CEO Jeonghan

37.5K 660 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Y/N: Aku ke kantormu, sekalian membahas kerjasama kita chagi
Setelah mengirim pesan singkat itu aku menatap pantulan diriku dicermin dan memastikan diriku sudah rapi.

Siapa sangka di umurku yang 25 tahun ini aku menjadi CEO perusahaan besar dan dijodohkan dengan CEO tampan yang menjadi partner perusahaanku. Awalnya aku menolak dijodohkan, namun setelah 3 bulan bersama mulai lah tumbuh cinta antara kami.

Sayangnya Jeonghan belum mau mempublikasi hubungan kami. Ia bilang menunggu kerjasama kami selesai baru ia mempublikasinya. Jadilah kami bertemu secara sembunyi-sembunyi atau dengan alasan kerjasama.

"Oh selamat pagi, bu. Pak Yoon sedang rapat sebentar" sapa salah satu pegawai dikantor Jeonghan. Aku mengangguk "Tolong beritahu sekertarisnya ya, aku akan menunggu di ruangannya" jawabku.

Ruangan Jeonghan selalu saja wangi buah yang segar. Setiap sudut ruangannya tidak ada yang berantakan.

Aku duduk disofa lalu membuka ponselku. Senyuman mengembang dibibirku saat membaca balasan Jeonghan.
Jeonghannie: Iya, aku masih ada rapatㅜ ㅜ
Jeonghannie: Padahal aku ingin cepat bertemu denganmu..

Saat memikirkan balasan, tiba-tiba ada yang membicarakanku diluar ruangan Jeonghan. "Woah, cantik sekali ya.." pujinya. "Iya nih, kolaborasinya se keren apa ya sampai CEO nya sering bertemu langsung" lanjut yang lain.

Entah mengapa aku jadi tertarik mendengarkan mereka. "Apa kau tidak takut? CEO nya cantik loh, aku khawatir Pak Jeonghanmu itu akan jatuh cinta padanya dan meninggalkanmu" tanganku berhenti mengetik dan menempelkan tubuhku ke dinding ruangan Jeonghan yang terbuat dari kaca.

"Ah, santai saja.. Dia juga masih manis kok.. Mereka kan hanya rekan kerja, aku percaya padanya
Tunggu saja sebentar lagi ia pasti akan melamarku" suara kedua gadis itu pun menjauh dari ruangan Jeonghan. Aku memejamkan mataku dan menghela nafas panjang.

Apa itu juga salah satu alasannya tidak mau mempublikasi hubungan kami?. Pantas saja ia takut. Ternyata ia masih memiliki kekasih dikantornya.

"Maaf membuatmu menunggu, mari kita mulai" ucap Jeonghan dengan formal karena ada asistennya. Aku mengangguk dan mengeluarkan laptopku. Selama kami membahas kerjasama, Jeonghan beberapa kali dengan sengaja memegang betisku mengenakan kakinya yang tak bersepatu.

Dan aku sama sekali tidak meresponnya. "Oke, berikan aku softcopy nya ya" ucapku pada asisten Jeonghan. "Anda mau minum apa Nona?" tawar asistennya. "Ah aku terserah apa saja boleh" jawabku singkat.

Jeonghan menatapku heran. "Belikan aku makanan juga ya, nanti ku hubungi aku ingin makan apa" ucap Jeonghan. Kini hanya kami berdua didalam ruangannya.

Aku masih menatap laptopku dan memberi notes dibeberapa penjelasan. "Serius sekali" goda Jeonghan. Aku hanya menanggapinya dengan mengangguk. "Kan memang membahas kerjasama" jawabku ketus.

Jeonghan yang tadinya duduk diseberang ku berpindah menuju sebelahku. Ia melingkarkan tangannya dipundakku. "Yakin hanya kerjasama?" tanya nya sambil mendekatkan wajahnya kearahku.

Aku menepis tangan Jeonghan pelan. "Iya, nanti ada yang tahu" ucapku. Sepertinya Jeonghan heran dengan sikapku. Ia bersandar di sofa. "Memang aku berbuat salah apa lagi?" tanya nya.

Ku tutup laptopku dan menatapnya tajam. Jeonghan tampak melonggarkan dasinya dan melepas 2 kancing kemejanya yang paling atas. Biasanya saat Jeonghan melakukan itu aku akan memeluknya. Namun kali ini aku membuang muka ku.

"Cepat katakan aku salah apa" ucap Jeonghan sambil meraih tanganku dan menariknya. Kini aku berada di pelukan Jeonghan. Aku menghela nafas dan menggeleng.

"Tidak, tidak ada.. jadi lepaskan aku" kataku. Jeonghan belum juga menyerah. Ia langsung menyambar bibirku dan melumatnya kasar. Tangannya mencoba menyusup masuk kedalam kemeja yang kukenakan.

Satu persatu kancingku ia lepaskan. Tanganku mencoba memberontak namun akhirnya aku luluh saat Jeonghan mulai meremas dadaku. Melihatku yang sudah melunak, Jeonghan mulai bermain dengan lembut.

Ia menyibak rok yang ku kenakan lalu menggesek bibir kemaluanku yang masih tertutup celana dalam. "Mmmhhh" desahku lirih. Sebelum memulai, Jeonghan memperhatikan sekitar ruangannya.

Mungkin karena waktu makan siang juga, akhirnya kantor sedikit sepi. Ia langsung melepas celana dalamku. Juniornya yang sudah tegang daritadi berdiri sempurna.

Tangannya menarik tanganku agar mengikutinya. Ia membawaku ke dekat pintu dan menyuruhku memungging. Dari belakang, Jeonghan memasukkan juniornya dalam sekali hentakan.

Ia menggerakkan pinggulnya dengan cepat. Tangannya meraih rambutku yang tergerai dan memegangnya lembut. Dari balik kaca aku bisa melihat satu persatu karyawannya mulai datang.

Aku menggigit bibir bawahku menahan desahan. "Kau.. kenapa.. kau tahanhh?" tanya Jeonghan sedikit keras. "Sst.. nanti.. ada yang dengar" ucapku lirih. Dengan sengaja Jeonghan menambah kecepatannya.

"Aahhh Y/N-ah" desah Jeonghan. Aku memegang gagang pintu erat dan sebisa mungkin menahan desahanku.

"Permisi, Pak" ucap seseorang dari balik pintu. Aku mengkode Jeonghan untuk menghentikan permainan sejenak, tapi Jeonghan malah mempercepat gerakannya. "Oh.. ada.. apa mmh?" tanya Jeonghan.

Bisa-bisanya ia menjawab dengan masih mendesah. Dasar orang gila. Tanganku meraih lengan Jeonghan dan mencubitnya. "Ini berkas yang anda minta" jawab pegawainya. "Aku akannhh.. mengeceknya.. sebentar lagi.. sshhh.. kembali lah" ia tidak dapat memendam desahannya.

Pegawai itu pergi menuju kursinya. "Ya! kau mmmhh gilaa?" gerutuku. Jeonghan hanya tersenyum lalu menggerakkan pinggulnya lagi. Ia memegang pinggulku erat.

"Aahh, aku keluaar" bersamaan dengan erangannya ia menyemprotkan cairannya didalam lubangku. Tubuhku terasa lemas akibat permainan Jeonghan.

Setelah membersihkan diri kami kembali duduk di sofa. Tak lama kemudian asisten Jeonghan datang membawa beberapa kantung berisi makanan dan minuman.

"Ah iya, ini titipan nona Jung untuk anda" aku menatap Jeonghan. Ia mengangkat bahunya lalu membuka kantung itu yang berisi minuman dan sebuah surat.

Semangat kerjanya, chagi
Love you

Aku memutar bola mataku dan menatap layar laptopku lagi. "Bukan seperti yang kau kira" ucap Jeonghan dengan nada khawatir. "Ah sudahlah, tolong buatkan artikel bahwa aku sudah menikah dengannya.. sekarang" perintah Jeonghan.

Asistennya menatap Jeonghan bingung. "Wae? aku memang sudah menikah.. cepat, aku tidak mau istriku cemburu buta seperti ini" lanjut Jeonghan

[M] Seventeen Sweetness [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang