabim juga.. atau bareng si Azka aja deh, coba loe wa dia biar loe kesana bareng dia, siapa tau dia belum berangkat.."

"Terus loe berangkat kesana jam berapa?"

"Kalau hujannya udah redaan gue otw.."

Gue menutup pembicaraan dengan Aqila. Lalu menatap nanar keluar, hujan masih deras. Kalau udah sore gini odong-odong udah pada pulang. Kalau mau nunggu pun hujannya gede. Terus kalau nunggu reda, Bale Santika lumayan jauh ogah banget kalau disuruh jalan sendiri kesana. Gue bener-bener dilema sekarang.

Gue lihat seseorang berhelm full face berwarna hitam menaiki tangga memasuki koridor setelah memarkirkan motor matic nya. Dia memakai jas hujan dongker lalu setelah sampai koridor lekas membuka helm itu dan jas hujannya. Orang itu tersenyum ke arah gue.

Sial..

Pantes aja helmnya kaya gak asing. Dia menyisir poni rambutnya yang mulai panjang kebelakang. Dia juga terihat menempuk hoodie hitamnya yang kebasahan. Walalu tidak telihat basah kuyub karena jas hujan yang dipakai, namun hujan ini memberikan sedikit efek basah untuk pengendara.

Dia melebarkan jas hujan dikursi besi koridor sebelah helmnya tersimpan tanda mengeringkan. Dia berjalan kearah gue. Gue gak bisa pergi saat ini, kentara banget deh kalau gue pergi. Gue memalingkan pandangan gue berusaha gak peduli dengan kehadiran dia. Kenapa orang yang paling gue hindari gak ingin gue temuin harus bertemu disaat seperti ini.

"Gak ke Bale Santika Pin?" ujarnya dengan suara bass.

"Hujan Kang.."jawab gue singkat, padat, cukup jelas.

Dia duduk disebelah gue. Dia memakai topi hoodienya lalu bersandar ke tembok. Lalu menutup matanya tanda akan terlelap.

"Pin.. Kalau hujannya agak reda loe bangunin gue ya.."

Orang KetigaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora