04 - It's (Syail)a Playing Time!

77.1K 13.7K 12.3K
                                    

HIII ALL MY LOVELY READERS, sorry for taking so long to update Hipotesis🥹 Happy Reading!

Siapa yang nungguin?? Absen sesuai asal kota kalian yukk!!🥰🥰

Bantu Boo buat share, vote, dan komen dulu yaaa. Udah belomm??🤩

Siap spam vote dan spam comment tiap paragraf??💛💛💛

———

"Mbak Naya, ayo!" Seorang laki-laki bermata amber tampak begitu bersemangat.

Sedangkan yang namanya dipanggil, Kanaya, hanya terkekeh kecil. "Kamu tuh, dasar gak sabaran!" ujar gadis itu sambil menatap adiknya.

Salah satu alis Naya terangkat ke atas, melihat laki-laki di depannya melakukan gerak-gerik yang mencurigakan. "Naka, kamu mau ngapain?"

Dengan senyum menyebalkan, Naka berkata, "Mau bikin Mbak Naya olahraga ahh!" serunya sambil mendekati kandang seekor binatang yang teramat Naya hindari, anjing.

Seketika mata Naya melebar dengan sempurna saat melihat adik usilnya melepaskan anjing itu dari kandang. "Eh-eh! Kamu ngapain,sih?!" ucap Naya panik saat binatang itu mendekati dirinya.

"Jangan panik gitu dong, Mbak. Nanti malah dikejar, loh!" ejek Naka sambil menaikturunkan alisnya, menahan tawa.

"Naka, ini anjingnya deketin Mbak terus!" ucap Naya sambil berusaha mengusir si anjing dengan gerakan kecil kaki dan tangannya. "Sana-sana, ih! Hush!"

"Naka buruan masukin lagi ke dalem!" suruh Naya, ingin menyingkirkan anjing itu secepatnya. Namun dengan sengaja Naka hanya terdiam, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Mata Naya terbelalak saat anjing itu semakin mendekat, dengan gerakan teramat cepat gadis itu segera berlari menjauh. "NAKAAA!!!"

"Pfttt!!" Naka tak dapat lagi menahan tawa saat melihat kakak perempuannya lari bak dikejar setan. Sesekali laki-laki yang dari kecil tampan itu memegang perutnya yang sakit akibat terlalu lama tertawa.

"HAHAH—ahaha," tawa Naka yang kian mengecil karena kelelahan. Laki-laki itu mengernyit saat melihat kakaknya masih terus berlari kencang sampai pada ujung jalan dan tak terlihat lagi.

"Mbak," panggilnya. Naka menggaruk pelan pelipisnya yang sama sekali tak gatal. "Mbak Naya??" Ia menelan ludahnya gugup saat suara kakaknya tak terdengar.

"Mbak Na—shit!" Secepat kilat Naka berlari, mengejar Naya yang berada di kejauhan. Mengedarkan pandangannya ke segala arah, berusaha menemukan Naya.

Napas laki-laki itu tercekat mendapati keadaan sang kakak yang terjatuh di jalan, ditemani seorang gadis lain yang tampak lebih muda darinya. "Mbak!" Naka segera menghampiri Naya, membuat gadis kecil asing itu sedikit terdorong. Dengan rahang yang mengeras, ia meletakkan kepala Naya di atas pahanya.

Badannya gemetar takut saat napas Naya tersendat-sendat, belum lagi wajah kakaknya yang pucat pasi bak keabisan oksigen. "Ambil napas, Mbak!" ujarnya berusaha setengah mati menekan rasa takut.

"Ini." Suara yang terdengar menggemaskan memasuki indra pendengaran Naka. Dilihatnya gadis itu dengan tajam. "Itu apa?" tanyanya ragu sekaligus penuh curiga. "Ini tuh alat bantu buat Mbak kamu bisa napas lagi tau!" jawab gadis itu.

Melihat laki-laki di depannya yang tak kunjung percaya, gadis itu berdecak, "Ya udah kalau gak mau, padahal ini buat bantu Mbak kamu, loh." Ia menggerutu sambil memasukkan kembali inhaler ke dalam tas mungilnya.

HIPOTESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang