02 - Jajanan Bandung

103K 16.1K 19.1K
                                    

Siapa yang kangenn?? Absen sesuai jam kalian baca yukk!!🥰🥰

SIAPA YANG NOTICE ADA 'SESUATU' YANG BARU?😋

Ayo share, vote, dan komen duluu. Udah belumm??🤩

Siap spam vote dan penuhin tiap paragraf dengan spam comment kamuu? Kerja sama yaa!🥰💛

———

🎵Play song Bitterlove — Ardhito Pramono🎵

PAGI ini, hari pertama Syaila mengikuti MPLS di SMA Pedjoeang, sebuah sekolah bergengsi yang tak asing di telinga kalangan para elitis. Sekolah yang namanya tersiar akan kualitas pendidikan dan penanaman paham nasionalisme, sebab aktif mengirimkan perwakilan sekolahnya menjadi Paskibraka Nasional—sebagai salah satu bentuk mempertahankan dan mengembangkan rasa cinta tanah air.

Sayangnya ada satu peraturan menyebalkan bagi Syaila yang sangat peduli akan penampilan, yaitu dilarang memakai jepitan rambut apalagi menggerai rambut selama MPLS. Para siswi baru hanya diperbolehkan menguncir satu rambutnya.

Hell ya, sejak kapan ada peraturan seperti itu?!

Padahal Syaila sangat percaya diri dengan rambut hitam legam miliknya. Tampak cantik, tebal, dan berkilau. Sebagai sosok yang mengutamakan penampilan totalitas dari atas kepala sampai ujung kaki, Syaila menganggap rambut merupakan bagian yang penting untuk menciptakan kesan baik di pertemuan pertamanya dengan teman-teman baru.

Gadis itu memang senang mempercantik diri sebagai bentuk apresiasi dan ingin orang-orang menatapnya dengan nyaman.

"Jadi Adik-adik, demikian perkenalan Pengurus dan Anggota OSIS Angkatan 35 Masa Bakti 2022/2023, jangan lupa dihafal nama dan jabatan Kakak-kakak tadi, ya!" seru salah satu Kakak OSIS.

Merasa gerah di tengah upacara penyambutan, Syaila menengadahkan kepalanya. Ah, sial sekali, rambut yang ia catok tadi pagi pasti sudah berantakan. Gadis itu berharap topi upacara yang menekan poninya sejak tadi tidak meninggalkan bekas tertekuk.

Sejak Sekolah Menengah Pertama, dengan predikat primadona yang disematkan padanya, Syaila terbiasa tampil memesona. Sampai-sampai memenangkan laki-laki yang baginya ibarat sebuah permainan, bukanlah perkara sulit. Laki-laki yang didambakan banyak perempuan di luar sana sering kali menginginkan dirinya.

Maka menurut Syaila, tidak ada alasan sedikit pun untuk tidak mempertahankan predikat mematikan miliknya, meski sudah berada di jenjang SMA.

Namun, seolah tak diizinkan untuk mengecap kehidupan sempurna secara menyeluruh, jika ia disukai dan dikagumi hampir seluruh laki-laki yang lalu-lalang dalam hidupnya, Syaila justru dibenci oleh kebanyakan perempuan. Tak sedikit yang memandang dirinya dengan buruk, apalagi mengingat gadis itu memiliki resting bitch face yang cukup parah. Di mana saat Syaila hanya diam pun akan dianggap angkuh dan mengekslusifkan diri, padahal jika sudah kenal dekat ia tidak seperti itu.

Hal tersebut diperkeruh dengan kemampuan bersosialisasi Syaila yang tak begitu pandai. Dibanding pemalu, ia lebih cocok disebut bergengsi tinggi. Seperti saat ini, ia lebih memilih mengamati lingkungan sekitar dengan cermat. Mengira-ngira perempuan mana yang cocok berteman dengannya dan menunggu mereka mendekatinya lebih dulu. Sebab Syaila lebih suka disapa daripada menyapa.

Dengan alasan demikian, Syaila memutuskan untuk memasang wajah sedikit lebih ramah, agar orang tak merasa segan untuk menyapanya lebih dulu.

"Neraka pasti bocor," keluh gadis itu sambil menyeka keringatnya. "Harusnya direnovasi, udah jadi setan aja masih miskin."

"Em, lo mau?" Syaila tersentak saat mendengar suara dari sebelah kanannya. "Apa?" Tak butuh lama, dengan segera ia melihat gadis dengan tubuh jangkung yang menyodorkan beberapa lembar tisu.

HIPOTESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang