Mafia Junhui

26.9K 435 11
                                    

Wajah cantik, proporsi badan yang bagus, pintar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajah cantik, proporsi badan yang bagus, pintar. Ku kira dengan memiliki semua itu aku akan bahagia. Benar diawal kehidupan perkuliahanku aku bahagia. Namun semuanya berubah saat aku tak sengaja menabrak seseorang ketika berjalan di area Dongdaemun.

"Chagi, sudahlah.. ayo senang-senang hari ini" rayu kekasihku, Seungkwan. Aku menatapnya dan menangkap matanya yang terlihat khawatir padaku. Sudah lebih dari 3 bulan aku tidak pernah date dengan Seungkwan. Karena 3 bulan ini aku menjadi incaran orang yang aku tabrak itu.

Lelaki itu mencariku dengan segala cara, namun ia tidak mengusikku saat aku dirumah atau di kampus. Aku sendiri lelah bersembunyi terus, dan hari ini aku mencoba nekat pergi bersama Seungkwan. Meski tidak ke tempat-tempat fancy, dan hanya ke pinggir sungai aku bersyukur bisa pergi bersamanya.

"Kau tunggu sini ya, sepertinya aman disini.. aku belikan minum" ucap Seungkwan. Ia berlari menuju supermarket yang jaraknya dekat. Tidak sampai 5 menit ada yang duduk disebelahku.

"Oh Seungkwan, kau cepat sekal—" bibirku keluh membeku saat yang kutemukan adalah Wen Junhui. Mafia besar yang mengincarku sejak 3 bulan lalu. Aku menelan ludahku dan menggerakkan tubuhku sedikit untuk menjauh.

"Annyeong Y/N-ah" sapanya. Ia melepas kacamata hitamnya lalu menggantungkan kacamatanya di saku jas. Jun melayangkan senyuman manisnya padaku. Tapi tubuhku tidak berhenti bergetar karena ketakutan.

"Oh, Mian.. aku menakutimu ya.. Tenang saja kekasihmu aman" jelas Jun sambil membenarkan lengan jasnya. Jika akan bertemu Jun seperti ini aku memilih pulang saja bersama Seungkwan. Apa yang ia lakukan pada Seungkwan ku?.

Jun berdiri lalu mengulurkan tangannya padaku. Aku tidak berani menatap matanya, aku terlalu takut. Jika kalian tidak tau, Wen Junhui adalah bos mafia geng terbesar disini. Ia sudah terkenal menjadi seseorang yang dingin dan tak memiliki hati.

Jika ia menginginkan sesuatu, maka ia akan mendapatkannya dengan segala cara. "Ayo, kau yakin tidak mau menerima uluran tanganku?" tanya Jun tegas. Aku menerima uluran tangannya dan mengikuti langkah kakinya menuju mobil van miliknya.

Kami menyusuri jalanan menuju entah kemana. Jun terlihat santai memakai kacamatanya dan menyilangkan kakinya. Sedangkan aku masih ketakutan disini.

Sebuah rumah besar dengan banyak bodyguard di depannya. Sepertinya ini rumah Jun. Ia turun terlebih dahulu dan menyambutku dengan lembut. Entah ia mengajakku kemana, yang pasti kami melewati lorong sepi.

Aku memberanikan diri untuk mendongakkan kepalaku dan yang kutemukan adalah Seungkwan terikat di sebuah kursi. Aku menggigit bibirku menahan tangis. Seungkwan sepertinya tidak sadar, bibirnya berdarah. Entah apa yang ia lakukan pada Seungkwan.

Kami tiba disebuah kamar yang cukup luas dan sangat bersih. "K..kau m..mau apa dariku?" tanyaku lirih. Jun melempar kacamatanya ke sembarang tempat. Tangannya ia letakkan di sebelah kepalaku yang tengah bersandar di tembok. "Aku hanya mau kau, cantik" jawabnya.

"Ku mohon jangan seperti ini, aku takut.. aku punya kehidupan.. dan aku sayang pada kekasihku" aku mencoba berani mengutarakan isi hatiku. Jun melayangkan tatapan dinginnya yang mengintimidasiku.

Brakkk!
Tubuhku makin bergetar ketakutan saat Jun memukul keras pintu yang ku sandari. "Kau jangan membuatku marah padamu dengan berbicara tidak jelas seperti itu!" ancamnya dengan nada tinggi.

Jun melepas jasnya dan langsung memegang pipiku. Ia memaksa ku untuk menerima ciumannya. Aku tau Jun mafia yang tidak memiliki hati, namun ciumannya ini terlalu kasar dan membuat bibirku sakit. Tak terasa air mataku menetes melewati pipiku.

Jun yang menyadarinya malah tersenyum. "Tenang saja, aku akan bermain lembut" ucapnya lalu membelai kepalaku. Ia melucuti seluruh pakaianku dan hanya tersisa celana dalamku karena aku menahannya. "Kumohon, jangan.." pintaku memelas.

"Cantik, jadilah anak baik.. agar aku tidak mengasarimu" jawab Jun sambil memegang celana dalamku. Aku menggelengkan kepalaku dan air mataku semakin deras. Entah kesal atau apa, Jun langsung menarikku menuju sofa kamarnya. Ia mendorong tubuhku sehingga jatuh disofa dalam posisi menungging.

Dengan kasar ia menurunkan celana dalamku lalu memasukkan juniornya. Tangannya memegang kepalaku agar terus menempel disofa dan tidak memberontak. Junior Jun yang lebih besar dari Seungkwan masuk menerobos lubangku begitu saja secara kasar.

Bibirku sakit, dan kini lubangku juga terasa sakit. Tanpa ampun, Jun menggerakkan pinggulnya dengan cepat. "Aku sudah bilang padamu untuk jadi anak baik" ucap Jun santai. Air mataku masih belum mengering dan semakin menjadi saat Jun menggerakkan pinggulnya.

Lama kelamaan aku merasakan nikmat, tapi disisi lain aku juga masih takut. "W..Wen Junhui, apheuda" rintihku. Jun langsung melepas tangannya dari kepalaku. Ia tetap menggerakkan pinggulnya dengan cepat.

"Hmmmhh... Aaahhh" tak terasa desahan lolos dari bibirku. Rasa takutku perlahan berkurang dan berganti nikmat. "Jika kau menurut daritadi, kau tidak akan sakit" ucap Jun.

Tangan Jun memegang pinggulku erat, aku bisa merasakan juniornya terasa membesar. Sepertinya ia akan mencapai klimaksnya. "Aahhh.. Aku keluarhh" erang Jun lalu menyemprotkan cairannya kedalam lubangku.

Jun melepas juniornya dan membenarkan celananya. "Dengar aku, aku tidak akan menyakitimu atau yang kau bilang kekasihmu itu lagi
Jika setiap aku menghubungimu kau bisa langsung mendatangiku..
Jika tidak, aku akan membuat lelaki itu tidak bisa berjalan" ucap Jun lalu meninggalkanku begitu saja.

[M] Seventeen Sweetness [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang