20 - Misi Pencarian Nyawa

36K 7.7K 34.2K
                                    

Perlahan-lahan, cerita Hipotesis yang sebenarnya muncul ke permukaan. Well, di rumah Si Kuning ini Boo bukan lagi ngasih petuah, tapi berbagi apa yang terjadi di kehidupan nyata. Jangan baca cerita ini mentah-mentah, jangan baca cerita ini setengah-setengah. Jadi kalau kamu sampai di chapter 20 ini, janji harus menyelesaikan membaca Hipotesis sampai halaman terakhir.

Hipotesis itu gambaran kecil salah satu sisi lain dari dunia yang mungkin belum kalian ketahui. Barangkali dengan membaca cerita ini, bisa memperluas cara pandang pembacanya.

Jangan lupa diramein yaa. Absen dulu yuk sesuai tahun kelahiran kalian!🥰

———

Antara privilege dan side effect pasti seimbang. Sayangnya kebanyakan orang hanya iri dengan privilege, tanpa mau tahu side effect yang harus ditanggung — Hipotesis

———

BELUM sempat untuk mandi, seluruh kelompok sudah diperintahkan membentuk barisan. Setelah rapi, masing-masing ketua kelompok diminta untuk maju ke depan dan menunjukkan nyawa mereka sebagai laporan.

Semua baik-baik saja saat Prima maju dengan percaya diri sebagai perwakilan Kelompok Kucing, tapi Syaila termenung sebentar menyadari akan ada kelompok yang tak memiliki nyawa. Hell no!

Gadis itu menutup bibir serapat-rapatnya begitu Agi dan seorang ketua kelompok lainnya maju ke depan dikarenakan nyawa kelompok Agi hilang dan yang satunya lagi robek.

Rasa tidak enak dan kasiannya berkurang sedikit saat mereka berdua diomeli oleh Jasmine. Bisa ia lihat Jasmine tak begitu keras pada Agi. Ya, Syaila tidak memungkiri bahwa laki-laki seperti Agi dan perempuan seperti dirinya memang memiliki privilege apalagi di hadapan lawan jenis.

Memiliki rupa seperti ini memang ada benefits, terlebih dalam hal kecil seperti barusan. Misal seperti guru laki-laki yang akan panik saat Syaila izin ke UKS, seringkali menghampiri meja Syaila menanyakan mengerti materi yang diajarkan atau tidak, dan sering sekali meminta gadis itu memimpin doa. Atau mungkin teman-teman yang mempersilahkan Syaila membeli makanan duluan saat antre di kantin. Atau juga Kai dan Ethan yang seringkali menggodanya saat Paskibra, kemudian Naka yang sesekali membantu meski setengah hati, mungkin?

Tapi ya seperti itu, semua seimbang antara privilege dan side effect. Sayangnya kebanyakan orang hanya iri dengan privilege, tanpa mau tahu side effect yang harus ditanggung.

Maka saat Kai yang tak sampai hati menegur Syaila, akan ada Jasmine yang mengambil alih. Sama seperti sekarang, saat Jasmine tak terlalu tegas pada Agi, Esa dengan sigap mengambil alih. Memarahi kedua laki-laki itu habis-habisan, soalnya Naka gak suka marah-marah.

Namun Syaila penasaran, apakah sebagian kecil yang ia sebutkan di atas semuanya terdengar seperti benefits? Padahal tidak selalu seperti itu. Bayangkan saja sendiri jika seorang guru pun mencari perhatian Syaila—belum laki-laki yang lain. Alih-alih menganggapnya sebagai suatu manfaat, terkadang hal itu justru sangat amat bisa membuat risi. Percaya-lah, aksi 'mencari perhatian' yang mereka lakukan bisa lebih menyeramkan dan irasional dari yang kalian kira.

"Sya," Jhavee menyenggol pundak gadis itu, "nyawa kelompok Agi yang dijagain sama lo bukan, sih? Kasih buruan woy, kasian dimarah-marahin gitu."

Syaila menggigit bibir bawahnya, "Justru itu, Vee, gue lupa taruh di mana. Sumpah, gue gak enak banget!"

"Yah, salah deh pada percayain nyawa dipegang sama lo, orangnya pelupa!" ejek Jhavee sambil menggaruk kepala. "Tuh mereka disuruh nyari, gak tau gimana caranya kata Kak Esa harus ketemu," imbuh gadis itu.

HIPOTESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang