24 - Ke SMA Derlangga

43.4K 7.6K 40.2K
                                    

Siapa yang nungguin? Absen sesuai username kalian yukk!🦄

Ayo share, vote, dan komen duluu. Udah belomm??🤩

Siap spam vote dan spam comment tiap paragraf??💛

CHAPTER INI SUPERRR PANJANGGG KHUSUS BUAT READERS YANG SETIA MERAMAIKAN HIPOTESIS! Bilang apa dulu sama Boo?😘 Hihi, enjoy<3

———

Bagaimana cara menghilang rasa nyeri di dada melihatnya bersama yang lain, padahal dia bukan milik kita? — Hipotesis

———

"MAS Naka!!"

Naka mengaduh saat Rianti memukul punggungnya. "Apa, Ma? Mas baru pulang udah dimarahin aja."

"Kenapa chat Mama gak dibales-bales? Mana inhaler buat Mbak?" tagih Rianti sambil menodongkan tangan membuat Naka menggaruk pelipisnya, "Mama chat apa? Mas tadi gak buka hape, lagi ngurus anak-anak latihan."

Rianti menghela napas, "Ngurus anak-anak atau godain anak gadis orang??" ujarnya dengan tatapan sangsi.

"Beneran, Ma. Mas gak boong!" balas Naka dengan tatapan meyakinkan.

Berdecak melihat kelakuan putranya, Rianti berucap, "Terserah kamu deh. Tadi Mama nitip beliin inhaler buat Mbak sekalian jalan pulang."

Mendengar hal tersebut, seketika raut wajah Naka berubah. "Mbak kenapa, Ma? Kambuh lagi tadi?" tanyanya tak sabaran.

Rianti mengelus punggung Naka, "Enggak, Sayang. Mama prepare karena stock-nya tinggal sedikit, makanya Mama minta tolong kamu sebelum habis."

Detik itu juga Naka mengembuskan napas lega. "Yaudah, Mas beli sekarang aja. Mas keluar dulu ya, Ma. Jangan kangen," kata Naka sambil mengecup pelipis Rianti, kemudian mengambil kembali kunci motornya.

"Besok juga gapapa, Mas, kamu baru pulang. Capek, kan? Tadi maksud Mama sekalian jalan pulang aja—" Suara langkah kaki menuruni anak tangga menginterupsi.

"Baru pulang??" tanya Naya menghampiri mereka berdua. "Iya barusan, Mbak juga?" balas Naka melihat Naya yang masih mengenakan pakaian untuk kuliah.

"Heem." Naya mengangguk, "Mau kemana lagi kamu? Baru juga pulang," ujarnya sambil melihat kunci motor di tangan Naka.

"Mau beli inhaler kamu, Mbak," jawab Rianti. "Masih ada kok, Ma."

Naka akhirnya bersuara, "Beli aja, kalo belum dipake bisa disimpen daripada kurang."

"Yaudah, Mbak ikut," putus Naya seraya mengenakan jaket. Satu alis Naka terangkat, "Capek gak? Kalo capek gak usah, Naka aja yang beli."

Naya menaikkan bahunya santai, "Enggak, Mbak lagi bosen, nanti kita mampir beli makanan dulu yaa," ajak Naya semangat. Melihat Mbak-nya yang antusias, Naka tak lagi berpikir panjang, "Yaudah."

Kemudian laki-laki itu menaruh kembali kunci motor dan mengambil kunci yang lainnya. "Kok diganti?" tanya Naya yang saling melirik bingung dengan Rianti. "Kita naik mobil aja," putus Naka.

Naya mencebikkan bibir, "Padahal naik motor juga gapapa. Yaudah kalo gitu gak usah pake ginian." Gadis itu berniat melepaskan jaket yang baru saja dipakai, tapi sepasang tangan kekar menahan gerakannya. "No, keep it on," ujar Naka melarang.

"Gerah, Naka!" bantah Naya yang kini menolehkan kepala karena Naka berdiri di belakangnya. "Gak gerah, Mbak, kan pake mobil."

"Maaa," adu Naya pada Rianti yang dibalas kekehan wanita cantik itu. "Udah turutin aja kalo gak mau adek kamu bawel."

HIPOTESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang